Chereads / Vika's Story / Chapter 9 - Desahan...?

Chapter 9 - Desahan...?

Upacara selesai, Vika melihat ke arah kepsek, kepsek tersebut kemudian menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan agar Vika menyambut tamu mereka. Vika kemudian berjalan ke depan

"Pagi kakak, abang, adek, dan teman teman semuaaa" buka Vika

"Pagiii" jawab mereka semua kompak

"Kepada yang terhormat kepala sekolah SMA *** pak Widodo, Spd, guru guru yang saya hormati, karyawan, dan teman teman semua, makasih buat waktu yang diberikan, kenalin, nama aku Vika Aqwaryan, pastinya udah tau kan? Jadi teman temann, hari ini kita ada tamu istimewa lhoo, tepuk tangan dulu donkk" seru Vika, itu sudah biasa, ia memang tidak diharuskan formal saat berpidato

Tepuk tangan meriah memenuhi sekolah itu, lalu Vika melanjutkan pidatonya kemudian menutupnya dan membiarkan Elvin menyita perhatian. Setelah itu, semua murid dibubarkan, mereka menuju ke kelas masing masing, Vika melihat sesuatu yang janggal disitu

"Nanti aja" batinnya

"Oke teman teman, mari kita laksanakn tugas kita!!" seru Vika pada anggotanya

"Siap, ketua!!" seru mereka

Ia membubarkan barisan dan semuanya berlari ke arah yang berbeda dengan rapi, tersisa Vika dan Dimas

"Mari kak, bang, kita mulai tur nyaa" seru Vika lebih bersahabat

"Jadi, kita mulai dari ruang kepala sekolah" ia membawa mereka semua ke ruangan itu, "Mungkin buat pertamanya akan membosankan, mohon dimaafkan ya kakak abang semuaa" seru Vika sambil memperlihatkan senyum manisnya

"Ini ruangan wakepsek, disambung ruang guru disebelah sana, lalu masuk ke ruang osis" jelas Dimas

Mereka kemudian berbelok

"Disebelah kiri, ini adalah taman yang pertama" seru Dimas

"Ada berapa taman disekolah ini?" tanya Evan

"Good, jadi sekolah kami mempunyai 3 taman, taman pertama ini, biasanya buat anggota osis saat sedang rapat, anggota kami tidak terlalu menyukai ruangan yang tertutup, jadi kami memilih taman ini, selain itu, taman ini biasanya dipenuhi dengan macam macam makanan" jelas Vika

Kemudian mereka berjalan lurus dan menemukan tiga lorong yang lebar dan dipenuhi dengan anggota osis

"Ini adalah lorong pertama jurusan IPA, semua kelas 10 berada di lorong ini, kelas 10-a sampai 10-g" seru Dimas

"Ini adalah usulan dari anggota osis tahun ini, dan memang dibiayai oleh osis dan seluruh murid, mungkin tidak seberapa, tapi di kaca depan kelas ini, kami berharap mereka bisa menjernihkan pikiran dengan melihat ke taman kami yang nomor 2" sambung Vika

"Dek!! Ini tuh bosenin banget tau gak?!" seru seseorang dibelakang, cowok

Elvin menatap tajam kearahnya

"Geo!!" seru Elvin dengan tatapan mautnya

"Ma-maaf ketua" cowok itu bungkam

"Ah...maaf atas ketidaknyamanannya ya bang, ini, sedikit hiburan" seru Vika

Ia kemudian menjentikkan jari nya dan semua anggota osis yang ada disana, membuat sebuah pertunjukkan kecil yang sudah mereka latih dari dulu, ide Vika, jaga jaga kalo ada tamu yang bosan

Tepuk tangan memenuhi lorong itu

Vika menjentikkan jarinya kembali, seluruh anggota osis kembali ketempat

"Makasih buat tepuk tangannya kak, bang" seru Vika seraya tersenyum

Mereka kemudian berbelok ke arah kiri

"Toilet dilewatin, dek?" tanya Ethan

"Ah, saya kira anda tidak tertarik, itu hanya toilet biasa, dipenuhi dengan alat alat ciptaan murid pilihan kami, kami pikir, karena di dalam toilet banyak yang nyanyi, kami membuat toilet kedap suara dan menciptakan mic untuk mereka karaoke disana" jelas Dimas

