Lima tahun kemudian...
Di sebuah gedung perkantoran di Tokyo, Jepang. Nampak Azmya sedang memeriksa beberapa tumpukan dokumen di meja kerjanya. Wajahnya terlihat serius saat memeriksa satu demi satu dokumen yang menjadi tanggung jawab pekerjaannya. Terdengar suara pintu diketuk dan masuklah seorang perempuan muda membawa beberapa map.
"Bu Direktur, ini saya bawakan dokumen yang anda minta tadi pagi," perempuan muda itu pun menyerahkan dokumen itu.
Azmya pun menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Sebelum perempuan muda itu pergi meninggalkan ruangan, Azmya menanyakan hal lain padanya.
"Apa kamu sudah mendapat kontak dari Manajer Kenta Mashimoto?" tanya Azmya.
" Sudah bu, Oshita sedang membuat janji dengannya," jawab perempuan muda itu.
"Baguslah, oh iya bolehkah aku meminta bantuanmu Jessica?" tanya Azmya lagi.
"Boleh Bu, apa yang bisa saya bantu?" tanya Jessica.
"Hari ini anak saya ulang tahun, tapi saya tidak sempat membeli kado untuknya, bisakah kamu membelikannya di jam makan siang ini?" Azmya memohon pada Jessica dengan wajah memelasnya.
"Baik Bu, saya akan membelinya," jawab Jessica dengan tersenyum.
"Kau memang baik, oke tolong belikan dia sesuatu yang sedang trend sekarang untuk anak laki-laki!" Perintah Azmya sambil memberikan kartu kreditnya.
"Oke Bu, saya tahu barang yang cocok untuk anak laki-laki Ibu, minggu lalu saya juga beli untuk keponakan saya itu. Dan dia sangat menyukainya," cerita Jessica.
"Oke, saya percayakan padamu. Saya memang orangtua yang buruk, membeli hadiah ulangtahunnya pun aku menyuruh orang lain. Saya jarang menghabiskan waktu bersamanya." Azmya dengan wajah yang murung penuh penyesalan.
"Yang penting kasih sayang Ibu dan perhatiannya padanya tidak berkurang. Kalau ibu sudah tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan, lebih baik ibu ajak anak ibu liburan!" saran Jessica.
"Saranmu aku simpan, terimakasih ya!" kata Azmya.
"Baik bu, kalau tidak ada lagi yang ditugaskan, saya kembali ke meja saya." Jessica pun pamit.
Azmya menganggguk dan tersenyum pada Sekretarisnya itu. Jessica Imaeda, seorang gadis berumur dua puluh lima tahun yang sudah menemaninya selama tiga tahun terakhir ini di Perusahaan Elektronik Kyoto Grup. Sudah tiga tahun lebih dia bekerja di sana. Setelah melahirkan Rafael, Azmya bekerja dan diangkat langsung menjadi Direktur Bagian Perencanaan dan Design Produk di Kyoto Grup.
Sungguh perjalanan yang luar biasa selama lima tahun ini tanpa Jun. Azmya sudah menganggap Jun mati. Karena tidak ada kabar berita dia di mana ataupun kabar ditemukannya jasadnya kalau dia mati. Tak ada petunjuk apa pun. Sampai akhirnya Azmya menyerah. Dengan kondisi perut makin membesar Azmya memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan kembali menetap di Jepang. Dia berusaha dan bertahan seorang diri. Tidak. Dia tidak seorang diri dalam merawat Rafael. Ada Sena yang sampai saat ini pun masih membantunya. Meskipun Azmya berulang kali meminta Sena agar bisa melupakan dan segera mencari pendamping hidup. Sena tidak sedikit pun mundur dan tetap dengan janjinya. Dia akan terus di sisi Azmya meskipun dirinya tidak menganggapnya sebagai seorang lelaki, dia akan terus di sampingnya sampai Azmya merubah pikirannya.
<<<<< Flash Back On ....
"Aku akan mempertahankan kehamilan ini, dan aku akan pergi ke Jepang, melahirkannya dan membesarkannya seorang diri." Dengan penuh tekad Azmya mengatakannya langsung pada Sena.
"Aku akan bertanggung jawab,tidakkah kau kasihan pada anakmu, dia juga butuh sosok ayah," ucap Sena sambil memandang wajah Azmya yang sudah sangat teramat dia cintai. Meskkipun dia dalam keadaan hamil anak lelaki lain. Namun tak lantas membuat hatinya menjauh darinya. Justru dia semakin ingin melindungi Azmya.
