Sudah tiga minggu kejadian Jun hilang. Namun tidak ada satu kabar baik pun tentang Jun. Mereka pun tidak berhasil menemukan orang-orang yang dicurigai yang sudah menculiknya. Namun pihak polisi masih tetap berupaya menyelidiki kasus hilangnya Jun. Azmya merasa dunianya runtuh tak berbekas. Akira setiap hari meneleponnya menanyakan kabarnya karena cemas dengan kondisi Azmya.
Sementara Sena, meskipun dia sudah bukan lagi tunangan Azmya. Dia masih saja rutin menemuinya. Apalagi kondisi Azmya yang sangat mengkhawatirkan. Dia hanya berbaring lemah di kamarnya dan enggan untuk turun kamar walau hanya sekedar makan. Mamihnya merasa sedih campur cemas karena Azmya tidak mau makan dan minum. Namun dia sering muntah-muntah.
Sena mendapati Azmya sedang berbaring lemah. Tatapannya kosong, tak ada semangat hidup. Bahkan Azmya sudah tidak peduli siapa saja yang masuk ke dalam kamarnya. Dia hanya akan menanyakan hal yang sama.
"Dimana Jun?Apa dia ditemukan?"
Pertanyaan yang sama pada siapa pun yang masuk ke dalam kamarnya. Bahkan seorang dokter yang mau memeriksa keadaaannya ditanyakan hal yang sama juga.
"Dimana Jun? Apa dia ditemukan?"
Mamihnya hanya bisa menangis melihat keadaan putrinya seperti itu. Dia tidak tega putri cantiknya bisa berubah menyedihkan seperti itu. Bahkan papihnya juga mengerahkan segala koneksinya untuk bisa membantu mencari tahu keberadaan Jun dimana. Dia tidak mau Azmya semakin menderita gara-gara tidak menemukan Jun.
Sena kembali datang menemui Azmya yang masih saja di tempat tidur dengan tatapan yang sama dan pertanyaan yang sama.
"Dimana Jun?" Kau menemukannya?" Azmya menatap Sena dengan tatapan sedih.
"Dia pasti masih hidup entah dimana itu, kamu mau bertemu dengannya?" tanya Sena menahan rasa sedihnya melihat keadaan Azmya yang semakin lemah.
"Aku mau bertemu dengannya, bawa aku bertemu Jun Om!" rengek Azmya memegang lengan Sena dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu harus makan dulu dan minum obat, supaya kamu ada tenaga!" kata Sena sambil mengusap kepala Azmya.
"Aku ingin segera bertemu Jun, baiklah aku akan makan." Azmya pun meminta makan pada Sena.
Sena yang sudah membawa bubur pun kemudian dengan telaten menyuapi Azmya. Sepertinya Azmya bersemangat akan diajak bertemu dengan Jun. Sena hanya mampu menata hatinya untuk tegar dan tabah kalau wanita yang dicintainya begitu mencintai laki-laki itu sampai seperti ini.
Semangkok bubur habis dia suapi. Namun beberapa menit kemudian Azmya kembali memuntahkannya lagi membuat Sena menjadi khawatir dengan kondisi kesehatan Azmya yang semakin menurun. Sena ingin membawanya ke rumah sakit. Namun sepertinya mamih dan papihnya tidak berada di rumah.
"Azmya kalau kamu mau bertemu Jun, kamu harus sehat dulu, sekarang kita pergi ke dokter dulu ya!" ucap Sena.
Azmya pun mengangguk lemah. Sena pun menggendong tubuh Azmya keluar kamarnya dan menuju mobilnya. Sena melihat wajah Azmya yang semakin pucat pasi. Dia pun sesegera mungkin membawanya ke rumah sakit.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
" Bapak Senatrya Abigail!" panggil seorang perawat ketika Sena sedang duduk di ruang tunggu menunggu pemeriksaan Azmya di ruang periksa dokter.
"Iya saya." Sena pun beranjak dari kursinya dan kemudian mendatangi ruangan dokter.
