'apa sebenarnya yang salah ya? kenapa ini gak bisa di gunakan saat aku akan mengalami hal-hal yang tidak enak?'
aku terus menerus bertanya dengan batin ku. Aku setengah gila memikirkannya. Apa mungkin karena usia ku yang baru saja menginjak 7 tahun. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ku yang sekarang ini. Aku harus menerimanya atau aku harus membuangnya. Aku sebenarnya sangat takut dengan keadaan ini. Aku harus bagaimana?
"Ara kamu kenapa?" tanya shika yang mungkin sudah sedari tadi memperhatikan ku. aku tersadar dari lamunan. aku langsung tersenyum kepada shika.
"Aku ga kenapa-napa shika." jawab ku ragu dengan nada lirih sambil tersenyum. shika mungkin semakin bingung dengan kelakuan ku.
"Oh iya, layangan kamu gimana?" tanya ku yang langsung tersadar dengan layang-layang shika tadi. ia menyeringai ku.
"Hiihii.. gak papa itumah. nanti shika beli lagi. dari pada Ara kena semut lagi" goda nya membuat wajah ku bersemu malu. aku tertawa lepas bersama shika di bawah terik matahari. tiba-tiba saja aku teringat dengan Ibu.
"Oh ya, ibu gimana ya? katanya dia ke rumah sakit?" tanya ku, shika mengangguk
"Iya, ibu sebentar lagi ngelahirin."
"Kita kasih nama siapa ya adik kita?" tanya ku sembari menyentuh dagu ku dengan tangan kanan ku
"Cila!" shika menyahut
"Jangan. Cantika manis aja!" sahut ku balik. aku rasa, nama ini akan menjadi sangat bagus dan cocok dengan adik ku. tapi tampang shika sepertinya tidak menyukai usul ku.
"Kenapa kamu mukanya gitu?" tanya ku. shika makin mengerucutkan bibirnya.
"...Jelek tau..." sambung ku. shika kesal kemudian langsung saja mengelitiki ku. aku berlarian menghindari shika dan kami pun tertawa bersama-sama.
Aku berjalan pulang kembali ke rumah bersama shika. siang itu, aku melihat Hima yang sedang asyik meminum es kelapa di teras rumah ku.
"Hima.." pekik ku, kemudian langsung berhambur memeluk Hima. begitupun shika.
"Kamu kapan sampe?"
"Baru aja aku sampe"
"Oh. aku mau es dong" pinta ku yang kehausan. melihat hima minum es kelapa di tengah bolong begini, aku jadi ikut haus. hehe
"Ada di dalem. tadi nenek beli pas di jalan mau ke sini"
"Aku juga mau dong." sahut shika yang sedari tadi hanya diam melihat aku dan hima berbicara. kemudian kami segera menuju ke dalam rumah untuk mengambil es kelapa yang Nenek beli.
Hari sudah semakin malam. namun, tidak ada tanda-tanda Ibu akan pulang ke rumah. Aku bertanya dengan Nenek yang sedang asyik menonton televisi.
"Nek.. Ibu kapan pulang ke rumah ya?" tanya ku
"Besok mungkin"
"Bener kan besok Nek?"
"Iya Ara besok."
'Okey besok' batin ku. aku berfikir, aku akan memberitahukan ini kepada Ibu. Aku ingin menumpahkan ketakutan ku selama ini. Aku kenapa? aku selalu bertanya-tanya. tapi aku tidak pernah bertemu dengan jawabannya. Aku sangat kesal dan sangat takut sekali.