Keringat dingin bercucuran di kening ku, seumur hidup kejadian seperti ini baru ku alami. Detak jantung ku sudah tak beraturan dan pikiran ku tak jernih lagi. Dekapannya semakin dekat aku tak dapat mundur lagi karena aku telah terpojok. Dia tersenyum pada dan berbisik "Aku terpesona pada mu sejak pertama melihatmu, tetaplah berada didekat ku Jisrah" .
Angin tiba-tiba sangat kencang sehingga membuat ku sadar. Takut jika yang lain melihat kami, aku berlari meninggalkannya "Ya Allah ampuni dosaku. Engkau mengetahui segalanya aku tak berniat melakukan hal seperti itu maka maafkanlah hamba-MU ini."
Aku mencari mereka dengan berkeliling tapi aku tak melihat mereka. Gumam dalam hati takut jika tadi mereka melihat aku dan Kak Aska sedang bermesraan. Setelah kesana kemari akhirnya aku menemukan mereka. Ternyata Danil, Ira dan Fikar sedang menikmati santapan di sebuah warung yang dekat dengan pantai, aku menghampiri mereka.
"Jisrah lu tau nggak Aska kemana?" tanya Fikar.
"Mm gue tadi liat dia dekat batu besar yang disana" aku berbohong sambil menunjuk sebuah batu.
"Aduh tuh bocah ngilang gitu ajah, dia nggak liat apa sekarang udah jam berapa" dengan nada kesal.
"Dia kan udah gede, lu nggak usah khawatir. Palingan cuman sekitar pantai ajah dan nggak mungkin juga ada yang mau nyuri dia" jawab Danil sambil tertawa. Kami pun tertawa mendengar perkataan Danil, aku pun bergabung dengan mereka dan memesan es kelapa.
Sudah setengah jam kami duduk menunggu Kak Aska dan hari sudah siang. Tak berselang lama Kak Aska datang dan menghampiri kami "Aduh kalian kok pergi nggak ngasih tau". Spontan Fikar menunjuk kearah Kak Aska "Eh lu yang ngilang, gue udah nyari lu dimana-mana terus lu juga nggak angkat telepon gue. Sekarang lu nggak tau udah jam berapa? Ini udah siang kita kan mau pergi GYM." Dengan menundukkan kepala sambil mengacak-acak rambutnya "Ya udah, kita sekarang pergi GYM lu nanti ngomel-ngomel lagi. Kami berangkat duluan." Danil berdiri dan menghampiri mereka sambil bersalaman "Iya, kami juga udah pengen balik kok." Aku terkejut karena tiba-tiba Ira berlari "Kak Aska hati-hati di jalan" sambil melambaikan tangan. Seperti biasa Kak Aska tersenyum sambil menganggukkan kepala dan tiba-tiba melirik kepada ku serta menaikkan alisnya seolah-olah berpamitan padaku. Aku hanya tersenyum melihatnya.
Setelah itu aku dan Ira pergi ke kasir untuk membayar semuanya. Kami pun juga membereskan barang karena pengunjung sudah semakin banyak sehingga hawa serasa sangat panas.
***************
Tak terasa masa orientasi selama seminggu telah berakhir dan sekarang kita memulai pembelajaran. Diantara kami sudah ada yang akrab bahkan aku sudah mengenal sebagian nama mereka. Ira dan aku duduk di bangku keempat dekat jendela, sedangkan dibelakang kami dua orang siswi bernama Armi dan Salsa.
"Assalamualaikum, saya Nurhayati s.Pd selaku wali kelas kalian 10 MIA 2 dan juga guru matematika mohon kerja samanya" dengan tersenyum ramah. Beliau menjelaskan tata tertib dan cara penilaian karakter siswa dalam K13. Keadaan kelas hening karena semuanya sedang menulis, namun diantara keheningan terdengar suara sedotan, mataku melirik satu persatu siswa untuk mengetahui siapa yang melakukan itu tapi aku tak melihatnya. Kembali memperhatikan penjelasan Bu guru, tiba-tiba saja suara papan dipukul terdengar dan spontan kami terkejut.
"Berdiri ditempat! Kamu itu masih murid baru disini, malah nggak punya etika. Guru sedang menjelaskan sedangkan kamu minum Pop Ice dibawah" sambil menunjuk kearah salah satu siswa.
