Chapter 7 - 07

Keesokan harinya..

"Mah, pah, a, teh, sarapan." kata Titah baru saja selesai menyiapkan sarapan di meja makan.

"Iya tah.." seru pak Galih.

"Sarapan apa hari ini?" tanya bu Prameswari.

"Bubur mah, buatan ku sendiri, silahkan di coba." jawab Titah mempersilahkan pak Galih dan bu Prameswari untuk mencicipi sarapan yang Titah hidangkan di meja makan.

"Oh iya tah, nanti mama dan papa cicipi." kata pak Galih dan bu Prameswari.

"Tah, suamimu mana?" tanya Fitroh.

"Masih di kamar a, ganti baju tadi habis berenang dan mandi." jawab Titah.

"Oh.." seru Fitroh.

"Wih sarapan nya bubur nih, emm pasti enak, mama kok gak bilang-bilang sih kalau hari ini ingin membuat bubur." kata Kamil.

"Mama gak buat bubur ini kok." sambung bu Prameswari.

"Masa sih, terus yang buat bubur siapa, gak mungkin bi Inah, bi Inah kan jam segini masih di pasar bersama mang Jaja."

"Istrimu mil yang membuatkan sarapan untuk kita hari ini dan ini bubur buatan istrimu." kata Fitroh.

"Sayang maaf ya mas Kamil tidak tahu kalau ini adalah bubur buatan mu." kata Kamil yang meminta maaf pada istrinya.

"Iya mas, tidak apa, maklum kok, ya sudah kita sarapan yuk." sambung Titah memaafkan suaminya.

"Mil besok berangkat jam berapa?" tanya Fitroh.

"Jam enam sore a.." jawab Kamil.

"Oh aa kira pagi." kata Fitroh.

"Enggak a, sore." sambung Kamil.

"Iya mil.."

"Aa sendiri kapan?" tanya Kamil.

"Aa masih lama mil, istirahat dulu lah, masa kerja mulu." jawab Fitroh.

"Iya a.."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Nah, Inah.." bu Prameswari memanggil bi Inah.

"Muhun ibu juragan, aya naon?" tanya bi Inah.

"Asak naon kanggo tuang beurang ieu?" tanya bu Prameswari juga.

"Abdi asak sayur asem ibu juragan." jawab bi Inah.

"Bi boleh bantu masak gak?" tanya Titah.

"Muhun boleh atuh neng." jawab bi Inah.

"Mas, itu..?" tanya Titah.

"Itu artinya boleh sayang.." jawab Kamil.

"Oh, terimakasih ya bi."

"Iya den sama-sama, saya permisi kebelakang ibu juragan."

"Ya nah.."

"Sudah di lanjutkan lagi ya sarapannya." kata pak Galih.

"Iya pah.." seru semua yang ada di meja makan.

"Oh iya mama lupa, mama ingin ajak Titah hari ini ke mall belanja baju mil, kalau kamu mau ikut boleh kok, oh ya sekalian oleh-oleh untuk keluarga mu di pesantren darussalam." kata bu Prameswari.

"Iya mah, aku juga kepikiran ke sana, boleh nanti cari sama-sama ya." sambung Kamil.

Sesampainya di mall aku mencari oleh-oleh untuk keluarga ku di pesantren darussalam dan juga Titah yang di ajak pergi mama untuk mencari baju untuknya.

"Nah mil kamu bisa cari oleh-oleh di sini, Titah ikut mama ya kita cari baju untuk kamu." kata bu Prameswari.

"Iya mah.." sambung Kamil dan Titah bersamaan.

Beberapa jam kemudian..

"Alhamdulillah sudah dapat apa yang di cari sekarang pulang dan makan siang." kata pak Galih.

"Pah, gak lupa kan?" tanya bu Prameswari.

"Tidak dong mah, tidak lupa, mil, tah, nanti kan ada undangan makan malam keluarga kita dengan keluarga rekan bisnis papa ikut ya." jawab pak Galih dan memberitahu Kamil dan Titah kalau ada undangan makan malam.

"Iya pah.." kata Titah dan Kamil bersamaan.

"Ya sudah ayo masuk mobil, tuh mobilnya sudah datang." kata a Fitroh.

Setelah semua barang yang kami perlukan sudah lengkap kami makan siang bersama di mall, baru setelah itu pulang. Sesampainya di rumah papa memberitahu agar bi Inah tidak perlu memasak untuk makan malam, karena kami ingin makan malam bersama diluar dengan rekan bisnis papa.

"Bi Inah, mang Jaja." bu Prameswari memanggil bi Inah dan mang Jaja.

"Muhun ibu juragan." jawab bi Inah dan mang Jaja.

"Ieu aya oleh-oleh kanggo aranjeun tina pamajikan na Kamil." kata pak Galih.

"Oh muhun haturnuhun den geulis." sambung mang Jaja.

