Chereads / Vika's Story / Chapter 15 - Nangis? Cengeng Ih!

Chapter 15 - Nangis? Cengeng Ih!

Mereka menonton sampai jam 10, lalu semua orang masuk ke tenda masing masing, mereka berempat kumpul di tenda Vika terlebih dahulu

"Key, Vik, gue mau bocorin semua tentang abang lo" buka Zaim

"Gue duluan ye" seru Ali

"Hm" jawab Vika

"Oke, lo dah tau gue, gue sahabat abang lo yang namanya Elvin, dia anaknya goblok, ia gue tau, ngeselin, iya gue tau, mesum, itu terlalu tapi keknya cuma gue yang tau" buka Ali

"Hahaha, apaan tuh? Lanjut lanjut" Vika tertawa, gak tau apa yang lucu, katanya sih klo orang kek gitu berarti dia kesepian :v

"Jadi, Elvin tuh klo cuma gue ama dia, dia bakal cerita tentang lo, kebanyakan keburukan lo sih, dia pernah bilang gini sama gue 'Dia cantik sih, tapi sayang adek gue, gak bisa gue makan jadinya' terus klo emang kita lagi ngomongin yang gitu, dia pasti ngarahinnya ke elo" jelas Ali

"Ewww" komentar Vika

"Tapi Vik, semua sikap dia yang kayak gitu, lo ingat kejadian beberapa hari lalu, yang lo di gang sempit sama preman? Malamnya Elvin nangis dan cerita sama gue, mungkin lo gak bakal percaya, tapi itu beneran, gue gak ngarang. Gak bakal kebayang sih, Elvin nangis kayak gimana, haha" seru Ali yang diakhiri dengan candaan basi

"Oke, sekarang gue, gue sahabat dekat abang lo, Ethan" buka Zaim, "Anak itu yang paling menyebalkan, dia selalu cerita tentang lo, tapi diakhir cerita, gak peduli entah itu keburukan atau kelebihan lo, dia selalu nangis, lo tau kenapa?" tanya Zaim

Vika hanya menggeleng

"Dia masih ingat Vik, pas lo umur 2 tahun" Zaim mengingatkan sesuatu pada Vika

Mata Vika berkaca kaca, sangat menyakitkan bila mengingatnya

"Oke, lo ingat, gue ketawa pas dia bilang itu, soalnya masa ia cuma gara gara makanan? Tapi ketawa gue berubah pas dia bilang, besoknya setelah kejadian itu, lo masuk kerumah sakit kan? Dan dari situ lo dinyatakan punya penyakit yang belum ada obatnya, then...dia bilang, seketika itu rasa bencinya berubah, gue sempat ngehibur, gue bilang hidupnya klise, kayak novel, terus, dia nangis" seru Zaim

"Oh gitu? Padahal mah itu bukan gara gara dia" seru Vika sambil tersenyum manis

"Dan satu lagi, dia benci ngeliat lo senyum sambil nahan nangis" seru Ali dan Zaim bareng

"Sayangnya, sama kayak kedua insan itu, gue juga benci liat lo kayak gini" sambung Axel sambil memakan makanan yang sisa tadi

"Oh..." Vika menundukkan kepalanya

"Lagi pula, Vika, lo pernah kan? Pas orang tua lo pergi ke luar negeri urusan bisnis? Abang lo udah SMA waktu itu..." Axel membiarkan Vika mengingat

"Itu...cuma bang Elvin, bang Evan cuma sehari, jadi gak terlalu menyakitkan" seru Vika

"Itu, dia juga nangis lho! Pas cerita sama gue, dia nangis sampe mukanya merah semua! Gue mau ngetawain, tapi ya...kasian sih..." seru Axel

"Nah itu! Elvin sampai bingung, ini anak, kenapa maafin gue coba? Dia ngomong kek gitu sama gue, bayangin deh! Syukur di maafin tuh anak!" seru Ali

Zaim melihat Vika yang terlihat sesak nafas

"Oke, kita akhiri aja ah, kasian Vika nya, lo mau tidur sendiri Vik?" tanya Zaim

"Gausah, sama abang aja, kan tendanya cuma cukup dua orang kalo mau tidur" seru Vika

