Chereads / ME & MY KNIGHT / Chapter 11 - KENCAN TAK TERDUGA DENGANNYA

Chapter 11 - KENCAN TAK TERDUGA DENGANNYA

"Aleena pulang...."

"Mama di sini sayang."

"Hai, ma, lagi buat apa ma?"

"Ini, mama lagi coba buat design rumah salah satu klien papamu."

"Oh.... boleh Aleena lihat? hitung-hitung cari referensi buat bantuin Febrian besok."

"Boleh dong sayang, emangnya kamu sama Febrian mau janjian besok?"

"Iya ma, Febrian minta Aleena untuk bantuin dia untuk menata rumah kliennya."

"Oh ya... emangnya kalian ketemu dimana?"

"Tadi Aleena sama Opa ke proyek pembangunan panti asuhannya Aleena, dan Febrian yang bertanggung jawab untuk proyeknya."

"Oooo...."

"Tapi ma, Aleena agak heran, kenapa Opa memberikan proyek itu ke Febrian? kenapa tidak sama Papa, atau om dan tante?"

"Proyek ini kan milik pribadi, bukan milik klien,jadi kita harus minta yang lain buat ngerjain proyeknya, kalau misalkan proyek pribadi kita juga di kerjakan oleh orang kita, maka pembangunannya pasti akan biasa, karena kita tahu apa yang kita bisa buat, tapi kalau kita minta orang lain yang mengerjakan, bukan hanya membantu mereka kita juga bisa menambah informasi dengan cara berdiskusi dengan proyektor." Rupanya keluarga ini selain baik, mereka juga tidak egois, mereka masih juga memikirkan kepentingan orang lain. Mungkin kekayaan mereka berasal dari perbuatan baik mereka.

"Sepertinya kakak kamu sudah pulang tuh, kalian mau kumpul di cafe kan? sana gih kamu temuin kakak kamu, bilang sama kakakmu untuk temui mama dulu."

"Oke deh ma, nanti Aleena langsung suruh kak Dom kesini, Aleena cari kakak dulu ya ma" Aku berlari menuju arah basement dan segera setelah melihat kak Dom aku langsung melompat ke punggungnya.

"Kakak...., gimana kerjanya hari ini? capek? masih mau kumpul?"

"Dasar kamu itu, capek sih, tapi, asal ada kamu yang temanin kakak, capeknya hilang deh, so... jangan jauh-jauh dari kakak lagi ya..."

"Siap pak bos, hehehehehe. Oh ya, kakak di panggil mama di kantornya, lebih baik kakak samperin mama dulu gih, Aleena mau mandi dulu, soalnya baru pulang juga habis dari proyek tadi sama Opa."

"Ya sudah, kamu mandi yang bersih dan pakai baju yang santai saja sambil nungguin kakak-kakak kamu yang lain. Kakak mau ke tempatnya mama dulu."

"Oke deh kak" Aku kembali ke kamar sedangkan kakak pergi menemui mama. Hari sudah menjelang sore, sekitar pukul 4 sore, kami semua sudah berkumpul di ruang tamu.

"Ed, loe bareng George aj y, gue mau jemput doi dulu. Nanti ketemu di Landscape aj."

"Lah, Ric, kan kita sudah janji, ini buat bro time, kok loe malah jemput cewek loe sih."

"Emangnya George nggak bawa ceweknya?"

"Eh, kalian udah janji ya, no girlfriend hari ini, jadi kita sama-sama ke Landscape. Biar gue sama George saja yang nyetir, Adek gue ikut gue, Eric sama Edward ikut George. Langsung ke Landscape, jangan mampir-mampir, jangan jemput-jemput cewek kalian. Hari ini kita spesial buat Adek gue."

"Okey fine, gue ikut kalian, tapi ini karena Aleena yang jadi cewek kita hari ini ya, kalau nggak, gue ogah kali klo kumpul cowok-cowok aja...."

