Malam itu Azmya pergi makan malam romantis berdua dengan Sena di sebuah restoran Jepang. Sementara Rafael dia berada di rumah bersama Bibi Akane. Azmya dengan memakai long dress berbahan sifon tanpa lengan berwarna pastel yang membuatnya jauh lebih anggun belum lagi riasan yang dia pakai. Azmya sengaja berdandan mewah untuk membuat Sena terkesan. Azmya ingin menunjukkan ketulusannya atas kebaikan Sena selama ini. Meski hatinya belum sepenuhnya terbuka untuk Sena. Setidaknya Azmya ingin mencoba belajar mencintai Sena. Kali ini dia sungguh-sungguh. Dia tidak ingin Sena terus menemaninya tanpa status yang jelas. Padahal sering kali Azmya membujuknya untuk mencari pendamping hidup. Namun sampai saat ini pun Sena tidak mau mencarinya. Malah terus menempel padanya. Azmya merasa bersalah dan menjadi manusia yang super tega membiarkan Sena di sampingnya namun hanya sebatas kakak adik atau sebatas persahabatan.
Azmya dengan anggun berjalan menuju meja yang sudah dipesan Sena. Dan nampaklah Sena yang sudah menunggunya dari tadi. Penampilan Sena tak mau kalah gagahnya dia memakai jas berwarna abu-abu dengan senyuman khasnya dia menyambut Azmya.
"You look so beautiful." Sena memuji Azmya sambil meraih tangan kanan Azmya dan mencium punggung tangan Azmya dengan lembut. Azmya merasa tersanjung.
"Oppa juga sangat tampan malam ini," puji balik Azmya.
"Tentu saja, kita adalah pasangan yang paling bersinar dan serasi di sini." Perkataan lebay itu membuat Azmya tertawa kecil. Entahlah dia bisa tertawa seperti ini. Merasakan perasaan ini yang sudah lama mati suri. Merasakan cinta dari seseorang.
Sena pun memanggil pramusaji restoran dan memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Sementara Azmya tenggelam dalam lamunan tentang masa lalu. Dia sudah tidak ingat kapan dia makan malam berdua seperti ini.
Apa kabar Jun. Apa kau mendengarku. Mungkin kau sudah tidak ada di dunia ini. Tapi aku harus melanjutkan hidupku demi Rafael.
Azmya berbicara sendiri dalam hati.
Makan malam itu sangat romantis. Sena tak henti-hentinya membuat Azmya tersenyum dengan perlakuannya. Menatap wajah Azmya lama-lama seperti ada yang ingin dia sampaikan. Berulang kali Sena seperti hendak bicara, namun kembali lagi dia hanya menatap wajah Azmya. Mencari tahu apa kah ini waktu yang tepat untuknya berbicara serius dengan Azmya.
"Oppa, kenapa kau terus melihat wajahku, kau bisa melubangi pipiku kalau kau terus...." Azmya tak menyelesaikan pembicaraannya. Dia baru sadar kalau kalimat itu pernah dan sering Jun katakan padanya di setiap dia menatap wajah Jun. Kali ini kalimat itu terucap mengalir keluar dari mulutnya untuk Sena. Wajah Azmya seketika berubah kembali sedih mengingatnya. Dia pun menundukkan wajahnya ke arah meja, tak sanggup melihat wajah Sena. Dia merasa kembali lagi akan membuat Sena kecewa karena dia kembali lagi teringat dengan Jun. Pikiran Azmya pun kembali lagi menerawang jauh melalui piring kosong yang sudah dia habiskan menunya.
"Sayang, lihat aku!" kata Sena membuyarkan lamunan Azmya. Dia melihat wajah Sena yang sudah memasang wajah serius dan sedikit tegang.
"Mungkin aku kendengarannya seperti terburu-buru tanpa memikirkan apa yang kamu pendam." Sena memulai pembicaraanya yang sedikit serius. Azmya mencoba menerka apa yang akan disampaikan Sena.
"Tapi mungkin sekarang waktu yang tepat, sebelum aku kembali ke Jakarta besok."
"Katakan saja Oppa!" Azmya pun mengizinkan Sena untuk menyampaikan sesuatu yang akan dia bicarakan.
"Bagaimana kalau kita-." Sena sedikit menggantung ucapannya sebelum dia melanjutkan.
Azmya sabar menunggu Sena melanjutkan ucapannya.
"Bagaimana kalau kita menikah?" tanya Sena membuat Azmya terbelalak mendengar ucapan Sena.
"Mungkin terdengar memaksa, dan sepertinya aku juga tidak tahu malu mengatakan ini ...."
Azmya tidak begitu mendengar kelanjutan ucapan Sena. Dia hanya merasakan hatinya antara bahagia dan sedih. Bahagia karena selama ini Sena begitu mencintainya padahal dia tahu kalau hatinya masih terjerat cinta Jun. Namun dia tak sedetik pun meninggalkannya di saat dia terpuruk dan juga harus membesarkan kandungannya dan melahirkan anak Jun dalam keadaan mental yang buruk. Tapi Sena selalu di sisinya, dan cintanya tak pernah luntur sampai saat ini. Sedih karena dia harus melepaskan semua kenangan dengan Jun yang tak tahu dia masih hidup apa tidak.
