Setelah makan siang, kami melanjutkan pembahasannya.
"Shall we continue miss?"
" Baiklah, teruskan."
"Itu saja untuk lantai 1 nya tadi. Untuk lantai 2, akan ada ruang tamu untuk keluarga, Lalu ada ruang karaoke yang juga bisa di gunakan untuk home teater, dan akan ada kamar tidur dan mini bar di ruang keluarga. Untuk lantai 3 nya, akan sepenuhnya digunakan untuk kamar tidur, lalu di lantai 4 baru akan ada rooftop garden, barbeque area dan pool table."
"Oke, bagaimana dengan kamar orangtua saya? Mertua saya umurnya 80 tahun."
"Untuk kamar orangtua, akan berada di lantai 2 Miss. Untuk designnya, pintu masuknya akan menggunakan rolling door, agar orangtua mudah membuka dan menutup pintu, dan akan di pasang sensor di setiap kamarnya, untuk mendeteksi bahaya, jika terjadi perubahan status tubuh, jadi walaupun orangtua di tinggal sendiri di kamar, kita tetap bisa memantau kondisi tubuhnya, dan akan ada light detector yang akan menyala sendiri di pintu masuk kamar mandi, dan untuk lantainya akan kita pasang instant dry floor parquet, jadi lantainya lebih cepat kering dan tidak licin. Untuk kamar orang tua akan saya beri jendala besar yang akan mengadap ke daerah kolam renang dan taman, jadi akan ada banyak cahaya masuk ke ruangan dan bisa membuat ruangan lebih terang. Dan semua sistem pendingin ruangan juga akan di pasang temperature consentrate device yang menyesuaikan suhu tubuh." Aku melihat wajah miss Mona sepertinya beliau masih kurang puas.
"Kita lanjut, untuk kamarnya pertama untuk kamarnya si kembar. Untuk kamarnya akan kita buatkan kamar tidur bertingkat, jadi designnya kurang lebih seperti kamar asrama, karena anak laki-laki biasanya simple, jadi tempat tidur bertingkatnya ada 2 yang akan saling membelakangi dan menempel ke dinding, tapi bagian bawah tempat tidurnya itu, bisa kita jadikan lemari buku kalau tidak ada yang tidur, jadi kalau misalkan tidak ada temannya atau saudara yang menginap bagian bawah tempat tidurnya akan di jadikan lemari buku, lalu untuk akses ke tempat tidur yang di atas, akan kita buatkan anak tangga, yang dapat berfungsi sebagai laci, untuk kamar mandi nya, hanya akan kita buat yang simple glamour design."
"How about the safety?"
"Kalau untuk keamanannya miss tenang saja, kalau salah satu sisinya sudah pasti dinding, dan sisi lainnya akan kita pasang teralis yang berfungsi sebagai hiasan juga."
"Oke, lalu kamar yang lain?"
"Untuk kamarnya miss, akan kita buat seperti salah satu kamar keluarga Arthawijaya, itupun kalau miss tidak keberatan."
"Boleh saja, tapi saya ingin yang spesial, dan apa kalian yakin, bisa membuat yang persis?"
"Kami yakin miss, dan untuk yang spesialnya, bathtub d kamar mandinya miss, akan kami ganti menjadi kolam jacuzzi, jadi miss bisa berendam di air hangat untuk melepas lelah. Dan akan di buat gambar 3D yang akan berubah-ubah."
"Well, I'm not sure, but... it's okay. Lalu kamar anak perempuan saya?"
"Untuk kamar anak perempuannya miss, akan kita design dengan closetnya sendiri dan kamar mandi yang classic standart juga. Untuk kamar tamunya semua akan di design standar, dengan kamar mandi dalam."
"Lalu, ruang belajar anak-anak?"
"Ruang belajar anak-anak akan di buat di antara kedua kamar anak, yang akan di lengkapi mini library dan custom study table yang bisa di gunakan untuk belajar kelompok bareng temannya, dan akan playgroundnya akan berada di ruang paling pojok, dan atap nya akan kita beri atap kaca, supaya pencahayaannya cukup. Sekian presentasi saya semoga Miss senang dengan presentasinya."
"Baiklah, akan saya pertimbangkan kontrak ini. Tapi saya masih ingin melihat blueprint dan miniaturnya, by detail."
Setelah menyelesaikan makan siang dan sedikit berbincang, kami pun berencana bubar, setelah membayar tagihan makan siang, kami lihat sepertinya Miss Mona mengalami kesulitan.