"Whatever..... ayo cabut.... ntar pnggak bisa lihat sunsetnya tahuuuu"

"Lihat sunset kak? ayo, ayo, Aleena suka banget lihat sunset." Kami berangkat ke Landscape Cafe. Cafe kecil di dekat pantai yang letaknya tidak jauh dari komplek perumahan kami.

"Welcome to the base. Jadi ini cafe punya kakak, Eric, Edward, George, Steve dan Micheal. Awalnya kita sering ke pantai ini dari kecil, tapi karena ribet, kita harus bawa kopi dan cemilan sendiri, jadi kita ber-enam membangun cafe di sini dua tahun yang lalu. Dan cafe ini adalah hadiah ulang tahun kamu dari kami dua tahun yang lalu. Hari ini anniversary ke-2 cafe ini, jadi kita akan melakukan sedikit yang spesial hari ini, disini. Ayo kita turun, yang lain sudah nungguin kita di dalam."

"Selamat datang bos, semua persiapan sudah beres. Silahkan bos, bos yang lain sudah menunggu."

"Thank you ya Jimmy." Jimmy adalah manajer cafe ini, dia adalah teman sekolahnya mereka dulu. Rupanya Jimmy sudah menyiapkan sebuah dinner area untuk kami dengan pemandangan sunset yang sempurna.

"Kak, Aleena mau ke pantai. Mau jalan-jalan."

"Oke, hati-hati ya, banyak kepiting kecil nyasar di pantainya, kamu turunnya lewat tangga di ujung sana. Hati-hati ya dek."

"Oke deh kak" aku pergi meninggalkan para lelaki yang sedikit merana tanpa gebetan mereka.

"Dom, kita kesini kan buat kenal lebih dekat dengan baby chubby kita, tapi kenapa loe kasih dia ke pantai?"

"Sudah lah, biarin saja. Aleena itu suka banget sama pantai dan air, tapi dia itu tak bisa berenang, katanya dulu pernah hampir tenggelam gara-gara berenang."

"Benar tuh Ric katanya Dom. Yang penting selama Aleena senang ya... kita kasih aja apa yang bisa kita kasih. Ingat ya, udah belasan tahun Aleena itu menderita tinggal sama Bi Sunny, jadi biarlah kali ini kita bahagiakan adek perempuan kita satu-satunya."

"Terus, Marlina gimana?"

"Entah lah."

"Pokoknya malam ini, kita santai dan nikmati waktu kita sama Aleena."

Sementara para kakak lagi berbincang-bincang, aku berjalan dengan santai di tepi pantai, menikmati indahnya pemandangan matahari tenggelam dan suara ombak yang meyapu bibir pantai. Pantai ini hanya di buka untuk pengunjung cafe dan juga warga kompleks, karena pantai ini masih berada di wilayah kompleks perumahan kami. Aku berjalan di sepanjang pantai dan berhenti sejenak dalam ketenangan dengan pikiranku yang kosong sambil menikmati udara pantai. Dan tanpa aku sadari dari jauh ada yang mengambil foto diriku.

"Sepertinya kamu senang dengan pantai dan air ya?"

"Iya, pantai dan air adalah favorit saya dari kecil. Dulu setiap hari saya selalu ke sungai dan pantai." Setelah aku menjawab pertanyaannya aku menoleh dan...

"Eh, Febrian. Maaf maaf aku pikir siapa. Kamu ngapain disini?"

"Aku lagi santai saja, sekaligus mengambil beberapa foto disini, untuk inspirasi. Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Aku lagi kumpul sama kakak, sekaligus merayakan anniversarynya cafe ini."

"Oooo, gimana cafenya? kamu suka?"

"Konsepnya sih aku suka, tapi ada beberapa design yang aku kurang suka. Oh ya, tadi kamu bilang, kamu lagi foto-foto, aku boleh lihat fotonya?"

"Sure, why not. Ini." aku melihat beberapa foto yang di ambil oleh Febrian.

"Kapan kamu foto ini?"

