Chereads / DEWA / Chapter 12 - 12. Wife

Chapter 12 - 12. Wife

Aku memasuki toko kue Cindy yang cukup ramai karena kebetulan hari ini Sabtu. Hari ini aku bebas dari kegiatan kampus, jadi punya banyak waktu luang untuk mendekam di sini. Rasanya waktu liburan kemarin sangat singkat sekali. Aku belum puas dan sekarang harus kembali berkuliah.

"Eh, mantu Mama udah dateng. Sini, sini."

Mama Eka melambaikan tangannya ke arahku. Aku mendekat ke arahnya yang kebetulan duduk manis di salah satu kursi di dekat pintu masuk.

"Nah, Nin, kenalin ini temen Mama. Dia yang bakal ngedesign baju pengantin kamu."

Aku mengulurkan tanganku dan mencium punggung tangan teman Mama Eka yang disebutnya Lina.

"Ih, Ka, calon mantumu cantik banget. Kerja di mana, Nak?"

Aku tersenyum, "Masih kuliah, Tan."

Akhirnya hampir satu jam lebih kami membahas desain baju pengantin. Yang kebetulan gambar-gambarnya sudah dibawa sebagai contoh oleh Tante Lina. Hanya sedikit saja yang harus diperbaiki dari salah satu gaun yang aku pilih bersama Mama Eka. Mungkin karena payet-payet hiasan gaunnya terlalu rame. Dan aku minta dikurangi saja.

"Dewa ada telepon kamu, Nin?"

Setelah Tante Lina pamit undur diri, aku dan Mama Eka berbincang-bincang di ruangan Cindy. Kebetulan sebentar lagi jam makan siang dan Cindy meminta kami untuk menunggunya beres-beres sebentar sebelum pergi makan siang bersama.

"Ada, Ma. Nyari cincin kan?"

Mama Eka mengangguk semangat. Aku dan Dewa yang mau nikah, kenapa para orangtua yang berbinar bahagia? Ck.

"Ma, Nin, ayo. Mas Dewa udah di depan,"

Aku mendengkus mendengar Cindy menyebut Dewa sudah di depan toko. Dengan terpaksa aku mengikuti mereka. Kurang Papa Jhon doang ini.

***

"Kamu mau yang mana?"

Aku masih mengamati beberapa cincin nikah di atas etalase toko yang di sodorkan pegawainya.

"Hmm, yang ini bagus, Mas. Lebih simpel."

Aku memilih cincin dengan hiasan berlian kecil-kecil yang mengelilingi berlian besar di tengahnya. Simpel. Tidak seperti beberapa cincin lainnya yang ku rasa berlebihan.

Dewa mengangguk, kemudian menyuruh pegawai tersebut membungkus pesanan kami setelah melakukan pengukuran pada jari manis kami berdua.

"Gak mau yang berliannya gede?"

Aku mendelik ke arahnya, "aku gak matre kalau Mas mau tahu!"

Dewa berdecak, "bukan gitu, astaga. Kebanyakan perempuan kan maunya berlian yang besar. Biar bisa dipamerin kalau difoto terus masuk insta story di sosial media."

Aku mencibir ke arahnya, "dan aku bukan golongan dari perempuan-perempuan alay kayak gitu!"

Dewa tersenyum kemudian menerima pesanan kami yang disodorkan oleh pegawai toko tersebut.

"Mau ke mana lagi?"

Aku berpikir sejenak ke mana tujuan kami selanjutnya sambil berjalan. Setelah sampai di parkiran, saat aku hendak membuka pintu mobil Dewa, suara seseorang menghentikan gerakanku dan Dewa.

"Dewa,"

Aku menoleh, seorang perempuan cantik. Kelihatannya bukan orang Indonesia asli. Jelas sekali dari wajahnya yang ke barat-baratan.

"Pet," sapa Dewa.

"Hai, aku kira salah orang. Ternyata beneran kamu. Apa kabar?"

Mereka akhirnya berbasa-basi hingga akhirnya Dewa memperkenalkanku sebagai calon istrinya.

Dapat kulihat binar yang tadinya memancar dari mata perempuan ini meredup.

Kelihatan banget sukanya sama Dewa.

***

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu para orangtua telah tiba. Pagi tadi, lebih tepatnya pukul sepuluh Dewa sudah sah menjadi suamiku.

Astaga. Aku masih tidak percaya. Suami istri. Aku dan Dewa. God!

"Capek?"

Dewa menghampiriku yang duduk berselonjor di atas kasur sambil menyandar di kepala ranjang. Kaki ku pegal luar biasa. Dari siang sampai sore aku hanya duduk sebentar. Lebih banyak berdiri karena tamu membludak yang harus ku salami saat resepsi dari siang hingga sore hari.

"Iya, pegal."

Dewa memijit pelan betisku. Tangan kekarnya memang pas untuk rasa pegal ku saat ini. Karena sejak tadi aku memijitnya rasa pegal ku tidak berkurang sedikitpun. Tapi dengan tangan kekar Dewa, pegal ku berangsur berkurang, rasanya nikmat.

Mataku mulai berat. Perlahan tapi pasti aku mulai memasuki alam mimpi. Sebelumnya masih dapat ku rasakan Dewa membaringkan ku dengan hati-hati. Kemudian berbisik, "Good night, my wife."