"Ibu, hari ini masak apa?" sambil berteriak. Dapur yang tertata rapih membuat siapa pun pasti nyaman untuk memasak disini. Lima menit kemudian ibu turun dari lantai dua "Sayang, kok tumben cepat aman bangunnya." Aku tersenyum ke ibu lalu mengajaknya untuk memasak. Menurut ku masakan ibu yang paling enak di dunia ini. Aromanya sangat sedap khas masakan Nusantara membuat siapapun orang yang menghirupnya pasti akan lapar.
"Bu, bagusnya aku masak apa yah?" sambil melihat rempah-rempah.
"Emangnya kamu masak buat siapa sih? Buat pacar kamu" dengan nada mengejek.
"Ibu, aku nggak akan mungkin pacaran. Aku pengen buat makanan untuk Ira" sambil merayu ibu agar diajar memasak.
"Tumben, kalian bertengkar lagi yah?" kata ibu sambil menbilas sayuran.
"Kemarin aku bicara dengan nada tinggi ke Ira. Terus dia pergi ajah ninggalin aku. Makanya aku pengen buatin makanan buat Ira kan dia suka banget semur jengkol" sambil merhatiin ibu.
Ibu memotong bawang dengan lincah dan aku mengulek cabai. Kata ibu masakan itu lebih enak kalau diolah sendiri, kalau memakai blender rasanya kurang nikmat. Aku sangat bersyukur memiliki ibu yang baik dan sangat menyayangi ku. Walaupun kini ia seorang ibu tunggal. Dia adalah Superwoman dalam kehidupan ku, tak pernah menunjukkan kesedihan dan keluh kesah dalam merawat anaknya.
Aku merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak pertamaku beranama Nabila dia sangat menyayangi ku, sekarang dia tinggal bersama suaminya. Dan kakak keduaku bernama Akbar dia agak tegas padaku walaupun aku tau dia sangat menyayangi ku, ia melanjutkan kuliahnya di UI. Begitu bahagia aku memiliki keluarga yang rukun seperti ini.
****************
"Tok tok tok, Assalamualaikum" mengetuk pintu. Dari dalam rumah seseorang menjawab "Wa'alaikumsalam, iya sebentar." Pintu terbuka lalu tertampak wanita paruh baya berdiri memandangi ku "Oh nak Jisrah, kok cuman berdiri ajah ayo masuk." Aku tersenyum lalu melangkah masuk ke rumah "Tante, Ira ada nggak?." Ibu Ira menuntun ku duduk di sebuah sofa "Duduk dulu nak Jisrah, bentar yah tante panggil Ira"
Tak berlangsung lama Ira datang menghampiri ku sambil membawa secangkir teh hangat di atas sebuah nampan. Dia duduk disamping ku, keheningan terjadi beberapa menit. Kami duduk diam membisu seperti patung, tak ada yang memulai pembicaraan sedari tadi.
"Jis gue minta maaf soal kemarin, lu mau kan maafin gue" sambil memegang tanganku.
"Gue juga minta maaf Ira, kemarin rasanya gue kasar sama lu" kueratkan genggaman kami.
"Harusnya kemarin gue nggak ninggalin lu sendirian. Gue janji nggak akan bakal ninggalin lu sampai kapanpun" matanya yang coklat berbinar oleh air mata.
"Udah Ira kita lupain ajah yang kemarin. Gue juga janji akan selalu bersama lu sampai kapanpun" sambil memeluknya.
Aku pun mengeluarkan makanan yang telah ku buat untuknya. Kami makan bersama dengan lahap. Sesudah makan kami bermain game PlayStation di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Beberapa saat kami berngobrol merencanakan untuk pergi jalan-jalan. Akhirnya kami sepakat ke pantai. "Jis gimana kalau kita ajak Danil juga?" sambil membereskan barang bawaannya. Dengan mengangguk aku setuju saja.
***************
Pasir putih yang jumlahnya tak terhitung tersiar sepanjang pantai, cangkang kerang sesekali menusuk telapak kaki, desir ombak yang begitu tenang, dan angin sepoi-sepoi sangat sejuk sesekali membuat rambut kami terkibas.