Perhatian teralih ke siswa tersebut, namun sepertinya aku mengingat wajahnya. Setelah aku berusaha mengingat akhirnya aku tersadar ternyata dia siswa yang pernah ditegur oleh Kak Ulfa karena lupa membawa uang.
"Nama kamu siapa?" tanya Bu guru dengan tegas.
"Risfan Adijaya Bu" sambil menundukkan kepala.
"Kamu udah lancang sekali, ini hari pertama kamu resmi jadi siswa disini. Tapi sudah buat ulah" sambil menatap tajam.
"Maaf Bu, aku nggak bakal ngelakuin lagi" dengan nada memohon.
"Baiklah kali ini saya maafkan dan jangan berulah lagi" dengan nada suara yang mulai rendah.
Kami benar-benar kaget saat itu melihat Risfan sudah dua kali ditegur semenjak kami SMA. Namun keadaan kembali seperti semula, sepertinya Bu guru tipe orang yang mudah mengatur emosinya.
******************
Waktu istirahat tiba, semua teman kelasku sibuk dengan masing-masing aktivitasnya. Ada yang ke kantin, berngobrol, main game, ngeTikTok, bahkan ada yang tertidur. Sebenarnya ini wajar karena dimana pun sekolah tipe belajar setiap siswa berbeda. Karena aku bosan di kelas cuman duduk, akhirnya aku mengajak yang lain untuk ke kantin "Armi, Salsa, Ira yuk ke kantin. Bosan tau di kelas terus, mana lagi hawanya panas terus ribut." Sibuk mencari uang ditasnya Armi berkata "Salsa lu tau nggak duit gue dimana?" Sambil tertawa Salsa menggelengkan kepala "Lu pikun? Kan lu sendiri yang nitip duit ke gue." Memukul jidatnya Armi pun tertawa "Hehehe gue lupa." Kami pun tertawa melihat tingkah Armi.
*******************
Hawa panas akibat uap bakso dan siswa/i yang berdesak-desakan dan ditambah lagi dengan suara yang ribut. Ada yang meminta kembalian, meminta pesanan dan permisi untuk masuk kedalam kantin semua suara berpadu sehingga Mbak Yani bingung dan kewalahan melayani pembeli. Ada banyak penjual di kantin namun kantin Mbak Yani yang paling laris.
"Jis pengen beli apa?" tanya Salsa.
"Beli roti bakar sama Pop Ice ajah. Soalnya kantin itu nggak ramai banget" jawabku sambil nunjuk salah satu kantin.
Kami sepakat untuk kesana, Armi dan Ira pergi memesan sedangkan aku dan Salsa memilih meja kosong. Dari belakang terdengar suara laki-laki "Boleh gabung nggak?." Aku dan Salsa langsung menoleh, ternyata dia teman sekelas kami Risfan dan Farid. "Boleh kok, kita kan sekelas" jawab Ira tiba-tiba dari samping dengan senyum manisnya. Kamipun duduk berhadapan, satu meja dengan dua kursi panjang dapat menampung 8 orang. Tak berapa lama pesanan kami datang. Aroma roti bakar dan coklat meleleh didalamnya membuat perutku lapar. Kami menyantap masing-masing makanan yang telah dipesan.
"Lu tau nggak Bim gue punya gebetan baru" kata seorang pria. Aku menoleh dan terkejut sehingga aku tersedak ternyata itu Kak Aska. Temannya pun menjawab "Gebetan baru lagi nih? Aduh Aska lu bisa nggak berhenti jadi Playboy?." Mata Kak Aska langsung melotot kepada temannya "Lu apaan sih? Gue itu setia tau orangnya." Ternyata Kak Aska sadar jika dari tadi aku memperhatikannya, tiba-tiba ia mengeluarkan hp dari sakunya.
📱 Notifikasi wa dari Kak Aska
"Jis boleh nggak aku kesitu?"
📩 Balas chat ke Kak Aska
"Jangan dehh, nanti yang lain sangka"
📱 Notifikasi wa dari Kak Aska
"Yaudah, kamu jangan cepat-cepat makannya, aku masih pengen liatin kamu"
Aku berhenti membalasnya lalu aku menoleh kepadanya, rupanya dia masih menatapku dan aku pula tersenyum padanya. Dengan memperhatikan teman yang lain sepertinya tidak ada yang menyadari apa yang kulakukan kecuali Risfan yang mungkin heran akan tingkah ku karena dari tadi sepertinya dia melihatku dengan tatapan curiga.