"Yaudah, pergi sana lo pada keluar!" titah Zaim

"Gue gebukin mampus lo" seru Ali sambil keluar

Vika dan Zaim ingin tidur, namun tiba tiba Zaim memeluknya dari belakang

"Eh..?" seru Vika yang terkejut

"Gue lupa bawa guling Vik, boleh ya?" seru Zaim

"Okie" jawab Vika

"Vik" panggil Zaim

"Iya bang?" tanya Vika

"Angkat gue jadi abang lo ya, gue pingin punya adek soalnya, gue anak tunggal" seru Zaim

"Oh? Of course!" seru Vika

Pelukan Zaim menjadi lebih erat

"Love you, dek" ungkapnya, sebagai abang adek, oke?

"Love you too, bang" balas Vika

Dan malam itu, mereka tertidur pulas

Pagi, jam 4.35

"Emmhh..." Vika bangun, duduk, lalu melihat disampingnya Zaim masih tertidur pulas

"Banggg" seru Vika sambil mengguncang tubuh Zaim, "Bangunn" serunya

"Hm...5 menit lagi..." jawab Zaim setengah sadar

"Ihhh, ayoo, temenin Vika keliling tamann" seru Vika

"Hmm..." jawab Zaim, "Yaudah ayo" sambungnya sambil mengambil posisi duduk

Mereka keluar tenda, Vika memanggil Axel dan Ali dari luar tenda

"Abanggg, bangunn, jalan ayooo" ajak Vika

Tidak ada jawaban, Vika membuka resleting tenda itu, lalu memasukkan tangannya dan mengguncang tubuh keduanya

"Ayo bangun ihhh, jalann" ajaknya

"Hm...nanti aja..." jawab Ali

"Ayo!" seru Vika sambil memukul kaki Ali

"Aduh...iya deh iya..." serunya sambil mengambil posisi duduk

"Xel! Bangun lo!" seru Ali sambil memukul tubuh Axel

"Mck, udah bangun gue ah!" jawab Axel

"Ayo keluar cepet!" titah Vika

Mereka berdua kemudian keluar

"Sana ke toilet, cuci muka, kita mau jalan jalan" titah Vika

"Hmm..." jawab ketiganya lesu

3 menit kemudian mereka kembali, ya...lumayan segar lahh

"Pulang gak nih?" tanya Zaim

"Kan Vika bilang jalan, jalan dulu baru pulang" seru Vika

Mereka berjalan disekitar taman, Vika mengambil gambar banyak sekali, kemudian, mereka menyusun perlengkapan yang mereka bawa dan pulang setelah 35 menit

*Ceklek

Pintu depan dibuka, Vika kaget melihat semuanya tidur di segala penjuru rumah, kecuali toilet tentunya, Vika mengambil foto mereka satu persatu, memuji wajah yang lucu dan polos saat tidur (aslinya mah kagak)

"Ngapain coba?" tanya Zaim setengah berbisik

"Stt, biar gue bisa ngancam, hehe" seru Vika

Setelah selesai, ia kemudian berteriak

"Bangun woi! Bangunn!!" teriak Vika membangunkan semuanya, "Udah jam 5 lebih gak bangun mau jadi apa hah?!" sambungnya

"Lo kemana aja hah?" tanya Elvin yang langsung memasang wajah sinis

"Yeee, kagak ngejaga sih! Ayo ayo! Mandi terus sarapan!!" titah Vika

"Kita mau tidur sampe jam 9, jangan ganggu" seru Jason

"Rumah gue maksim bangun jam 5.30 oke?" seru Vika

"Bukan rumah lo, rumah gue" seru Elvin

"Ihhh, enggak bangun Vika sebarin ya foto foto kalian pas tidur!" ancam Vika

"Bacot, gak peduli" jawab Elvin

Vika mengambil air super dingin dari kamar mandinya, kemudian mencipratkan air itu ke wajah mereka sambil berkata "Bangun, bangun"

