"ooh..." aku hanya ber-oh ria saja. aku tidak mengerti apa yang ayah maksud. kalau persalinan mau lancar, harus bersih-bersih selokan? what? setahu ku, mereka yang ingin agar di lancarkan persalinannya, mereka harus berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. bukan harus beres-beres selokan.
"ini cuma kata orang jaman dulu ra." sambung ayah membuat ku mengerti dengan perkataannya. jadi itu hanya 'kata nenek moyang dulu'.
"jadi kita kapan ke rumah sakit yah?" tanya ku yang sudah tidak sabar ingin melihat adik ku lahir di dunia ini.
"ara di sini aja jagain shika. nanti juga nenek mau ke sini sama hima. kamu tungguin mereka ya." pinta ayah sembari sibuk memindahkan kotak yang berdebu cukup tebal.
"Hasyiiim..." nampaknya debu tebal itu membuat ayah bersin-bersin.
'nanti hima mau kesini' batin ku. aku tersenyum tipis
"yaudah aku siap-siap dulu mau mandi yah."
"oke deh. oh ya, shika mana?" tanya ayah. aku menepuk kening ku cukup keras
"Oh iyah yah. tadi dia ke ladang main layangan. terus nyangkut dan minta ambilin sama ara. ara ke sana dulu ya yah"
"hati-hati"
Aku bergegas menuju ladang untuk menemui shika. aku sampai lupa dengan adik ku yang satu itu. dimana dia sekarang? aku berjalan cepat menuju jembatan yang menghubungkan ladang dengan daerah pemukiman warga. aku melewati jembatan tersebut.
"mana ya shika" lirih ku sambil melepaskan pandangan sejauh ladang yang ku lihat.
"oh itu dia!"
"shika!" pekik ku. dari kejauhan, terlihat ia sedang duduk sembari melambai kemudian kembali menatap layang-layang nya yang tersangkut di atas pohon yang lumayan tinggi. aku segera menghampirinya.
"dari mana aja sih ra?" tanyanya agak sedikit kesal. aku menyeringainya.
"hehe, aku tadi abis ngobrol sebentar sama ayah."
"Ngobrolin apa?"
"mm kepo deh kamu." goda ku, shika langsung saja cemberut. aku hanya tertawa kecil menahan imutnya shika yang sedang marah itu.
"mana layangannya?" tanya ku. shika menunjuk ke atas.
"wah itu sih pendek. aku juga bisa manjat kalau gitu" gumam ku meremehkan. kemudian aku langsung mengambil ancang-ancang untuk segera memanjat pohon tersebut. aku menggapai batang pohon besar itu. baru tiga langkah aku memanjat, banyak sekali semut yang menghadang di atas batang yang sedang ku naikki.
"aduh aduh semut..." gumam ku mengaduh sembari membersihkan sekujur tubuh ku menggunakan tangan ku.
"hihihi..." shika hanya tertawa. apa yang sebenarnya terjadi?
"semut semua kok ini! kok kamu ga bilang kalo di sini ada semut?" gumam ku dengan nada sedikit membentak. sekali lagi shika hanya tertawa kecil
"habisnya kamu gak nanya dulu. malah belagu main naik aja ke atas. sukurin." ledek shika. aku hanya manyun.
'kenapa aku panjat ya tadi? kenapa gak kefikiran bakal terjadi hal seperti ini?' batin ku berfikir keras.
'kenapa saat orang lain yang mengalami hal menakutkan malah aku tahu? kenapa aku tidak tahu apa yang akan menimpa diri ku nantinya?'
'apa sebenarnya yang salah ya? kenapa ini gak bisa di gunakan saat aku akan mengalami hal-hal yang tidak enak?'