"Putri kenapa Oppa?" tanya Azmya penasaran.
Sena terlihat begitu tegang. Sepertinya ada suatu berita yang berat dia katakan.
"Oppa, ada apa?" tanya Azmya sambil memegang tangan Sena.
"Kamu ingat Jefri?" tanya Sena tentu saja membuat Azmya kaget setengah mati kenapa Sena menyebut nama orang yang selama ini dia ingin lupakan.
"Putri bertemu lagi dengannya," sambung Sena membuat Azmya memegang kepalanya. Sepertinya dia merasa pening.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Sena memegang pundak Azmya.
"Aku cuma tidak mau mendengar nama itu Oppa."
"Ini ada kaitannya dengan Jun," ucap Sena sedikit bergetar.
"Apa, bagaimana bisa?" tanya Azmya tidak mengerti.
"Maka dari itu, aku sedikit ragu membicarakannya, tapi...."
"Apakah benar ini berkaitan dengan Jun?" tanya Azmya.
"Putri cerita kalau dia bertemu Jefri di sebuah acara pernikahan temannya. Lalu Jefri mengatakan kalau dia sudah membayar lunas dendamnya padamu Azmya," cerita Sena membuat Azmya semakin bingung apa hubungan nya Jun dengan pembalasan dendamnya.
"Maka dari itu Putri langsung meneleponku dan menanyakan kabarmu?" sambung Sena sambil menatap wajah bingung Azmya yang mencoba mencerna setiap perkataannya.
"Apa hubungan nya dengan Jun?" Azmya menatap mata Sena yang masih belum menceritakan sepenuhnya.
"Putri cerita kalau Jefri keceplosan pernah melihat Rjun di Bandung," sambung Sena.
"Maksud Oppa, Rjun ada di Bandung?" tanya Azmya bergetar.
"Entahlah aku belum pasti yakin, yang jelas aku ingin menemui Jefri."
Azmya memandang wajah Sena. Wajah malaikat nya. Entah terbuat dari apa hati nya. Selama ini dia selalu membantu dan berada di sisinya menguatkan hatinya.
"Oppa, apa kamu mau mencari Jun?" tanya Azmya.
"A-aku, aku akan cari Jun kalau dia masih hidup," jawab Sena.
"Apa alasan Oppa mencari nya demi aku?" tanya Azmya.
"Tentu saja," jawab Sena tanpa beban.
Azmya merasa terharu dengan segala pengorbanan Sena selama ini. Dan betapa teganya dia hanya memanfaatkan Sena seperti itu.
"Oppa, aku rasa Oppa tidak harus melakukan itu," kata Azmya menundukkan kepala.
"Apa Oppa masih mencintaiku?" tanya Azmya.
Sena sedikit kaget Amzya tiba-tiba menanyakan hal itu. Dia pun mencoba menjawab dengan bijak.
"Perasaanku tidak penting, yang penting adalah menemukan Jun agar Rafael dapat bertemu ayahnya."
Azmya meneteskan air matanya. Entahlah dia merasa bersalah pada Sena. Wanita macam apa dirinya yang sudah membuat hati Sena sedemikian pengorbanannya.
"Itu tidak penting, tapi buatku penting oppa," jawab Azmya akhirnya terbuka.
"Kenapa?" tanya Sena mulai merasa ada yang aneh dengan jawaban Amzya.
"Kalau Jun memang masih hidup, mungkin dia akan menemui ku, tapi karena dia selama ini tidak berusaha mencari atau memberi kabar, aku sudah menganggapnya mati."
"Azmi...."
"Aku sudah mengikhlaskannya oppa," ucap Azmya.
Sena terkejut mendengarnya. Antara percaya dan tidak percaya apa yang di dengarnya barusan.
"Apa Oppa masih mencintaiku?" tanya Azmya.
"Seharusnya aku memang tidak harus menanyakan itu, karena aku mungkin sudah tidak layak menerima cinta Opp ..."
Kalimat Azmya terpotong karena mulut nya sekarang sudah dikecup Sena. Awalnya Azmya kaget. Tapi kemudian dia membiarkan Sena melumat bibirnya. Dia tahu Sena begitu lama menunggu moment ini.
Azmya mengalungkan tangannya ke leher Sena. Membiarkan Sena melakukan apa yang dia inginkan. Setelah puas menciumi bibirnya Sena pun melonggarkan pelukan Azmya. Wajah keduanya memerah seiring napas mereka yang memburu seperti baru selesai berlari.