"Bukankah menghabiskan biaya?" tanya Elvin dingin

"Tenang saja, kami memakai tata surya untuk segalanya, kalau abang bertanya bagaimana jika hujan? Kami menggunakan alat kami tersendiri yang masih ramah lingkungan" seru Vika

"Ini adalah lorong kelas 11" seru Dimas

*Deg

"Dimas" Vika menarik lengan baju Dimas manja, membuat ketiga abangnya ingin berteriak

"Hm?" jawab Dimas

"Rute selanjutnya ke lorong 3 terus ketaman 2 ya, aku ada urusan sebentar" bisik Vika pada Dimas

"Kakak, abang, saya izin pergi sebentar, rutenya dilanjutkan oleh wakil saya, permisi" seru Vika berjalan menjauh

"Bukankah tidak sopan meninggalkan tamu sendirian? Ketua?" seru Elvin

"Maafkan saya, ketua, ini adalah urusan penting yang tidak bisa saya tunda" seru Vika menundukkan kepalanya

"Baiklah" seru Elvin

Vika berjalan menuju toilet yang tepat di depan mereka, ia masuk diam diam

"A-ahhh, sayanghhh, pelan pelan donghh"

Yup, desahan, mungkin kalian bertanya tanya? Bukankah kedap suara? Khusus Vika, ia memakai alat yang bisa mendengar apa pun di dalam toilet, jadi, untuk tragedi seperti ini, akan ditangani langsung olehnya

"Senior!! Buka pintunya!!" tegas Vika, "Dalam hitungan ketiga, jika anda tidak membukanya, maka saya akan melaporkan anda!!" sambung Vika, "1! 2! 3!"

Kedua orang itu keluar

"Senior, kalian telah melanggar peraturan sekolah kita, saya menghukum kalian untuk membersihkan toilet selama 3 hari, dimulai besok" seru Vika

"Heh! Lo jangan songong ya! Mentang mentang lo ketua osis! Kita gak takut sama lo!" seru yang cewek

"Senior, semua tindakan anda terekam pada alat saya, apa anda mau ini tersebar?" tanya Vika santai

"Lo...!" pukulan hendak melayang ke kepala Vika, namun ia melawan mereka berdua hingga pingsan, ia keluar

"Vino, Rio, di toilet ada dua orang senior yang sedang pingsan, mereka melanggar peraturan no 103, tolong dibawa ke UKS lalu diperingati dengan hukuman 3 hari bersihin toilet ya?" seru Vika menyuruh dua anggotanya yang masih berdiri di lorong itu

"Siap! Ketua!" balas mereka

Vika kemudian, mengejar tamu mereka, mereka berada di taman no 2

"Jadi, ketua, saya dengar, taman ini mempunyai pohon yang spesial" seru Elvin

"Ah! Iya, Mari saya antar" seru Vika

"Ini, adalah pohon yang akan bersinar bila dua tangan cewek dan cowok menyentuhnya, anda mau mencobanya, ketua?" tanya Vika

"Baiklah" seru Elvin

Mereka menaruh tangan mereka di pohon itu, dan ia bersinar berwarna emas

"Apa yang kalian gunakan?" tanya seorang cewek di belakang

"Tidak ada, kakak, ini adalah pemberian dari Tuhan, ada seorang anak, dibully untuk cerita klisenya, ia kemudian berdoa disini, kemudian, ia berubah menjadi debu, dan dari situ, pohon ini menjadi istimewa" jelas Vika

"Apakah itu bisa dipercaya?" tanya yang lain

"Itu bisa, kak, anda ingin melihatnya?" tanya Vika

"Ya, tentu saja!" jawab mereka semua kompak

"Byy, bisakah kau keluar dari sana? 30 orang ingin bertemu denganmu" seru Vika meraba pohon itu, ia setengah berbisik

"Aku tidak mau, Vika! Salah satu dari mereka sedang tidak merasa senang, jika kau membuat ia senang, maka aku akan keluar!" jawab seseorang di balik pohon itu