Mereka marah

"VIKA!!" seru Elvin saat ia terkena cipratan Vika

"Bangunnn" seru Vika

"Bangsat!! Minggir lo!!" seru Devan yang berada disamping Elvin

Vika menangis

"Abanggg!!!" rengeknya seraya berlari ingin memeluk Zaim

"Diam ih, masa anak cantik cengeng" seru Zaim

Vika masih menangis

"Iya iya, nanti abang beliin coklat deh" serunya seraya menghibur Vika

Vika kemudian tertawa

"Butuh pelajaran nih, kalau adeknya lagi nangis tuh, cium aja pipinya, jangan ngabisin uang, sayang" seru Vika yang tertawa dengan sisa air mata di pipinya

*Cup

Zaim mencium pipi Vika dan menghapus sisa air matanya

"Tuh, udah kan?" serunya

Vika hanya mengangguk

"Oh, jadi gitu? Pergi ke hotel cuma buat itu hah?" seru Veo

"Please Ve, gosah ngomong gitu bisa gak sih? Anak orang ini" seru Zaim sinis

"Jadi? Enak? Atau enggak?" sambung Elvin meremehkan

"Lo ngajak gue gelud?" Vika menimpali

"Gue layani kalo lo mau" jawab Elvin enteng

Vika mendekatkan diri ke arah Elvin, kemudian berjongkok di dekatnya dan menarik kerah baju Elvin

"Berdiri ayo" seru Vika sinis

"Mager" balas Elvin

"Takut lo?" seeu Vika dengan nada meremehkan

*Bugh

Pukulan sedang mendarat di pipi Vika, anehnya, pukulan itu membuat bibir dan hidungnya berdarah

"VIKA!!" seru Ethan yang langsung mendekat, disusul oleh Zaim, Axel, dan Ali

Vika memegang mulutnya yang sakit

"Jadi? Lo mau lanjut?" seru Elvin menantang

"VIN!" Ethan berteriak, matanya berkaca kaca

"Apaan sih Than? Dia kan cuma anak pungut, gosah berlebihan bisa gak lo?" seru Elvin

"Hmmpp-" Vika berlari ke kamar mandi

"Hoekkk" ia memuntahkan isi perutnya, tapi...itu menyeramkan

"Abanggg!! Abangg...." Vika menangis keras sekali, seluruh rumah dipenuhi oleh tangisannya

"I-iya Vik, kena-" Ethan yang datang, tidak dapat membendung air matanya

"Vi-Vik...?" suaranya tidak keluar

"Gi-gimana...? Vi-Vika gak mau..." serunya ditengah isakan

"E-enggak papa kok Vik, jangan mikir yang aneh aneh oke...?" seru Ethan menenangkan Vika, ia memeluk Vika, padahal, ia juga butuh penghiburan sekarang

"Dokter, Than?" seru Zaim yang baru datang, ia kaget sebenarnya

"Dok...ter...?" gumam Ethan, "U-udah sayang...? Ti-tidur aja ya...oke?" tawar Ethan, Vika hanya menganggukkan kepalanya, Ethan menggendongnya ke arah kamar, lalu kembali ke kamar mandi untuk membersihkan darah yang berserakan, iya, Vika muntah darah, ia kemudian kembali ke kamar Vika, namun sesuatu menghentikkannya

"Lo ngapain sih Vin? Cuma muntah biasa aja lo shock banget" seru Elvin

"Vin, lo bisa gak sih gosah brengsek kayak gitu? Dia sekarat aja lu gak tau Vin" seru Ethan dengan suara pelan

"Apaan sekarat? Muntah biasa aja lo bilang sekarat" seru Elvin meremehkan

"BANGSAT!! DIA MUNTAH DARAH ANJING!!! LO BAHKAN GAK TAU DIA PUNYA PENYAKITKAN?!!??!! LO ITU ABANGNYA BUKAN SIH???!!!" Ethan berteriak sekuat tenaga, sementara Elvin? Dia berjalan biasa ke kamar Vika, wajahnya tidak memperlihatkan rasa bersalah

Ia memasuki kamar Vika, lalu menguncinya

"VIN!! BUKA!!!!" seru Ethan sambil menggedor pintu itu kuat

.

.

.

.

.

.

Komen yakkkk, maap kan kalo ada kesalahan UwU :v