"Aku tidak mau Oppa ikut menderita dengan keadaanku, kalau Oppa memaksakan keinginan itu, Oppa hanya akan mendapatkan luka lebih dalam lagi. Biarkan aku tanggung semua ini sendiri. Oppa berhak bahagia dengan wanita lain. Bukan wanita seperti aku. Karena aku tidak bisa membalas perasaan Oppa, tidakkah itu kejam buatmu?" Azmya berusaha menolak Sena dengan halus.
"Aku tidak peduli itu semua, aku lebih bahagia melihatmu dibanding aku harus menjauh darimu. Izinkan aku tetap bertemu denganmu dan membantuku melahirkan dan merawatnya. Aku tidak berharap kau akan membalas perasaanku. Karena ku tahu posisi Jun tidak akan tergantikan oleh siapa pun."
Azmya melihat ketulusan Sena yang begitu besar pengorbanannya. Dia adalah lelaki terbaik, hanya saja hatinya tidak bisa terbuka lagi untuk siapa pun. Azmya belum bisa melupakan Jun. Apalagi sekarang di perutnya tumbuh janin miliknya dengan Jun. Itu adalah milik dan hartanya yang paling berharga peninggalan Jun.
Pada akhirnya Azmya kembali ke Jepang bersama Sena. Sena menemaninya layaknya suami siaga. Merawat dia ketika hamil muda sampai dia melahirkan Sena tetap berada di sampingnya seperti suami. Azmya merasa tidak enak hati dengan ketulusan Sena seperti itu. Meskipun Sena tidak berkeberatan Azmya hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, dia terus tetap menemaninya. Bahkan dia rela sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi mengunjungi Azmya di Jepang. Bahkan saat Azmya mendekati hari persalinan, Sena malah secara khusus meminta cuti untuk menemani Azmya melahirkan anaknya.
Kadang kala juga Azmya merasa tidak enak pada Sena. Tapi menikahi Sena, dia belum memikirkannya sampai ke sana. Entahlah dia terlalu takut. Kalau dia menikah, dia takut kehidupan rumah tangga nya akan berjalan tidak baik karena masih berada nama dan bayangan Jun. Azmya tidak mau kalau rumah tangganya hanya akan dipenuhi cekcok dan keributan.
Maka dari itu Azmya dan Sena memutuskan hubungan mereka hanya sebatas adik kakak. Meskipun Sena memang mencintainya sebagai lelaki bukan seorang kakak, Azmya tetap hanya menganggap seorang kakak. Sena pun tidak masalah, selama dia masih melihat Azmya dalam keadaan baik-baik saja.
>>>>> Flash Back Off ....
Sore itu Azmya berusaha untuk pulang lebih awal. Karena ini adalah hari spesial Rafael. Dia akan merayakan ulang tahunnya di sebuah tempat yang sudah dia booking bersama Sena. Tempat favorit mereka bertiga. Sebuah restoran yang berada di atap gedung dengan pemandangan Umeda Sky Building yang megah.
Azmya disambut dengan langkah lari Rafael dari depan rumah kakeknya dulu. Di belakang Rafael nampak Bibi Akane yang dulu bekerja dengan kakeknya. Sekarang dia lah yang mengasuh Rafael saat dia pergi bekerja. Azmya langsung memeluk Rafael dengan erat. Meskipun hanya setengah hari Azmya selalu merasakan rindu anaknya.
"Mommy, hari ini kita jadi kan pergi bersama Sena Ahjussi (Paman Sena)?" tanya Rafael dengan gaya seorang anak kecil yang menggemaskan.
"Tentu saja jadi sayang, Mommy mandi dulu ya," jawab Azmya sambil menyentuh hidung mancung Rafael dengan telunjuknya.
"Iya Mom, tapi kapan Sena Ahjussi sampai ke sini?" tanya Rafael tidak sabar.
Azmya pun mengernyitkan alisnya. Seharusnya Sena sudah sampai ke rumah. Penerbangannya sudah landing tiga jam yang lalu. Kenapa dia terlambat.
"Mungkin sebentar lagi dia datang, kamu tunggu dengan Bi Akane dulu ya, Mommy mau mandi dulu," kata Azmya kemudian meninggalkan Rafael dan Bi Akane.
Rafa nampak tidak sabar bertemu pamannya. Tingkahnya seperti seorang anak yang menunggu kedatangan ayahnya. Benar kata Sena dulu. Rafael butuh sosok ayah di sisinya. Namun Azmya hanya membuat Sena sebagai pamannya Rafael. Entahlah apakah itu dapat berpengaruh atau tidak jika dia hanya seorang paman bukan ayah.
Bersambung.....
Terimakasih yang sudah menunggu cerita ini Up. Nantikan ya kelanjutannya. Tinggalkan like, komen, dan vote sebagai bukti dukungan untuk author.