Kami berfoto untuk menyimpan sebuah kenangan. Selepas berfoto Ira menuju pinggir pantai seakan dia sedang bersyukur akan keindahan alam yang diberikan Tuhan. Dengan jahil aku menciprakkan air laut padanya untuk menghentikan lamunannya.
"Jis awas lu yah" sambil mengejarku.
"Kejar gue coba. Lu kan paling nggak bisa lari" sambil ketawa aku berlari.
"Eh jangan ngentengi gue yah" berlari sekuat tenaganya namun jaraknya sangat jauh dari ku.
"Kalian tuh kek bocah ajah, nggak bahagia apa waktu kecil?" dengan nada mengejek Danil merekam kami.
Kami tiba-tiba berhenti sejenak ketika melihat dua orang pria datang dengan motor Ninja. Mataku melotot ternyata dia adalah Kak Aska, dia benar-benar terlihat sangat keren dan tampan. "OMG pangeran gue datang" seru Ira dengen kegirangan. Benar hatiku tak dapat berbohong aku terpukau melihatnya berpenampilan seperti itu. Tapi, aku juga memikirkan hati sahabatku.
Dari kejauhan mereka melihat kami karena saat itu pengunjung masih sangat sedikit. Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Sepertinya mereka menghampiri kami. Jantungku berdetak kencang sedangkan Ira sibuk menata rambutnya.
Berjalan dengan cool membuat siapapun wanita akan terpanah melihatnya. "Eh Jisrah, kamu juga disini? Lagi liburan yah?" Kak Aska menyapa sambil tersenyum padaku. Aku tak ingin Ira salah paham "Iya kak, aku kesini dengan Ira dan Danil."
Ira memandangiku dengan tatapan aneh seolah-olah dia terbakar api cemburu. Dengan tenang aku berusaha untuk mengendalikan diri agar Ira tak curiga. Akupun mengajak semuanya duduk untuk berteduh dari paparan sinar matahari.
Danil sepertinya sangat paham akan keadaanku sekarang. Dia berusaha mengalihkan kecanggungan antar kami dengan memulai pembicaraan sedikit lawakan. Suasana pun mulai cair dan kami berngobrol.
"Kenalin, dia sepupu aku Fikar. Dia orangnya nggak gini kok, aslinya dia ramah tapi kalau udah liat cewek cantik kek mati kutu ajah" kata Kak Aska.
"Lu apaan sih Aska, malu-maluin ajah. Tapi benar kalau liat cewek cantik pasti gue diam seribu bahasa" kata Fikar sambil tertawa.
"Kan apa yang gue ucap, dia tuhh orang nya gitu." sambil tertawa kecil.
Kami pun tertawa bersama namun tiba-tiba suasana tegang "Aska menurut lu, siapa yang paling cantik Jisrah atau teman disampingnya" sambil menatap Ira. Aska sempat memandangi kami berdua "Menurut gue...." Belum sempat terjawab Danil memotong perkataan Aska "Lah kok malah mikir sih? Udah jelas mereka itu nggak ada bedanya. Udah kek pinang di belah dua, karena sifat mereka sama bahkan wajah mereka juga sama" dengan nada mengejek. Sekali lagi Danil mengeluarkan kami dari situasi yang menengangkan.
***************
"Jisrah dia emangnya siapa? Dari tadi aku perhatikan kok akrab banget sama kamu?" kata Kak Aska. Aku berusaha menjauh dengan berlari agar yang lain tidak mendengar kami, namun dia tetap mengejar ku. Aku lelah dan langsung berbalik padanya "Dia itu pacar aku." Dia tak menunjukkan ekspresi kaget "Kamu jangan bohong! Aku tau kok, kamu cuman pengen menjauh dari aku."
Aku diam memandangnya, perlahan dia mendekatiku, semakin mendekat, dan menyelip rambutku ditelinga "Kamu semakin cantik" sambil berbisik ditelinga ku. Hatiku serasa tak karuan dalam keadaan ini, jarak antara aku dan dia hanya sekitar 20 cm sehingga aroma parfumnya dapat tercium olehku. Mungkin saja nafas ku dapat ia dengar dengan jelas. Rasanya aku sangat bahagia mendengarnya dan mungkin dia orang pertama menaklukkan hatiku.