"Jantung ku... berdebar!" lirih ku. Ada apa sebenarnya ini? kenapa kejadiannya hampir sama dengan kejadian yang kemarin? apa aku ini sedang melamun atau memikirkan tayang televisi? ah tidak! aku sedang tidak menonton televisi hampir sebulan belakangan ini. Tidak mungkin aku terbawa dengan adegan yang ku lihat dalam film. Sempat terjadi perdebatan dengan kedua sisi hati ku.
"Iya dah ikhlas dah ikhlas. Yang tenang ya di sana." Gumam Nenek yang nampaknya sudah bisa mengikhlaskan kepergian Kakek. Lalu aku melihat Kakek tersenyum ke arah Nenek kemudian bergegas pergi meninggalkan kami. Sudah, hilang begitu saja lamunan ku yang seperti nonton bioskop itu. Aku sangat tidak menyangka, kenapa Ibu juga melihat apa yang ku lihat? Apa ibu memiliki keistimewaan yang sama dengan ku?
Kami semua telah selesai memakamkan Kakek dan dengan segera kami pergi meninggalkan Kakek seorang diri dalam lubang yang begitu sempit, tak ada udara sama sekali, tak ada sinar, hanya amal ibadah yang menemani beliau sekarang sebagai satu-satunya penerang didalam gelap. Aku segera pergi bersama Ayah, Ibu, dan Nara. Semua kembali lagi ke rumah kakek. Termasuk Hima dan Nenek. Tapi kami tidak. Kami langsung saja pulang ke rumah. Dan setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, kami semua beristirahat dan bersantai di ruang keluarga. Handphone pun berdering dan aku segera mengangkatnya.
"Halo"
"Halo kak ini Hima. Kakak dimana?"
"Di rumah."
"Kok gak ke rumah Kakek dulu? kita sekarang lagi di rumah duka sekarang."
"Gak apa-apa. mungkin Ibu sama Ayah cape. jadi pulang duluan."
"Mmm gitu yah."
"Iya. Hima , hati-hati ya di sana."
"Iya kak. Udah dulu ya."
-Telfon off-
Hima mengakhiri telfonnya dan aku langsung kembali ke tempat duduk bersama dengan Ibu dan Ayah serta Shika. Aku takut jika harus kembali ke kamar ku. Aku takut dengan Kakek ku yang masih belum lama meninggal. Yang aku fikirkan, Kakek pasti bangkit dan mencari aku. Orang yang dulu mempunyai salah dengan dia. Aku memutuskan tidur di kamar Ayah dan Ibu bersama Shika.
Hari pertama kakek meninggalkan dunia. Rasanya sepi sekali. Sunyi. Aku berlarian mengejar sesuatu yang bahkan aku tidak tahu sedang mengejar apa. Aku bingung dengan keadaan ini. Kenapa aku ada di rumah teman ku? Kenapa tiba-tiba aku ada di sini?
"Kakek?" Pekik ku. Iyah, Aku sedang mencari kakek. kemana dia? Tadi dia ada di sini. Sedang bersama ku. Berjalan bersama, sekarang kemana dia? Aku memandang ke semua sudut. Namun tidak ada sama sekali Kakek.
"Kek, kakek dimana?" Aku mencari, namun aku hanya berputar saja di posisi yang sama.
"TOK..TOK" tiba-tiba ada yang mengetukkan kepalanya di atas kepala ku. Terlihat Kakek di sana sedang memakai kain kafan menyerupai pocong. Namun heran, aku sama sekali tidak takut. Aku malah mendekati Kakek.
"Eh kakek, dari tadi kemana aja kek? Ara nyariin kakek juga." aku bergumam. Kakek sama sekali tak bergeming.
"kenapa kakek gak pake tangan?" Tanya ku. Aku memperhatikan seluruh penampilannya.
"Oh iya, gimana mau pake tangan, tangan kakek kan diiket yaa. Lupa Ara." Kakek hanya diam dengan semua ucapan yang sudah ku ucap. Kemudian Kakek menghilang secara misterius. Aku mencari dan memanggil Kakek dengan kencang.
"Kakek!!!!!!!!"
"Kakek dimana kek?!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"Huuuuhh kakek.." Aku menangis karena kakek sudah pergi. tidak ada kakek disana. Beliau hilang secara misterius.
"Haaaaaaaaaaah...."