"Ada masalah dengan mobilnya Miss." Lapor sekretarisnya.
"Sepertinya anda kesulitan miss?"
"Pak Febrian, sepertinya ada masalah dengan mobil yang seharusnya menjemput Miss Mona, jadi mungkin kami akan menunggu jemputan yang lainnya."
"Begini saja Bu Dina, bagaimana jika kalian ikut kami saja. Kebetulan saya bawa mobil sendiri, dan juga kami sedang tidak buru-buru."
"Baiklah, akan saya coba tanyakan pada beliau." Karena alasan waktu yang sudah mepet, jadi Miss Mona pun, mengiyakan ajakan Febrian. Kamipun mengantar Miss Mona dan sekretarisnya ke kantor mereka. Setelah menurunkan Miss Mona, Febrian memutuskan untuk kembali ke salah satu kantor cabangnya sebentar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum kami pergi menjemput Steve dan Micheal.
"Aleena, kamu naik dulu ke kantorku, nanti aku akan beritahu resepsionisku di depan. Kantorku ada di lantai 21 keluar dari lift, belok kiri. Kamu bilang saja, kamu disuruh aku untuk nunggu aku di kantorku."
"Oke. Lantai 21 sebelah kiri."
Aku pun masuk ke kantor dan segera ke kantornya Febrian, dan menuju meja resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya Nana, saya tadi di suruh Febrian untuk mengunggu di kantornya."
"Oh, ya betul. Bos Febrian sudah memberitahu saya. Tapi maaf Nona, saya sedang ingin ke toilet, apa ibu tidak keberatan jika berjalan sendiri ke kantornya Bos Febrian?"
"Iya tidak apa-apa, sebelah mana kantornya?"
"Di sebelah kiri sini bu, ruangan paling ujung sebelah kanan. Ibu ada pegang akses cardnya pak Febrian? itu adalah kunci kantornya."
"Oke, terima kasih." aku berjalan masuk kedalam kantornya Febrian, sangat luas dan para karyawannya sangat teratur dalam bekerja. Saat aku berjalan sambil melihat ruang kerja mereka, dan Brukkk....
"Maaf, saya tidak sengaja."
"Maaf, maaf. Kalau jalan pakai mata, bukan pakai dengkul. Lagian, saya belum pernah melihat kamu, siapa kamu?"
"Mungkin karyawan baru pak."
"Bukan, saya....."
"Oh... karyawan baru? kamu tahu siapa saya? Saya adalah manajer utama disini.kalau kamu tidak bisa bekerja disini saya bisa pastikan hari ini akan jadi hari terakhirmu di sini. Sekarang kamu ke coffe shop di bawah dan belikan saya kopi machiato less sugar, lalu belikan saya makan siang dan antar semua itu ke kantor saya dalam waktu 10 menit, karena sebentar lagi boss Febrian akan kembali ke kantor, dan kamu, siap-siap untuk aku tendang keluar dari kantor ini!"
"Tunggu apa lagi kamu? cepat sana pergi!" Aku menuruti saja kemauan karyawannya Febrian, dan pergi membeli kopi dan makan siangnya. Setelah membeli kopi dan makan siangnya, aku bertemu dengan Febrian.
"Na, kamu lapar? kok beli makanan lagi? trus kamu tumben beli kopi? kamu kan tidak minum kopi."
"Ini bukan punyaku, tapi punya manajer utama kamu."
"Punya manajer utama? kenapa kamu yang beli? memangya dia tidak bisa beli sendiri? sini makanan sama kopinya aku yang bawa, dan aku akan beri pelajaran sama dia." Febrian sepertinya marah melihat perlakuan karyawannya terhadapku. Kami pun segera naik ke kantornya dan mengantarkan pesanannya untuk manajernya. Betapa kagetnya manajernya melihat sosok Febrian dan memanggilnya masuk ke kantornya Febrian.
"Lala, kamu gantikan Vina di depan sebentar dan suruh Vina untuk ke kantor saya."
"Baik, Bos."
"Nana, mana kartu ku?"
"Ini kartu kamu, aku tunggu di depan saja ya, tidak ganggu kerjaan kamu."
"Tidak! kamu ikut masuk! titik, tidak ada tapi-tapian."
"Baiklah."
Aku melihat raut wajah Febrian yang tidak bisa di tebak, antara marah, kesal, kecewa.
Tok....tok...tok...
