Makan malam selalu dihiasi oleh kerewelan kedua putra Dewa dan Nindi. Kafka yang kadang suk memulai pertengkaran dengan sang adik. Melihat Julio anteng di kursinya entah kenapa membuat Kafka kurang senang, sehingga Kafka mencari akal gimana adiknya bisa mengoceh dan beradu mulut dengannya.
"Bang," tegur Nindi saat Kafka mulai mencari masalah pada Julio.
"Abang mau pahanya juga!"
Dewa yang melihat putranya mulai berulah langsung menghela napas. "Sejak kapan Abang suka paha? Biasanya juga dada yang banyak dagingnya."
Kafka menggeleng, "paha!"
Nindi gemas sendiri melihat tingkah putranya itu. Perempuan itu menyuruh Bi Asih untuk mengambilkan Kafka paha ayam yang tadi Nindi simpan di dalam lemari.
Nindi selalu memisahkan makanan untuk kedua putranya. Karena kedua bocah itu tidak akan mau makan kalau makanan kesukaannya tidak ada. Apalagi Kafka, yang sejak kecil sudah terbiasa makan dengan perisa ayam.