Ditengah lapangan kami menjadi pusat perhatian. Pipiku langsung merah akibat tamparan wanita itu sangat keras. Maharani langsung memelukku, aku menahan tangis. Dia terus menghujatku tanpa henti "Lu nggak diajar apa sama orang tua lu? Kelakuan kayak l*c*r, lu nggak tau diuntung banget yahh. Adik gue udah nasihatin lu, tapi apa balasan cowok lu? Dia malah ngeheajar adik gue sampai babak belur!"
Bagai panah yang menghujam diriku lewat mulutnya. Aku sangat malu dengan keadaan ku sekarang. Kak Aska menghampiri kami dan menarik tanganku pergi meninggalkan wanita itu. Maharani pun mengikuti kami dari belakang.
"Jis, kamu nggak apa-apa?" tanya Kak Aska sambil mengelus pipiku.
"Aku nggak apa-apa kok. Rasa sakit tamparan ini nggak seberapa dengan rasa sakit yang dialami Risfan" sambil menyapu air mata ku yang menetes.
"Jisrah emangnya ada apa sih? Kok tiba-tiba ada cewek yang namapar lu? Ditambah lagi ngehujat lu" tanya Maharani dengan heran.
"Maaf ya Maharani, lu baru datang ke sekolah. Tapi, gue malah nunjukin lu dengan semua ini"
"Aduhh nggak apa-apa kok, kita ke kelas ajah sekarang daripada dia kesini!"
"Iya Jis kamu ke kelas ajah, kalau ada apa-apa lebih baik kamu ke guru BP" seru Kak Aska.
"Yaudah kak, aku sama Jisrah ke kelas dulu ya"
Sesampai di kelas Armi langsung menghampiri ku. Dia sempat heran melihat Maharani sebelum mereka berkenalan. Aku yang sudah menghapus air mataku ternyata ketahuan olehnya "Jis sekarang lu jujur! Lu habis nangis kan? Aku membekap mulut Armi "Shuttt, bentar gue jelasin." Ternyata Ira mendengar apa yang dikatakan Armi.
Guru IPA masuk di kelas untuk mengisi jam pertama. Namanya Pak Nurdin, ia berusia sekitar 30an. Cara ia mengarahkan kami dalam proses pembelajaran sangat mudah dipahami karena menggunakan intonasi yang pas saat menyebutkan nama-nama biologi dari berbagai spesies tanaman. Aku yang sangat menyukai mapel IPA, apalagi materi tentang sistem organ yang berada dalam tubuh manusia. Apalagi sejak kecil aku bercita-cita menjadi Dokter. Pak Nurdin mengajukan beberapa pertanyaan dan Alhamdulillah aku dapat menjawab semua pertanyaannya.
Setelah itu, ia memberikan kami tugas berkelompok. Nama kami disebut satu persatu, entah takdir atau apa aku dan Ira selalu bersama. Tetapi Salsa dan Armi berbeda kelompok dengan kami. Sepertinya Allah mempunyai rencana yang sangat besar padaku karena aku berkelompok bersama temanku yang sedang berselisih dengan ku sekarang. Kami berlima ada Ira dan Risfan, untung saja ada Maharani dan Sultan. Karena, Risfan tidak hadir kami hanya berempat mengerjakan tugas. Tiba-tiba terdengar panggilan dari dewan guru "Jisrah Haraini, kelas 10 MIPA 2 agar kesumber suara." Jantungku berdetak dan aku sangat takut, Ira langsung merangkul pundakku "Lu nggak usah khawatir Jis, semuanya akan baik-baik ajah." Kemudian Maharani memegang tanganku "Udah kamu nggak usah takut, bismillah ajah." Sultan yang sedari tadi hanya memperhatikan kami berbicara "Jisrah, gue nggak pengen nyalahin dan ngebela siapa-siapa. Karena nggak ada yang pengen ini terjadi. Sekarang lu ke dewan ajah, sebelum lu dipanggil lagi." Aku agak legah mendengar dukungan mereka dan sepertinya Ira sudah tak marah lagi padaku. Langsung saja aku meminta izin kepada Pak Nurdin.
Saat melangkah didepan pintu suara mic terdengar kembali "Aska Hermansyah, kelas 12 IIS 1 agar ke sumber suara sekarang." Ketika mendengar panggilan tersebut rasanya aku sudah semakin tidak berdaya untuk melangkah. Namun, aku mengingat Allah yang ada selalu bersama hambaNYA dengan mengucap basamalah aku melangkah keluar menuju dewan guru.
****************
"Aaaaa anak pinter" ucap ibu sambil menyuapi Ting-Ting. Mbak Nabila yang menggendong anaknya itu melamun memikirkan keadaan adik satu-satunya Jisrah. Dia sangat menyayanginya bahkan memanjakannya hingga sekarang.
"Bu, selama ini Jisrah nggak pernah pingsang atau kesehatannya down kan?"
"Iya nak, ibu jadi khawatir. Apa lagi sekarang ibu udah jarang banget luangkan waktu untuk dia. Ibu cuman bisa ngobrol kalau pagi-pagi, karna kalau malam ibu biasa lembur"
"Aduh gimana nih Bu? Aku nggak akan mungkin biarin Jisrah kek gini. Bagaimana dengan usahanya selama ini buat jadi dokter. Apalagi dia kan berprestasi Bu, sayang banget kalau dia berhenti sekolah gara-gara imunnya melemah"
"Jisrah nggak mungkin semudah itu putus asa, lagian juga cuman pinsang"
"Aku tuh punya tetangga Bu, awalnya kayak Jisrah juga dia tiba-tiba sering pinsang gitu. Terus lama kelamaan dia makin kurus, dan akhirnya dia berhenti kerja"
"Naudzubillah, itu nggak akan terjadi dengan Jisrah"
"Insyaallah Jisrah selalu dilindungi Allah. Tapi aku cuman khawatir ajah Bu kalau dia kenapa-kenapa"
"Ibu juga takut nak, terus sekarang gimana?"
