"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Kamil dan semua santri putra.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Kamil dan semua santri putra menjawab salam dari Titah.
"Maaf ikhwan menganggu." kata Titah.
"Tidak apa-apa mbak.." jawan semua santri putra.
"Ada apa sayang?" tanya Kamil.
"Nanti makan siang di rumah kan?" tanya Titah juga.
"Iya, kenapa?" tanya Kamil lagi.
"Ada yang mau Titah omongin sama mas Kamil." jawab Titah.
"Oh ya sudah nanti kita omongin di rumah ya." kata Kamil.
"Iya mas, assalamu'alaikum." sambung Titah dan Titah memberikan salam pada Kamil dan semua santri putra.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", Kamil dan semua santri putra menjawab salam dari Titah.
"Baik jam pelajaran sudah habis, besok kita lanjutkan kembali, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." kata Kamil yang menyelesaikan pelajaran di kelas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua santri putra menjawab salam dari Kamil.
Sementara di rumahku kedua abdi dalem ku, Paijo dan Purnomo sedang berdebat masalah tempe yang aku dan Purnomo beli tadi di pasar.
"Pur.." kata Paijo.
"Apa jo?" tanya Purnomo.
"Itu gak di masak tempenya?" tanya Paijo juga.
"Nanti sama den mas Kamil." jawab Purnomo.
"Loh kok?" tanya Paijo lagi kebingungan.
"Iya, cah ayu ngidam." jawab Purnomo lagi.
"Oh.." seru Paijo.
"Nggih jo." kata Purnomo.
Sebelum aku pulang ke rumah aku pergi ke rumah pak kyai Abdullah terlebih dahulu memastikan apakah istri sudah ada di rumah atau di rumah pak kyai Abdullah.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, eh Kamil." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.
"Iya pak dhe" jawab Kamil.
"Ada apa ngger?" tanya pak kyai Abdullah.
"Titah, istri saya ada di dalam?" tanya Kamil juga.
"Titah tidak ada di sini mil." jawab pak kyai Abdullah.
"Oh, mungkin sudah di rumah ya, ya sudah kalau begitu aku pamit pulang ya pakde, assalamu'alaikum." Kamil pamit dan memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.
Setibanya aku di rumah Titah sudah berada di kamarnya untuk beristirahat dan aku juga menagih janji lik Purnomo mengajarkan aku membuat tempe mendoan untuk istriku yang sedang ngidam.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.
"Sapa jo?" tanya Purnomo.
"Den mas Kamil mulih Pur." jawab Paijo.
"Oh.." seru Purnomo.
"Pur.." kata Kamil.
"Inggih den mas." jawab Purnomo.
"Titah sudah pulang?" tanya Kamil.
"Sudah, ada di kamar den mas." jawab Purnomo.
"Oke, ya sudah saya ke kamar dulu ya." kata Kamil.
"Oh ya den mas.."
"Kenapa lik?"
"Ayo.."
"Maksudnya?" tanya Kamil kebingungan.
"Tempe den mas, tempe." jawab Purnomo lagi memberikan kode pada Kamil.
Akhirnya aku dan Purnomo membuat tempe mendoan untuk istriku yang sendang ngidam.
"Pertama-tama den mas siapkan dulu adonannya." kata Purnomo yang mengajari Kamil membuat tempe mendoan.
"Oke, sudah, terus apa lagi?" tanya Kamil.
"Iris cabe nya" jawab Purnomo.
"Oke.." seru Kamil.
Sementara itu di rumah Frensky, Annisa yang meminta ikut ke rumahku tidak di izinkan oleh Frensky.
"Mau kemana mas, mau ngajar ya mas?" tanya Annisa.
"Tidak, saya tidak ada jadwal mengajar hari ini." jawab Frensky.
"Lah terus mau kemana mas?"
"Saya mau ke rumah dik Titah."
"Oh, mau ngapain ke rumah mbak Titah, mas?"
"Ada urusan saya dengan Kamil."
"Ikut saya mas." kata Annisa yang ingin ikut ke rumah Kamil.
"Jangan.." kata Frensky yang melarang Annisa ikut ke rumah Kamil.
"Loh kenapa mas, kok saya gak boleh ikut?"
"Sudah kamu diam saja di rumah dan jangan kemana-mana."