" …. Aku akan berusaha…"
"Ya, aku mau Oppa." Azmya tak perlu menunggu Sena menyelesaikan ucapannya.
Sena yang mendengar jawaban Azmya pun merasa tak percaya.
"Apa?" tanya Sena sedikit merasa gugup karena lamarannya barusan diterima Azmya.
"Kita menikah, ayo kita menikah!" Azmya mengatakan dengan wajah yang serius.
"Aku tidak salah dengar kan?" tanya Sena masih tidak percaya.
"Tidak Oppa, aku sungguh-sungguh mengatakannya."
Sena tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya itu. Dia langsung memeluk Azmya dengan penuh rasa tak percaya. Azmya pun mengangkat tangannya dan membalas pelukan Sena.
"Maafkan aku Oppa, kalau sudah membuatmu menunggu selama ini," ucap Azmya sambal menitikkan air matanya. Bahagiakah? Bersalahkah? Azmya menumpahkan segala beban pikirannya yang selama ini menganggunya di pelukan hangat Sena.
Sena melepaskan pelukannya. Kemudian dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Sena membuka kotak itu, dan kemudian memperlihatkan sebuah cincin cantik. Tak menunggu lama Sena pun menyematkan cincin itu di jari Azmya. Azmya pun menangis terisak. Dia begitu terbawa perasaan bahagianya dan juga perasaan bersalahnya.
Setelah berhasil memasangkan cincinya di jari manis Azmya. Sena pun mendekatkan wajahnya kemudian. Cup. Dia mengecup pipi Azmya dengan lembut. Azmya pun merasakan kalau mulai sekarang dia adalah milik Sena.
~ ~ ~ ~ ~ ~
Sebuah jalan gang sempit di daerah Cheomdang Korea. Seorang laki-laki tinggi memakai topi yang menutupi sebagian mata dan wajahnya berjalan dan terlihat mencurigakan. Kepalanya berulang kali mengawasi keadaan sekitarnya. Saat itu sudah larut malam, dan sudah tidak ada lagi pejalan kaki di gang itu. Laki-laki itu pun kemudian masuk ke dalam pintu gerbang sebuah rumah kecil. Kemudian tak terlihat lagi di jalan gang, karena dia sudah masuk ke dalam rumah yang sepertinya sudah lama ditinggalkan.
Laki-laki itu pun masuk ke dalam rumah itu yang terlihat jelas sepi tidak ada penghuni. Kemudian dia membuka topinya dan mengedarkan ke segala penjuru ruangan rumah itu. Dengan hati-hati tanpa bersuara dia pun seperti sedang mencari sesuatu di ruangan itu. Dan ketika dia menemukannya apa yang dia cari. Dia pun perlahan mendekatinya. Sebuah lampu hias gantung yang menempel di tembok. Dengan hati-hati dia meraba lampu hias itu mencari sesuatu. Dan ternyata dia menemukan sebuah tombol di lampu itu. Tanpa lama-lama dia pun segera menekan tombol itu. Kemudian terdengar suara benda mirip garasi terbuka. Ternyata perlahan lantai di ruangan itu bergerak dan sedikit demi sedikit terbuka. Dan terlihatlah anak tangga yang menuju ke lantai bawah tanah. Kemudian laki-laki itu pun segera menuruni anak tangga itu menuju ke bawah.
Sampai di lantai bawah tanah, tampaklah sebuah ruangan yang lebih besar dari ruangan tadi. Ruangan itu terdapat sebuah tempat tidur ukuran single bed kemudian beberapa rak buku yang penuh dengan buku-buku, sebuah mini bar dan juga terdapat sebuah meja kerja besar di sana. Dan di meja kerja itu tampaklah seorang laki-laki yang tengah duduk membaca. Melihat kedatangan seseorang yang datang laki-laki itu pun berdiri.
"Rjun Hyung."
"Do Hwa."
Mereka terpaku sesaat melihat satu sama lain. Ternyata Lee Do Hwa lah yang datang ke lantai bawah itu. Mantan Member Seven-F yang pernah meniti karir dengan Jun. Dan laki-laki yang sedang membaca di lantai bawah tanah itu adalah Jun.
"Oleaman-iya (lama tidak bertemu) Lee- Do- Hwa?" sambut Jun pada Lee Do Hwa.
Mereka pun berpelukan. Jun pun terharu dengan pertemuan mereka itu. Sebuah pertemuan rahasia yang hanya mereka berdua tahu. Mereka bertemu di tempat yang tak ada seorang pun tahu kecuali Jun. Tempat itu adalah tempat rahasianya bersembunyi. Sementara Lee Do Hwa menangis di bahu Jun.
"Aku kira Hyung sudah mati." Do Hwa pun sesenggukan menangis. Selama ini dia cemas dengan berita tentang Jun lima tahun yang lalu. Dia merasa kehilangan dan cemas akan keselamatan hidup dan matinya Jun. Dia berusaha mencari tahu dan menyelidiki kasus hilangnya Jun dengan menyewa dektektif swasta. Dan sampai akhirnya dia menemukan sebuah pesan anonim untuknya. Pesan itu memintanya untuk datang diam-diam ke rumah ini tanpa seorang pun yang tahu.
"Aku masih hidup, dan sungguh panjang ceritanya kenapa aku sampai berada di sini."
Bersambung ....
* Like
* Komen
* Vote
* Favorit
* Rate bintang 5