Azmya sudah duduk di depan dokter itu dengan tatapan yang membuat Sena bertambah cemas.
"Badan istri anda sangat lemah karena kurang asupan gizi dan vitamin. Itu mungkin karena memang keadaan yang wajar bagi seorang ibu yang hamil muda. Tapi untuk lebih pastinya istri anda hamil atau tidak, silahkan cek ke dokter kandungan!" Penjelasan dokter itu tentu saja membuat Sena seperti kesetrum listrik jutaan volt. Hamil. Bahkan dokter menyebut Azmya sebagai istrinya karena kondisi Azmya yang diantar seorang laki-laki. Tentu saja mereka menduga Sena adalah suaminya.
Sena menatap wajah Azmya yang sama shock mendengarnya. Azmya menutup mulutnya. Sepertinya dia mulai merasakan mual lagi. Sena melihatnya langsung duduk lemas. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Azmya hamil.
~ ~ ~ ~ ~
Sepulang dari rumah sakit. Sena menyempatkan diri dulu ke apotik untuk membeli resep dokter dan juga dia ingin memastikan itu benar. Dia membeli test pack alat pengetes kehamilan. Hatinya memang hancur mendengar dugaan Azmya hamil. Tapi dia lebih hancur lagi melihat kondisi Azmya jika benar hamil sementara ayah calon bayi itu entah berada di mana. Azmya nampak sangat cemas dan juga terlihat kebingungan.
Sampai di rumahnya Sena pun mengantar Azmya ke kamarnya. Entahlah kenapa Sena melakukan ini semua. Dia terluka namun dirinya tak mampu jika tidak melihat Azmya. Jadi meskipun dia merasa tersakiti dia tidak ingin menghindari Azmya.
"Kamu mau mengeceknya sekarang?" tanya Sena pada Azmya.
Azmya menatapnya ragu. Sena juga penasaran kebenaran Azmya hamil atau tidak. Dia pun menyerahkan test pack itu ke Azmya. Dengan tangannya yang lemah Azmya pun mengambilnya lalu Sena membimbingnya ke kamar mandi. Karena badannya yang lemah Sena membantunya memakai test pack itu layaknya seorang suami sungguhan. Tanpa rasa jijik Sena mencelupkan test pack itu ke dalam urine Azmya. Sementara Azmya sudah shock duluan.
Dua garis merah pun terpampang nyata di alat itu. Sena pun lemas. Azmya malah menangis kencang melihat itu.
"Bagaimana ini?Juuunnnn?" teriak Azmya frustasi. Sena segera bangkit dan mencoba menenangkan Azmya yang histeris.
"Tenang Azmya, tenaang!" Sena memeluk tubuh Azmya yang meronta-ronta.
"Kenapa ini bisa terjadi sama ku Om?" isak Azmya sedih.
"Harusnya Jun tahu, kalau dia akan punya anak!" Azmya memukul mukul dadanya yang sesak.
"Tenang Azmya, saat ini kamu harus tenang agar bisa berpikir langkah selanjutnya!" ucap Sena membuat Azmya berhenti terisak.
"Kamu mau mempertahankan kehamilanmu atau tidak, sepertinya usia kehamilan kamu baru beberapa minggu!"
"A-aku, ha-rus bagaimana Om?" tanya Azmya memegang tangan Sena.
"Kamu mau mempertahankannya tidak?"tanya Sena.
Azmya memandang wajah Sena yang nampak sekali tidak ada rasa benci padanya. Azmya menyadari kalau Sena sudah sejauh ini membantu dan menemaninya. Sena pun terus bertanya.
"Aku akan mempertahankannya Om." Jawaban Azmya membuat hati Sena berlubang. Namun dirinya pun tetap harus menghargai keputusan Azmya.
Yang dipikirkan selanjuntya adalah bagaimana menyampaikan hal ini kepada mamih dan papihnya. Apalagi kalau mereka tahu kalau benih yang di perut Azmya adalah benih yang ditanam Jun.
Bersambung.....
Catatan Author.
Komen, dan Vote jangan lupa.
Luv luv luv luv youuu all.