"Maaf, aku nggak sengaja" sambil memungut buku yang berserakan. Aku tak sempat melihat wajahnya, setelah memungut semua buku aku permisi untuk pergi. Lari ku tidak berarah, mataku tak henti menatap kesana kemari, dan kaki ku hanya melangkah begitu saja tanpa henti. Tak terasa aku sudah berada di depan gerbang utama yang berarti aku telah melewati kelas ku. Pikiranku sudah sangat kacau, gerbang yang tidak terkunci langsung saja aku membukanya. Satpam berteriak memanggil ku yang telah lari keluar gerbang namun aku menghiraukannya.
Air mata ku yang tak henti mengalir dari tadi membuat mataku menjadi sembab. Keringat bercucuran ditubuh ku karena telah berlari sangat jauh. Aku berhenti dan tersadar ketika melihat taman yang penuh kenangan bagiku. Ternyata aku telah berlari sejauh 3 km dari sekolah. Taman yang menjadi saksi bisu tawa, canda dan bahagia ketika keluargaku berkumpul bersama. Mengingat masa kecil ku yang sangat bahagia, rasanya aku ingin kembali kecil untuk selamanya. Tidak ada beban pikiran dan masalah kehidupan yang menyelimuti pikiran.
Duduk diatas sebuah kursi yang telah dimodifikasi, namun letaknya masih sama dengan yang dulu. Aku tersenyum mengingat saat bermain dengan Mbak Nabila dan Mas Akbar. Kami sering bermain petak umpet, ayunan dan seluncuran. Diwajah kami saat itu hanya terhiasi senyum dan tawa, seperti kebahagiaan ada ditangan kami.
Namun, airmata ku kembali terpecah mengingat saat terakhir ayah mengantar kami sebelum ia meninggal. Aku masih SD saat itu sekitar kelas 5. Tak pernah aku menyangka jika saat itu adalah terakhir kalinya ayah bersama kami di taman ini. Ayah sangat menyayangi dan memanjakan ku karena berhubung aku anak bungsu. Mengingat semuanya malah membuatku semakin sedih.
Ku mengusap airmata dan menghelah nafas dalam-dalam. Menatap terik matahari yang menyinari pelosok bumi. Dunia mungkin saja tidak ingin aku hidup karena perbuatan dan dosa yang kulakukan. Berusaha tegar dan kuat untuk menghadapi resiko perbuatanku.
"Mungkin ini balasan yang Engkau berikan padaku. Hamba MU ini telah mencintai sesuatu yang melebihi cintaku pada MU Ya Rab" bisik dalam hatiku.
Hari telah siang dan aku masih berada di taman. Hanya ada beberapa anak-anak yang bermain. Aku tak ingin pulang, karena tidak dapat untuk menjelaskan semuanya. Ibu dan Mbak Nabila pasti akan sangat kecewa setelah mengetahui semuanya.
****************
Maharani dari tadi pulang balik dihadapan yang lain. Semua terlihat panik dan bingung memikirkan keadaan Jisrah. Namun, mereka tetaplah seorang gadis yang tak berdaya. Hanya doa dan harapan yang dapat mereka lakukan.
"Gimana dong nih? Jisrah belum balik dari tadi." tanya Maharani.
"Udah gue telpon dan chat dari tadi. Tapi nggak ada respon" ucap Salsa.
"Aduhh kok jadi gini sih? Jisrah kan orangnya nggak pernah buat masalah sejak dulu" ucap Ira.
"Kalau ajah kemarin Risfan nggak negur Jisrah. Mungkin ini nggak bakalan terjadi" ucap Armi dengan ragu.
"Lu nyalahin Risfan? Yang salah itu Kak Aska, udah jelas kok Risfan niatnya baik. Ehh malah ditonjokin" ucap Salsa yang geram.
"Kok malah nyalahin Kak Aska? Yang salah itu Jis....." ucap Ira yang hampir kecoplosan akibat kecemburuannya.