"Baiklah! Kami percaya!" jawab yang lain

"Yang mana, sayang?" tanya Vika

"Paling belakang, cewek" jawabnya

"Baiklah sayang" jawab Vika

"Ketua, anggota saya berkata ia percaya, bisakah kau menghentikannya?" tanya Elvin dingin

"Tidak apa-apa Vika, aku menyukai mereka, aku tidak akan menghantuinya" serunya

"Baiklah sayang, aku akan pergi bersama mereka" jawab Vika

Kemudian pohon itu berbunyi layaknya lonceng yang menenangkan

"Baiklah, kita lanjutkan" seru Dimas

"Ada berapa banyak lagi? Bisakah kalian menyebutkannya?" seru Ethan

"Yaaa, taman ke tiga, lab komputer, biologi, dan fisika, dan lorong untuk kelas jurusan IPS, kolam renang, oh ya, perpustakaan, aula di atas, UKS, kantin dan sisanya hiburan di belakang" seru Vika

"Ah...aku bosan dan capek! Bisakah kita beristirahat?" seru seorang cewek

"Tentu saja, lakukan apa pun yang kalian mau di taman ini" seru Dimas

"Ketua dan wakil ketua, saya ingin berbicara" seru Elvin saat melihat Vika dan Dimas berduaan duduk di pinggiran taman, ia membawa Evan dan Ethan

"Ya, ketua? Ada apa?" tanya Vika setelah ia dan Dimas berdiri

"Rute ini sangat membosankan, apakah tidak ada kejutan?" tanya Evan

"Kejutan...apakah anda mau saya menyiapkannya sekarang?" tanya Vika

"Tidak usah, ini sudah cukup" seru Elvin sambil menjilat dan mencium leher adeknya secara mendadak, ia memegang leher adiknya dengan pose mencekik dan memiringkan kepalanya

"Ketua, bukankah ini adalah perlakuan yang tidak pantas?" seru Dimas yang terkejut

Vika mendorong Elvin sekuat tenaganya, namun hanya membuat Elvin mundur

"Ketua, perlakuan anda bisa saya laporkan kepada kepala sekolah, tolong jaga sikap anda" seru Vika

"Ada apa ini? Kenapa ia berbeda drastis sekali?" batin Vika yang bingung melihat perubahan sikap Elvin yang drastis

"Apa kau berani? Itu membuat sekolah kalian tidak mendapat bantuan, bukan? Bukankah dengan ini akan menambah nilai kalian?" seru Evan sambil menggoda Vika dengan memainkan rambut Vika

Vika menarik rambutnya dari tangan Evan

"Bisakah kita melanjutkan perjalanan kita ketua?" tanya Vika yang mulai muak

"Tentu" jawabnya dengan senyum setannya

5 menit kemudian mereka berkumpul, saat sampai di rute terakhir, kolam renang, Elvin membuka mulutnya

"Ketua, apakah anda sudah menyiapkan ruangannya?" tanya Elvin

"Maaf, ruangan untuk apa? Ketua?" tanya Vika

"Bukankah sudah dikatakan bahwa kami akan membicarakan hasil terlebih dahulu kepada anda? Jadi, anda belum menyiapkannya?" tanya Elvin dengan tatapan marah

"Mohon maaf, ketua. Ketua kami, Vika, sedang tidak enak badan sehingga tidak tahu mengenai hal ini, tapi ruangan yang anda inginkan sudah kami persiapkan" jawab Dimas membantu Vika

"Bagus, kita keruangan itu sekarang" seru Elvin

Mereka berjalan, kali ini Dimas yang memimpin

"Ruangan apa sih?? Aku bahkan tidak tau!" seru Vika berbisik pada Dimas

"Makanya! Jadi adek tuh yang baik biar hpnya gak disita, biar informasinya lebih jelas! Kamu sih, syukur sayang" seru Dimas berbisik pada Vika

"Ya maap lah..." seru Vika dengan nada sedih

"Perasaan gue udah baca semua deh..." batin Vika yang merasa agak aneh

.

.

.

.

.

.

Berikanlah pendapat kalian <( ̄︶ ̄)>