Azmya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Merasa malu. Karena selama ini mereka berada dalam zona pertemanan atau zona adik kakak. Tapi kejadian barusan membuat mereka sekarang menjadi kikuk dan tampak canggung lagi. Lalu beberapa saat kemudian.
"Oppa," panggil Azmya dengan suara lirih.
Sena pun menatap wajah Azmya dengan penuh harap. Berharap kalau yang barusan itu bukan mimpi di siang bolong.
"Terimakasih Oppa sudah di sisiku selama ini, aku harap Oppa tetap di sisi ku!" ucap Azmya membuat mata dan senyum Sena melebar.
"Aku janji, aku akan selalu ada buatmu," kata Sena. Azmya pun tersenyum melihatnya.
Krrirukk
Terdengar suara asing berasal dari perut Azmya.
"Kamu belum makan siang?" tanya Sena.
Azmya menjawab dengan gelengan kepala.
"Ayoo kita keluar makan siang!" kata Sena langsung menyambar tangan Azmya dan menariknya dari ruangan kerjanya.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Azmya menatap wajah Rafael lekat-lekat yang sedang tertidur di sampingnya. Azmya dengan segala beban pikirannya pun memeluk tubuh Rafael. Membenamkan kepala Rafael ke dalam dekapannya. Matanya sudah bengkak sejam lebih dia menangis. Sungguh hatinya sekarang merasa sedih mengingat kembali Jun.
Sudah lima tahun tak ada kabar lagi tentang Jun. Entah untuk ke sekian kalinya lagi Azmya merasakan situasi ini. Namun keadaan sekarang paling sulit karena dia tidak sendiri, dia bersama Rafael, benih cinta yang tak sempat Jun ketahui.
Azmya kembali menatap wajah tak berdosa Rafael yang terlelap.
"Jun, lihatlah kau punya anak yang tampan seperti dirimu, harusnya kamu lihat betapa lucu dan gantengnya dia," gumam Azmya.
"Maafkan Mommy sayang, Mommy tidak pernah menunjukkan siapa Daddy kamu sebenarnya, karena Mommy tidak mau kamu merasakan sakit yang Mommy rasa," lirih Azmya dalam hatinya sambil membelai dahi Rafael.
Azmya pun mencoba memejamkan matanya. Dia menginginkan penat hatinya akan hilang setelah nanti terbangun besok hari.
Malam itu dia bermimpi. Dia pergi ke Seoul bersama Rafael untuk liburan. Pergi ke tempat tempat ikonik di sana. Azmya dan Rafael pergi ke Namsan Tower. Di sana sungguh sangat ramai pengunjung. Rafael berlari menuju pagar yang sudah banyak gembok gembok terkunci di sana.
"Mommy come here, cepat pasang gembok Mommy dam Daddy di sini!" seru Rafael antusias sekali dengan acara pasang gembok itu. Seperti drama drama Korea yang mempercayai kalau mereka mengunci gembok bertulis nama mereka konon katanya mereka akan berjodoh sampai mati. Dan hati mereka sudah terkunci.
Entah kenapa di tangan Azmya sudah ada gembok cantik berwarna biru muda. Azmya melihat gemboknya sudah tertulis namanya dan juga nama Jun di situ.
Azmya bingung, kenapa gembok itu sudah bertuliskan namanya dan juga nama Jun.
Belum hilang rasa terkejutnya Ajeng pun merasa tangannya ditarik oleh seseorang. Dan terkesiap ketika dia melihat wajah yang menarik tangannya. Jun.
Wajah Jun sangat terlihat bahagia dan tersenyum sambil menarik tangan Azmya. Dia membawanya ke pagar gembok Namsan Tower. Di sana ada Rafael yang menunggu.
Azmya merasa kalau ini sungguh di luar dugaan. Jun dia hadir. Dia sungguh hadir menemui dirinya dan Rafael.
" Mommy, Daddy ." Teriakan Rafael memanggil mereka.
Azmya memandangi wajah anak dan ayah itu bergantian. Sungguh mirip mereka berdua. Dan sekarang mereka sedang memasang gembok cinta mereka di tempat ini.
Namsan Tower
Suara alarm jam yang dipasang Azmya berbunyi membangunkan tidur dan juga mimpi Azmya barusan.
Azmya mengusap keringat di dahinya. Mencermati mimpinya tadi. Dia bermimpi bertemu Jun. Sungguh aneh. Selama lima tahun ini dia tidak pernah memimpikan Jun meskipun Azmya menginginkannya bertemu dalam mimpi. Tapi malam tadi dia bermimpi tentangnya.
Azmya mengusap dadanya yang sedikit sesak karena kenyataannya Jun tidak ada.
Bersambung.....