"Astagaa, kenapa malah kalian yang bertengkar?. Gue nggak ngerti bagaimana ini bisa terjadi. Sekarang kita harus berpikir gimana caranya buat tau keberadaan Jisrah sekarang!" seru Maharani yang makin gelisah.
Disaat sedang berngobrol ternyata ada sosok yang dari tadi menyimak semua pembicaraan mereka. Namun tak ada satupun yang sadar akan keberadaan sosok tersebut. Hingga waktu pulang telah tiba, mereka masih saja memikirkan keadaan Jisrah yang telah pergi dari sekolah begitu saja. Seluruh teman sekelas mereka telah mengetahui jika Jisrah telah di skorsing selama 2 minggu. Kabar itu cepat menyebar ke suluruh murid.
Masing-masing telah pulang kerumahnya. Mereka membuat kesepakatan, siapapun diantara mereka jika mendapatkan kabar tentang keadaan Jisrah harus menghubungi semuanya. Ira takut berbicara pada ibu Jisrah, apalagi ia tau jika Mbak Nabila datang. Pastinya mereka akan kecewa dan marah pada Jisrah.
****************
Terbaring dengan lemas menggunakan piama berwarna pink membuatnya semakin manis "Makasih banyak Maharani, udah nolongin gue." Maharani yang sedang menyisir rambutnya membalas ucapanku "Sama-sama, nggak usah sungkan sama gue. Kita kan temenan" ia mencari ponselnya dengan membuka laci "Lu liat nggak hp gue Jis?." Sambil aku membantu mencari hpnya dengan mengangkat bantal "Nggak ada nihh." Maharani melompat ke tempat tidur "Udah gue dapat kok, ternyata ada dalam tas." Aku menggelengkan kepala.
Mengingat sikapnya mirip dengan Armi yang pelupa. Tadinya aku ingin bermalam di rumah Armi tapi mungkin ibu akan mengetahui keberadaan ku dengan cepat. Berhubung ibu belum mengenal ataupun mengetahui Maharani makanya aku memilih bermalam dirumahnya. Pasti ibu, Mbak Nabila dan Mas Syafar khawatir karena aku belum pulang, sedangkan hari mulai petang. Tak ada niat dalam hati membuat mereka khawatir. Aku hampir lupa menyuruh Maharani agar tidak memberitahu kepada siapapun akan keadaan ku.
"Maharani gue boleh minta tolong nggak?"
"Kan gue udah bilang, nggak usah sungkan sama gue. Emang lu butuh apa?"
"Gue pengen lu nggak usah ngabarin siapapun tentang keberadaan gue sekarang"
"Baiklah, tapi gimana dengan orang tua mu?" sambil menaruh hpnya.
"Gue bakal mikirin gimana cara agar mereka nggak marah sama gue. Yang terpenting sekarang gue nggak pengen ada orang tau tentang keberadaan gue disini"
"Yaudah kalau itu kemauan lu, sekarang lu istirahat ajah" dengan menaruh hpnya, ia tak jadi mengirim pesan untuk memberitahu keberadaan Jisrah.
Maharani keluar dari kamarnya dan meninggalkan ku sendiri. Aku sangat lelah karena telah lari sangat jauh dibawah terik matahari yang panas. Memejamkan mata membuatku langsung tidur dengan nyenyak.
**************
"Pak tolong bantu kami untuk menemukan anak aku" memohon sambil menangis.
"Maaf Bu, kami tidak akan melakukan pencarian sebelum 24 jam"
"Aku akan memberi uang berapapun yang anda inginkan untuk menemukan adik ipar ku" seru Mas Syafar.
"Maaf pak, ini bukan masalah biaya tapi kami hanya melaksanakan peraturan yang telah ditentukan" ucap polisi.
