Kafka sudah siap berangkat bersama kedua orangtuanya. Bocah kecil menggemaskan itu terlihat anteng duduk di atas ranjang diawasi oleh Dewa. Sedangkan Nindi masih saja duduk di depan meja rias untuk menyelesaikan dandanannya.
"Cepet dong, Bun, embul udah bosen nunggu ini," ujar Dewa menirukan suara anak kecil.
Kafka yang duduk anteng dengan mulut yang mengemit dot menatap Dewa lalu Nindi bergantian. Kafka melambaikan tangan pada Dewa minta digendong. Dewa yang paham jelas saja langsung meraih putra kesayangannya itu.
"Kita ke bawah yuk, Mbul," ajak Dewa dan Kafka mengangguk-angguk lucu seolah paham apa yang ayahnya katakan.
"Udah kok. Ayo," ajak Nindi sambil berdiri lalu meraih tas berukuran sedang yang berisi keperluan Kafka.
"Ayo, berangkat!" seru Dewa membuat Kafka bertepuk tangan.
Nindi tertawa melihat putranya yang begitu menggemaskan. Mereka menuruni undakan tangga lalu Nindi memaggil Bi Asih untuk berpamitan.