"Maksudnya mas, Nissa gak boleh ikut gitu mas?"
"Iya, kamu gak boleh ikut."
"Tapi mas.." keluh Annisa.
"Sudah, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Kembali lagi ke rumahku, aku masih diajarkan membuat tempe mendoan yang Titah minta padaku tadi pagi.
"Sudah semua nih lik, terus di apain lagi?" tanya Kamil.
"Di goreng den mas" jawab Purnomo.
"Oh, oke.." seru Kamil.
"Mas Kamil sudah pulang atau belum ya, lihat di luar saja deh." kata Titah.
"Loh kok sepi, coba ke dapur saja deh." kata Titah yang memeriksa ruang tv di rumahnya.
"Alhamdulillah selesai juga, terimakasih ya lik sudah di ajarkan memasak dan membuat tempe mendoan ini." kata Kamil.
"Sami-sami den mas Kamil." sambung Purnomo.
"Rame sekali di dapur, itu sepertinya suara mas Kamil, mas.." Titah mengenali suara suaminya dan Titah memanggil suaminya.
"Iya sayang.." jawab Kamil.
"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Kamil, Purnomo, dan Paijo.
"Wa'alaikumussalam." Kamil, Purnomo, dan Paijo menjawab salam dari Titah.
"Sudah selesai sayang, ini." Kamil memberikan tempe mendoan yang di minta Titah tadi pagi.
"Pur.." Paijo memanggil Purnomo.
"Nggih jo." jawab Purnomo.
"Ulame sampun dereng Pur?" tanya Paijo.
"Sampun jo." jawab Purnomo.
"Bekta sedaya ne nggih jo dhateng meja makan." pinta Titah.
"Nggih cah ayu." kata Paijo patuh.
"Mas.." Titah memanggil suaminya.
"Iya sayang, ada apa?" tanya Kamil.
"Titah ingin membicarakan sesuatu dengan mas soal yang tadi di kelas waktu mas Kamil mengajar itu loh mas.." jawab Titah.
"Oh ya aku ingat sayang, kita obrolin di kamar saja." ajak Kamil.
"Ayo.." sambung Titah.
Titah pun menceritakan semuanya padaku tentang Frensky yang sudah bisa menerima Anissa, tapi belum bisa mencintainya dan belum bisa memberikan nafkah lahir dan batin, serta belum bisa melupakan istriku.
Dan waktu aku ingin menemuinya di masjid pesantren darussalam, Frensky tiba-tiba saja datang ke rumah mencariku, ternyata dia menceritakan semua yang di ceritakan oleh istriku tadi, sementara itu Anissa di rumahnya merasa gelisah dan cemburu karena suaminya datang ke rumah ku.
"Jadi gini mas, tadi Anissa di ruang batik cerita padaku, soal.." Titah menceritakan semuanya pada suaminya.
Lima belas menit kemudian..
"Oh jadi gitu ya, ya sudah kalau gitu aku ke masjid dulu ya." kata Kamil.
"Loh mas kok ke masjid, mau ngapain?" tanya Titah.
"Mau bertemu dengan Frensky, sayang.." jawab Kamil.
"Oh.." seru Titah.
"Assalamu'alaikum." Frensky memberikan salam pada Purnomo.
"Wa'alaikumussalam." Purnomo menjawab salam dari Frensky.
"Kamil ada mas Pur?" tanya Frensky.
"Enten mas, tengga sekedhap nggih mas tak timbali riyen." jawab Purnomo.
"Oh nggih mas Pur." kata Frensky.
"Alhamdulillah sudah selesai tata meja makannya, Pur.." kaya Paijo.
"Inggih jo, enten menapa?" tanya Purnomo.
"Panjenengan mboten dados nyapu latar ngajeng griya?" tanya Paijo juga.
"Sampun rampung tolong buatkan inum nggih jo." jawab Purnomo.
"Nggih, enten pak kyai Abdullah nggih ing ngajeng?"
"Sanes pak kyai Abdullah, jo."
"Oh sanes, lah terus sinten?"
"Panjenengan ningal kamawon ing ngajeng jo, sampun kula kersa dhateng kamar den jene Kamil uga cah ayu riyen."
"Oh nggih Pur." kata Paijo.