Chapter 19 - 19

Kediri

Pukul 01.00 WIB..

"Tri.."

"Inggih kangmas, enten menapa?" tanya pak ustaz Fitri.

"Sapa sing teka mundhak mobil wengi-wengi begini, jam siji meneh?" tanya pak ustaz Fitroh.

"Mboten ngerti kangmas, kita sedaya mriksa kemawon sumangga.." jawab pak ustaz Fitri.

"Mangga." ajak pak ustaz Fitroh.

"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.

"Wa'alaikumussalam." pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri menjawab salam dari Kamil.

"Oh Kamil ta, Titah mana?" tanya pak ustaz Fitri.

"Kamu tidak sama Titah ta mil?" tanya pak ustaz Fitroh juga.

"Enggak pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri." jawab Kamil.

"Jangan panggil pak ustaz dong, kan kamu sudah menjadi bagian dari keluarga saya, Titah itu kan adik sepupu kami, ya jadi kalau bisa panggil nya kang mas atau mas saja." kata pak ustaz Fitri.

"Oh.. Iya pak Ustaz, eh.. Maksud saya kang mas." sambung Kamil.

"Nah gitu dong.." seru pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.

"Kamu sendiri?"

"Iya kang mas."

"Oh.." seru pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri lagi.

"Nah itu ada Nisa.."

"Nis, Nisa.."

"Inggih pak Ustaz Fitroh, pak Ustaz Fitri." jawab Annisa.

"Panjenengan kersa kepundi ta?" tanya pak ustaz Fitri.

"Kersa ngupadi garwa kula uwek, uwek.." jawab Anissa yang kemudian mual-mual.

"Panjenengan punapa kok uwek, uwek..?, yek ngilani." tanya pak ustaz Fitri lagi

"Mboten mangertos pak ustaz, saking wau sonten sampun kados menika.." jawab Anny lagi.

"Loh.. Loh.. Nisa, Niss.." kata pak ustaz Fitri.

"Pingsan piye niki?" tanya pak ustaz Fitroh.

"Ya sudah angkat saja ke dalam rumahnya." jawab pak ustaz Fitri.

"Ya sudah kalau begitu Kamil bantu cari Frensky ya." kata Kamil.

"Nggih, cepat nggih." sambung Fitroh.

"Nggih.." seru Kamil.

ASRAMA PUTRA.

"Van.."

"Nggih mas." jawab Rivan.

"Bokmenawa seru ya yen ing surup dak ana cah cilik?" tanya Frensky.

"Ya kuwi mesti lah mas." jawab Rivan.

"Coba wae aku ora paling alon kanggo ndemeni bojoku mesti wis padha kaya dik Titah wektu iki, meteng.." kata Frensky.

"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Rivan dan Frensky.

"Wa'alaikumussalam." Rivan dan Frensky menjawab salam dari Kamil.

"Sedhela, sedhela, van aku lagi ngayangna bojoku dik Nisa lagi meteng barengan padha dik Titah kok malah ana swarane si unta arab kuwi ta sing teka.."

"Nyat Kamil mas, dheweke wis mulih saka jakarta."

"Apa!!" Frensky terkejut mendengar perkataan dari Rivan.

"Iya gua sudah pulang dari jakarta, kenapa lu kangen ya sama gua pengki..?" tanya Kamil.

"Aku kangen padha kowe, ih.., ngapura ya ora.." jawab Frensky.

"Ah bohong.." seru Kamil.

"Aku ora ngapusi.."

"Tapi tenang saja pengki, gua gak lama kok di sini sebab gua mau pindah ke luar negeri sama Titah, dan gua ke sini cuma mau ambil barang-barang yang ke tinggalan doang kok, sama sekalian pamit, oh ya satu lagi istri elu pingsan tuh, tadi gua ketemu sama dia di jalan pas gua, pak ustaz Fitri, dan pak Ustaz Fitroh ngobrol.." kata Kamil yang memberitahu Frensky kalau istrinya pingsan.

"Serius kamu?" tanya Frensky.

"Ya serius lah kalau enggak ngapain gua nyariin elu dan menyampaikan berita ini ke elu.." jawab Kamil.

"Terus saiki bojoku dingendi unta arab?"

"Di rumah elu lah pengki."

"Oh, nggih sampun sumangga dhateng papan kula kagem priksa kawontenanipun garwa kula ajak Frensky.

"Yuk.." sambung Rivan dan Kamil.

