Chereads / Mysterious(2) / Chapter 7 - 7

Chapter 7 - 7

"DEGG....."

seketika aku bangun dari tidur ku. Aku melihat ke arah jendela. Tampak sinar

matahari memaksa masuk dari luar rumah. Aku bergegas untuk melihat jam.

"07.18!!!!"

"Celaka! Aku bisa terlambat masuk ke kelas. Ayah kenapa gak bangunin aku??" dumel ku

sendiri. Aku langsung menuju kamar ayah dan segera membangunkannya.

"Yah. Bangun udah mau jam 7 ini. kita gak sholat shubuh tadi karena kesiangan."

"Yah bangun!!" ucap ku sedikit berteriak.

"Udah jam 7.15."

"Ayah bangun udah jam 7 lewat kita kesiangan solat kesiangan ke sekolah juga! ayah

bangun." Teriak ku yang mengagetkan ayah tiba-tiba. ayah sedikit membuka

mata sembari mengumpulkan nyawanya.

"Enggh.. siap-siap ke sekolah Ra!" suruh ayah yang masih setengah sadar.

"gak mungkin ke sekolah ini udah jam berapa yah"

"Dringgg...dringgg... " tiba-tiba telfon ayah berbunyi. dengan sigap aku

mengangkatnya.

"Hallo.."

"Hallo, Ara ada ayah ga?" tanya seseorang yang menelfon ayah. terdengar isak

tangis nya walaupun masih tetap bisa tegar dengan ucapannya. aku langsung

memberikan HP kepada ayah.

"Hallo."

"....."

"innalillahi wainna ilaihi rozi'un"

"...."

"iya om ke sana sekarang sama anak-anak"

maksudnya apa? mengucapkan kalimat

seolah-olah ada musibah yang terjadi. aku bingung dari siapa telfon tadi.

"kakek meninggal Ra. kita ke sana sekarang." Gumam ayah.

"DEGG.."

'KAKEKKKKK...!!!!!' pekik ku dalam hati. aku

tak bisa berbicara apapun lagi. tak ada kata yang bisa ku ucap. aku hanya

berusaha menahan perasaan sedih ku saja. aku segera mengganti pakaian ku untuk

kemudian pergi ke rumah kakek bersama dengan ayah dan shika.

'kakek, Maafin Ara kek.'

sesampainya di sana, aku langsung

menuju tempat kakek di baringkan. aku setengah sadar melihat kakek yang

terbujur di lantai beralas kasur tipis di ruang tamu. aku melihat ada Nara di

sana sedang duduk bersila menghadap ke arah kakek. perlahan aku pun menghampiri

Nara dan duduk di sampingnya. aku melihat ke sebelah kiri Nara, ada kakak

pertama dari Nara yang terlihat sangat sedih sambil mengelus kepala kakek yang

sudah terbujur kaku. sesekali, ia ciumi wajah kakek yang hanya berlapis kain

putih tembus pandang yang tipis. membuat ku semakin tak kuasa menahan

kesedihan.

"Kakek maafin Ara ya" lirih ku sambil berusaha menahan tangis. tapi memang tak

bisa terbendung. aku menangis tersedu-sedu. tentu saja menangis lirih. Nara

mengelus bahu ku.

"udah Ara. jangan nangis. nanti Aa ikut nangis ikutan sedih ngeliat Ara nangis. Ara

jangan nangis yaa?" pinta Nara. aku tidak bisa berbuat apapun. bernafas

saja aku sesak. tak berapa lama setelahnya, Nara yang menangis kencang sekali

di samping ku. dia yang tadi mencoba menguatkan ku, malah dia yang ikut

menangis. bahkan lebih keras dari pada ku.

"Udah jangan sedih.." lirih ku. Nara tidak memperdulikan ku. ia tetap saja terus

menangis. aku tidak tega melihatnya.

"Maafin Ara kek." lirih ku. aku melanjutkan rasa berkabung ku. begitu juga Nara.