Hampir sudah malam, namun Jisrah belum pulang. Mereka sangat khawatir dan mulai berpikir macam-macam akan Jisrah. Ibunya tak henti menangis "Ya Allah, kenapa ini terjadi? Aku mohon tolong lindungilah anak ku diluar sana." Mbak Nabila berusaha menenangkan ibunya yang terhanyut dalam kesedihan. Bagaimana tidak jika anak gadisnya belum pulang sejak tadi.
Mas Syafar berusaha menghubungi temannya yang bekerja di kepolisian untuk membantu menemukan adik iparnya. Tetapi tetap saja temannya juga tidak dapat membantu karena persyaratan pencarian orang hilang harus 24 jam. Mas Syafar telah mengirimkan foto, biodata, dan ciri-ciri sebelum hilangnya Jisrah. Semua panik karena sekarang sudah malam. Mbak Nabila akan menelpon wali kelas adiknya.
"Assalamualaikum Bu, saya mewakili orang tua dari anak wali ibu" ucap ibu.
"Wa'alaikumsalam, orang tuannya siapa Bu?"
"Jisrah Haraini, sudah dari tadi dia tidak pulang Bu. Apa dia tadi ada di sekolah Bu?
"Sebelumnya saya minta maaf, karena kelalaian dari keamanan sekolah kami. Kata satpam sekolah tadi ada seorang siswi yang lari keluar sekolah setelah membuka gerbang, dia sempat berteriak namun dihiraukan oleh siswi tersebut. Setelah kejadian itu, satpam melapor kepada Kepala Sekolah dan guru"
"Jadi yang lari dari sekolah Jisrah Bu?" sambil menjauh dari ibunya agar tidak khawatir.
"Iya Bu, yang lari itu Jisrah. Kami sudah mencari sekitar daerah sekolah tapi kami tidak menemukannya"
"Maaf Bu, tapi kenapa Jisrah lari dari sekolah? Apa dia punya masalah di sekolah?"
"Kami baru saja akan membuat surat peringatan untuk orang tua Jisrah, tapi sebelum diberikan dia sudah pergi dari sekolah"
"Surat peringatan apa Bu? Sebelumnya Jisrah nggak pernah cerita kalau dia punya masalah" ucap Mbak Nabila dengan cemas.
"Dia sudah terlibat kasus yang membuat teman sekelasnya masuk RS. Jadi kami memberikan dia sanksi skorsing selama 2 minggu"
"Maaf Bu atas kesalahan Jisrah. Terima kasih sudah memberikan kami informasi. Wassalamualaikum"
Mbak Nabila syok dan tidak percaya apa yang telah ia dengar. Adik kesayangannya Jisrah terlibat kasus di sekolah dan sekarang dia menghilang. Jika dia memberitahu ibunya, takutnya akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Dia hanya memberitahu kepada ibunya bahwa Jisrah telah pergi dari sekolah sebelum jam pulang. Hanya kabar itu yang ia beritahukan kepada ibunya sudah membuat dadanya sakit. Tak ingin melanjutkan pembicaraan ia mengajak ibu dan suaminya pulang.
Setelah sampai di rumah mereka, tiba-tiba ada Ira yang membawa tas Jisrah. Mbak Nabila mengedipkan matanya kepada Ira agar tutup mulut tentang Jisrah. Ira mengerti maksud dari kedipan Mbak Nabila, setelah itu ia pun pamit untuk pulang. Mbak Nabila langsung membuka tasnya dan menemukan hp Jisrah. Pantas saja dari tadi chat dan telpon darinya tidak dibalas dan diangkat oleh Jisrah. Setelah melihat-lihat notifikasi dari hp Jisrah ia tersadar bukan hanya dirinya yang menghubungi Jisrah, namun sangat banyak. Dia melihat notifikasi, terdapat chat dan telpon dari teman-teman Jisrah. Namun ia terkejut melihat nama seorang pria yang menchat adiknya, baru saja ingin membaca chat tersebut, hp Jisrah berdering.
"Halo Jis, kamu kok nggak balas chat aku. Kita kan udah janjian pergi ke RS, atau aku jemput kamu?"