"Sekedhap kula tutup konten kula kamar rumiyen." kata Rivan.

"Oh iya.." seru Frensky.

DI RUMAH FRENSKY

"Assalamu'alaikum." Frensky memberikan salam pada pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.

"Wa'alaikumussalam." pak ustaz Fitri, pak ustaz Fitroh, dan pak kyai Abdullah menjawab salam dari Frensky.

"Pak kyai Abdullah , pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri, kepripun wonten garwa kawula?" tanya Frensky dengan panik dengan keadaan Annisa.

"Untung panjenengan gelis mantuk ngger, garwa panjenengan baik-baik kamawon ing lebet tapi." jawab pak kyai Abdullah.

"Sayangipun punapa pak kyai, wonten punapa pak kyai kaliyan garwa kawula?" tanya Frensky lagi masih dengan keadaan panik.

"Panjenengan mlebet teng kamar kaliyan midhanget kiyambak sakingMbak Aisyah kaliyan umi." kata pak kyai Abdullah.

"Inggih pak kyai." sambung Frensky.

"Assalamu'alaikum." Kamil dan Rivan memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil dan Rivan.

"Kamil.."

"Inggih pak kyai." jawab Kamil.

"Pak dhe saja" kata pak kyai Abdullah.

"Inggih pak dhe" sambung Kamil.

"Kamu sudah pulang ta, Titah istrimu mana?" tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Titah masih di jakarta saya kesini ada barang-barang saya yang mau saya ambil sekalian sama Paijo dan Purnomo" jawab Kamil lagi.

"Maksudnya?"

"Sampun, sampun.. mil mangke kita sedaya ngendika wonten serap pakde kemawon nggih." pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih pak dhe.." seru Kamil.

"Assalamu'alaikum." Frensky memberikan salam pada Annisa, mbak Aisyah dan umi Fatimah.

"Wa'alaikumussalam." Annisa, umi Fatimah dan mbak Aisyah.

"Nuwun sewu, umi, mbak Aisyah kulepun kaliyan garwa kula?" tanya Frensky.

"Garwamu sae-sae kemawon ngger." jawab umi Fatimah.

"Sugeng nggih ky.." kata Aisyah yang memberikan selamat pada Frensky.

"Pangangkahipun mbakyu?" tanya Frensky.

"Nuwun inggih sugeng panjenengan sekedhap malih badhe dados satiyang rama." jawab umi Fatimah.

"Ingkang leres umi?, dados dik Nisa meteng umi, mbakyu?" tanya Frensky lagi yang senang mendapatkan kabar istrinya hamil.

"Iya." jawab mbak Aisyah dan umi Fatimah.

"Alhamdulillah.." Frensky mengucapkan syukur dan sujud syukur.

Sementara yang lain berada di rumah Frensky, aku dan pak kyai Abdullah berbicara di rumah pak kyai Abdullah, rupanya pak kyai Abdullah sudah mengetahui niatan ku ke pesantren darussalam kembali dari papaku dan pak kyai Abdullah berpesan padaku agar hati-hati di negara orang dan juga jaga istriku yang sedang hamil anakku.

Dan keesokan harinya aku pun meninggalkan pesantren darussalam bersama abdi dalem istriku yaitu lik Purnomo dan lik Paijo, karena dua hari lagi akan berangkat ke prancis.

Keesokan harinya..

"Pak dhe, kang mas-kang mas ku"

"Inggih.." jawab pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.

"Saya pamit pulang ke jakarta untuk lusa berangkat ke prancis bekerja dan sekaligus untuk menuntut ilmu bersama istriku di sana." kata Kamil yang berpamitan pada pak kyai Abdullah, pak ustaz Fitroh, pak ustaz Fitri dan umi Fatimah.

"Inggih manah-manah ing radin." sambung pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.

"Mas Kamil.."

"Nggih Nisa" jawab Kamil.

"Titip salam dan kabarku di sini untuk mbak Titah ya." kata Annisa.

"Inggih Nisa, van.." sambung Kamil yang memanggil Rivan.

"Nggih mil.." jawab Rivan.

"Jangan lupa halalkan gadismu." Kamil berpesan pada Rivan.

"Siap mil, tinggal selangkah lagi menuju pelaminan hehe.." jawab Rivan sambil tertawa.

"Mantap van, sekali lagi saya pamit, assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada semua yang ada di depan pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di depan pesantren darussalam menjawab salam dari Kamil.