"Permisi, Bos panggil saya?"
"Masuk kamu, dan kunci pintunya."
"Baiklah, sekarang jelaskan sama saya, apa maksud dari Kopi dan makan siang ini. Dimulai dari kamu Boy!."
"Maaf pak, tadi saya tidak sempat makan siang, jadi saya suruh anak baru ini untuk beli makan siang dan kopi untuk saya."
"Anak baru? Vina, bisa kamu jelaskan?"
"Maaf pak saya salah, tadi saya lagi terburu-buru ke toilet, makanya saya meminta Nona Nana untuk ke kantornya Bos sendirian. Saya fikir Nona ini sudah berada di kantor nya bos."
"Ya sudah kamu boleh kembali ke tempat kamu Vina. Tapi ingat, jika saya suruh kamu, sebaiknya kamu kerjakan sesuai dengan yang aku minta. Mengerti?"
"Mengerti Bos, kalau begitu saya permisi dulu."
"Bos, saya sudah memeriksa CCTV di kantor. Ini rekamannya." Sekretaris Martin menyerahkan rekaman CCTV, dalam rekaman tersebut terlihat jelas bahwa manajer utama ini sudah beberapa kali menyalah gunakan jabatan dan kekuasaannya, dan itu membuat Febrian semakin naik pitam.
"Rupanya selama ini saya sudah salah memilih kamu sebagai manajer utama, rupanya perilaku kamu lebih buruk dari yang saya kamu perlihatkan kepada saya. Kamu tahu dia itu siapa? Dia adalah tamu saya, bukan karyawan baru yang bisa kamu tindas!"
"Maaf kan saya Bos, saya tidak tahu bahwa Nona ini adalah tamunya Bos, saya mohon hangan pecat saya bos."
"Kamu tenang saja, saya tidak akan memecat kamu, tapi.... Mulai besok kamu kerjakan tugas OB dan jabatanmu sebagai Manajer Utama akan saya hapuskan, dan semua fasilitas yang kamu terima sebagai manajer akan saya tarik kembali."
"Di hapuskan bos? itu artinya, saya harus ulang lagi dari awal?"
"Betul, sebaiknya kamu belajar dulu bagaimana menghargai orang dan menjadi manusia yang bijak. Sekarang kamu kembali ke kantormu dan bereskan semua barang-barang kamu." Setelah mengusir Boy dari ruangannya, aku mencoba menenangkan Febrian.
"Lain kali kalau ada yang seperti itu lagi, kamu tolak saja. Kamu itu tamuku, bukan pesuruh mereka. Sekarang kamu duduk dulu di sini, aku selesaikan beberapa kerjaan dulu, setelah itu kita pergi ketemu sama mereka."
"Oke, kamu selesaikan saja dulu pekerjaan kamu. tidak perlu terburu-buru, waktunya masih banyak kok."
"Martin, selama posisi Manajer Utama kosong, aku tidak mau mencari penggantinya, biarkan mereka sendiri yang membuktikan diri mereka, kalau mereka layak menjadi manajer utama di kantor ini. Oh ya Martin, Hari Senin ini aku sudah mulai kuliah lagi kan?"
"Betul tuan muda, mulai hari Senin, tuan muda sudah mulai kuliah, tapi mungkin belum banyak kelasnya, karena masih awal."
"Baiklah, selama aku kuliah, maka kantor ini aku percayakan sama kamu, dan untuk masalah manajer utama ini, nanti biar saya saja yang laporkan ini ke kantor pusat. Oh ya, kenalkan ini Nana, teman saya. Hari ini saya dan Miss Mona sudah membahas tentang proyek pembangunan rumahnya, dan semuanya di bantu dan di rancang oleh Nana, jadi untuk proyeknya kali ini biar saya dan Nana saja yang menanganinya. Kamu siapkan semua rincian dan berkas yang harus di tandatangani oleh Miss Mona dalam 3 atau 4 hari ini mungkin kita akan meminta beliau untuk menandatangani proyek ini. Besok kamu persiapkan ruang miniatur, karena Miss Mona ingin melihat blue print dan miniaturnya sebelum menandatangani kontraknya."
"Baik bos, akan saya persiapkan segalanya. Dan ini beberapa berkas yang harus Bos tanda tangani." Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya dan menandatangani beberapa berkas, aku dan Febrian pun meninggalkan kantor dan berangkat ke bubble shopnya kak Eric, dimana kita akan kumpul disana dan mereview kembali rencana kita.