"Tadi, waktu kamu terlarut dalam suasana, tadi aku sudah panggil kamu, tapi karena kamu sepertinya sudah terlarut dalam suasana makanya aku foto kamu tanpa ijin, sorry ya."

"Nggak apa-apa kok. Kamu sering ya ke sini?"

"Almost Everyday, tapi aku tidak pernah bosan dengan pemandangannya, dan karena tidak dibuka untuk umum, pantai ini rasanya sangat tenang, dan tempatnya masih asri."

"Iya kamu benar, udaranya masih segar, suara ombaknya dan pasirnya yang masih bersih, aku suka banget sama pantai ini."

"Hmmmmm, kamu benar. Bagaimana kalau kita jalan-jalan dan kamu temani aku untuk ambil beberapa foto lagi, sekaligus kamu jadi modelnya. mau?"

"Mmmmm, boleh." aku menemani Febrian berjalan di pantai dengan melepaskan sepatu ku, kakiku merasakan halusnya pasir di pantai bersamanya. Febrian pun mengambil beberapa foto diriku. Kami berjalan di sepanjang bibir pantai.

"Kita balik yuk, aku takut di cariin sama kakak, lagian kaki aku sudah agak capek nih."

"Ya sudah, yuk kita balik. Ayo naik, biar aku gendong."

"Nggak apa-apa, aku masih bisa jalan kok."

"Sudah, kemarikan sepatu kamu, dan kamu naik ke punggung aku, atau aku batalin saja permintaan aku ke kamu besok!"

" Eh... jangan di batalin dong, aku kan mau belajar, ya sudah aku naik." Febrian menggendongku kembali ke cafe.

"Ini dia nih yang di tunggu, kamu kemana saja Al? di cariin sama Dom tuh."

"Maaf kak, tadi Aleena jalan dipantai sama Febrian, jadi lupa waktu deh..."

"Aleena, kamu darimana saja dek? kakak cariin dari tadi."

Aleena tadi diam-diam kencan Dom sama Febrian, jadi kakak-kakaknya di terlantarkan...."

"Enggak kok kak Eric, Aleena benar-benar lupa waktu, bukannya bermaksud untuk menelantarkan kakak, lagi pula kita cuma jalan-jalan saja kok di bilang kencan"

"Hahahahahaha, Aleena, Aleena kamu itu lucu deh. Kak Eric cuma bercanda kok."

"Ohya Feb, loe kan baru balik dari Prancis, dan waktu di bubble shop gue juga kita cuma saling sapa terus loe main cabut saja, jadi gabung sama kita yuk disini. Udah lama kan kita enggak kumpul-kumpul kayak gini."

"Tumben loe pintar Ric, ayo lah Feb, gabung. Gue penasaran sama pangeran sekolah kita dulu ini bagaimana di Prancis sana."

"Pangeran Sekolah?" aku penasaran

"Panjang cerita dek, kalau kamu penasaran, kamu tanya saja sama orangnya."

Aku menatap Febrian dengan pandangan melas, hehehehe berharap dia mau gabung sama kita dan cerita tentang 'Pangeran Sekolah'

"Hmmmmm, okey fine, gue gabung. Tapi dengan syarat, nggak boleh buka aib gue di depan Aleena ya....."

"Kalau itu..... Kami nggak janji ya Feb...."

"Sudah-sudah jangan bawel, ayo duduk." Edward menarik Febrian untuk duduk di bangku paling tengah, biar Febrian tidak mudah cabut, karena sepertinya mereka berencana untuk membuka aib masing-masing malam ini. Rupanya Febrian di juluki 'Pangeran Sekolah' karena waktu jaman SMA dulu, ada fans beratnya yang selalu memenuhi isi lokernya dengan hadiah hingga terkadang jatuh berhamburan keluar loker. Kami menikmati makan malam kami, sambil berbincang-bincang, lebih tepatnya saling melempar 'petasan' dan saling membuka aib mereka.