"Muhun haturnuhun den geulis." sambung bi Inah juga.

"Sama-sama mang Jaja dan bi Inah." kata Titah dan Kamil.

"Oh nya sakantenan abdi hayang wawar lamun engke anjeun ulah asak tuang wengi kanggo urang, margi urang bade mios tuan wengi di luar." kata pak Galih lagi memberitahu bi Inah.

"Oh muhun juragan." sambung bi Inah lagi.

Aku dan Titah ke kamar untuk mengepak baju ke koper karena besok aku dan Titah akan pulang ke pesantren darussalam.

"Sayang ini baju sudah semua?" tanya Kamil.

"Sudah mas." jawab Titah.

"Oke aku masukkan ke dalam koper ya." kata Kamil.

"Iya mas." sambung Titah.

Hingga pada malam harinya kami siap-siap untuk berangkat untuk makan malam, kami menemani papa.

"Assalamu'alaikum pak Gani."

"Wa'alaikumussalam pak Galih."

"Silahkan duduk pak Galih." kata pak Gani yang mempersilahkan pak Galih dan keluarga untuk duduk.

"Ini pasti Kamil ya pak Galih?" tanya pak Gani.

"Iya pak Gani, ini Kamil dan yang ini adalah menantu saya, istrinya Kamil." jawab pak Galih memperkenalkan Titah kepada rekan bisnisnya.

Setelah makan malam bersama aku dan Titah kembali ke kamar dan keesokan harinya aku dan Titah berpamitan kepada papa dan mama untuk pulang atau kembali ke pesantren darussalam, di kereta Titah melihat Siska, ternyata dia sudah merencanakan jauh-jauh hari dan kami satu kereta tapi beda gerbong, tujuan Siska agar aku dan Titah tidak tahu ataupun curiga dengan rencana Siska mengikuti aku dan Titah kembali ke pesantren darussalam.

Seminggu sudah mantan pacarku tinggal di pesantren darussalam hingga akhirnya aku di fitnah memperkosanya atau melecehkannya hingga aku harus menikahinya, tapi teman ku Rivan dan Frensky tidak terima kalau aku di fitnah dan rumah tangga ku hancur.

Karena di belakang bajuku robek, aku juga berfikir sama dengan kedua temanku bahwa kejadian yang ku alami sama seperti kisah nabi Yusuf as yang di fitnah oleh Zulaikha.

Kediri

"Mas aku ke sungai nyuci baju dulu ya." Titah meminta izin pada Kamil untuk mencuci baju di sungai.

"Iya sayang, hati-hati ya." Kamil memberikan izin Titah untuk mencuci baju di sungai.

"Iya mas.." seru Titah.

" Ini saatnya. " kata Siska di dalam hati.

"Aa.." Siska memanggil Kamil.

"Iya.., Siska, kamu ngapain ada di dalam kamar saya?, pergi kamu dari kamar saya." Kamil mengusir Siska dari kamarnya.

"A, kenapa aa berubah sekarang?" tanya Siska.

"Maaf ya Siska, kamu pergi sekarang." Kamil mengusir Siska dari kamarnya lagi.

Annisa istri Frensky sekaligus teman istriku segera memberitahu Frensky kalau ada suara ribut-ribut di dalam kamarku.

Annisa juga merekam semua kejadian di kamar saat aku bersama dengan Siska untuk bukti yang tidak aku lakukan pada Siska.

"Mas.." Annisa memanggil Frensky.

"Apa?" tanya Frensky.

"Punika wonten punapa nuwun ribet-ribet teng Kamar Kamil?" tanya Rivan juga.

"Mana saya tahu van." jawab Frensky.

"Saatnya, tolong, tolong, tolong, tolong.." kata Siska berteriak meminta tolong untuk menjalankan rencananya.

"Ini ada apa?" tanya pak kyai Abdullah.

"Saya di nodai oleh Kamil, pak kyai." jawab Siska yang memfitnah Kamil.

"Enggak pak dhe, saya tidak menodainya pak dhe." jawab Kamil yang di fitnah oleh Siska.

"Astaghfirullahalazim Kamil apa yang kamu lakukan di pesantren saya memalukan menodai dia, bagaimana dengan keponakan ku perasaannya pasti hancur." kata pak kyai Abdullah.

"Mas.." Rivan memanggil Frensky.

"Apa?" tanya Frensky.

"Kamil mboten berzinah kaliyan bekas pacare sayangipun panjenenganipun teng fitnah berzinah kaliyan bekas pacare." jawab Rivan.

"Masa, panjenengan tahu darimana?"

"Punika teng wingking agemanne Kamil suek."

"Panjenengan kasinggihan van.., lajeng gimana punapa ingkang kedah kita tumindaken?"

"Tengga sekedhap, kula pados ide riyen."

"Gelis ampun dangu." kata Frensky.

"Jagi mas.." sambung Rivan.