"Aku sih pengen ngajak Jisrah tinggal di rumahku Bu, tapi kan ada Mas Syafar. Walaupun dia kakak ipar Jisrah tetap ajah bukan mukhrim Bu"
"Kamu pikir ibu akan biarin Jisrah pergi? Yahh nggak lah, ibu sendirian dong di rumah"
"Iya sih Bu, tapi Jisrah gimana dong?. Aku nggak pengen hal buruk terjadi sama dia"
Setelah lama berngobrol akhirnya mereka putuskan untuk memindahkan Jisrah ke rumah pamannya yang merupakan adik ibunya. Walaupun rumah pamannya jauh dari kota setidaknya dia aman disana.
*************
Aku berjalan menuju dewan guru, untung saja hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Setelah sampai di dewan guru, aku diarahkan untuk ke ruang BP. Dalam benakku berkata tamat sudah riwayat ku kali ini. Disana terdapat wanita yang menamparku tadi, ia melihatku dengan tatapan marah. Sedangkan aku hanya menunduk pasrah dengan yang akan terjadi.
"Assalamualaikum Bu" ucap Kak Aska yang baru tiba.
"Wa'alaikumsalam, silahkan duduk Aska" ucap guru BP.
"Sekarang kalian berdua sedang ada masalah dengan salah satu siswa bernama Risfan Adijaya"
"Bukan lagi masalah Bu, kalau saja aku udah nggak punya hati nurani. Sejak kemarin bocah ingusan ini udah masuk penjara!"
"Maaf dek, saya maklumi kamu. Tapi biarkan mereka menjelaskan semuanya. Aska baru sekarang kamu terlibat masalah, ingat yah sekarang kamu udah kelas 12 sebentar lagi kamu ujian jadi nggak usah buat ulah!'
"Maaf Bu, saya nggak bakal ngulangin lagi"
"Sekarang kamu jelasin apa yang sebenarnya terjadi!"
Setalah menjelaskan semuanya dan meminta maaf wanita yang mengaku sebagai Kakak Risfan tetap tidak menerima semuanya. Dia terus mengoceh tanpa henti dan menyalahkanku "Bu! Aku nggak bakal terima dengan semua ini, adik aku terbaring dengan selang pernafasan dihidungnya. Sedangkan aku menerima maaf dari bocah b*r*n*s*k dan l*c*r ini yang menjadi biang semua kejadian ini. Tetap bu saya tidak akan terima sebelum mereka dikeluarkan dari sekolah ini" sambil memukul meja.
Aku langsung menangis setelah mendengar ucapan wanita itu bukan karena malu diriku telah disebut l*c*r tapi aku sangat sedih karena diriku dua cowok hidupnya kacau, Risfan nyawanya sedang berbahaya dan Kak Aska sekolahnya terancam. Kepalaku rasanya ingin meledak memikirkan semuanya. Hidupku benar-benar telah hancur, aku ingin rasanya bunuh diri saja. Akhirnya guru memberikan kami hukuman skorsing, Kak Aska selama 1 bulan dan aku selama 2 minggu. Walaupun awalnya wanita itu keberatan akan hukuman yang tidak setimpal, akhirnya dia setuju tetapi dia meminta persyaratan jika saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Risfan maka kami akan dikeluarkan dari sekolah. Setalah membicarakan dengan guru yang lain, akhirnya Guru BP sepakat akan persyaratan tersebut. Mulai besok aku dan Kak Aska tidak boleh ke sekolah sampai waktu skorsing kami selesai.
Kami keluar dari ruang BP, wanita itu pergi begitu saja lewat dihadapan ku. Kak Aska meyakinkan ku semua akan baik-baik saja dan aku mengajaknya untuk pergi ke RS dimana Risfan dirawat. Dia pun setuju, setelah itu kami masing kembali ke kelas.
*****************
Waktu istirahat telah tiba, kami ke kantin bersama. Aku bersyukur ternyata Ira dan Salsa telah memaafkan keegoisan ku. Kami senang karena ditambah lagi dengan Maharani suasana semakin ramai. Kami memesan makanan, dan duduk di kursi. Tak berselang lama pesanan datang. Dengan nikmat menyantap makanan kami masing-masing. Aku terkejut dengan porsi makanan Maharani yang sangat banyak. Jika diperhatikan tubuhnya yang kurus tak sebanding dengan apa yang ia makan. Bukan hanya aku tetapi semuanya yang terkejut melihatnya. Kami tertawa bersama mengejek Maharani, dia tipe orang yang humoris makanya kami tak sungkan untuk bercanda kepadanya.
Setelah selesai makan, aku bersama Ira membayar makanan dan yang lain meniitip uangnya pada kami. Terdengar bisikan dari belakang yang ternyata sedang menggunjingku "Murid baru udah buat ulah, mentang-mentang bisa nyuri hati kakel. Pakai acara di skorsing lagi, terus buat orang hampir mati. Nggak malu apa jadi cewek kok murahan banget." Terkejut mendengar perkataan mereka, ternyata berita aku di skorsing sudah tersebar di sekolah. Aku sangat malu, setelah menaruh uang diatas meja. Ku berlari sekencang mungkin tanpa mengingat teman-teman yang lain.
"Jisssss tunggu" teriak Ira.
"Woyy Jis lu mau kemana?" teriak Armi.
Plak!! suara barang berjatuhan.