Chapter 25 - 25

"Siap om.." kata Raditya patuh.

"Sepi gus.." kata Siska.

"Iya sepi saatnya beraksi nih.." sambung Bagus.

"Loh kok kalian berdua di sini, mau apa?" tanya Fitroh.

"Eh aa Fitroh.." kata Siska dan Bagus yang kaget melihat Fitroh berada di halaman depan rumah Kamil.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Fitroh lagi.

"Saya kan teman kuliahnya Kamil, saya ingin bertanya soal tugas kuliah di kampus kemarin." jawab Bagus dengan alasan soal tugas kuliah.

"Oke, kalau kamu?"

"Siska kan yang pernah dekat dengan aa Kamil, jadi Siska ke sini karena ingin menemani istri aa Kamil." jawab Siska dengan alasan menemani Titah.

"Oh gitu, ya sudah yuk masuk." kata Fitroh yang mempersilahkan Siska dan Bagus masuk ke dalam rumah.

"Iya.." seru Bagus dan Siska.

"Mas, loh kok sepi ya, ke bawah saja deh." kata Titah.

"Silahkan duduk dulu ya, saya bikinkan kalian minum dulu." kata Fitroh yang mempersilahkan Siska dan Bagus duduk di ruang tamu.

"Haduh.." Titah merasakan nyeri ternyata air ketubanya pecah.

"Semoga Raditya tidak ketahuan oleh Siska dan Bagus." kata Fitroh yang sedang membuatkan minum untuk Siska dan Bagus.

"Hp ku, telepon mas Kamil saja." kata Titah mencari hpnya.

Aku yang sedang menyetir mobil dan akan mengangkatnya saat aku tahu istriku yang menelepon tetapi tidak aku angkat karena mama melarang untuk bermain hp, serta menyuruhku untuk fokus nyetir mobil.

"Hp bunyi lagi." kata Kamil.

"Mil, anjeun hayang naon, ulah maen hp?" tanya bu Prameswari.

"Eta mah, aya nu nelpon, sieun na penting." jawab Kamil.

"Mil, nyetir nu leres, ulah maen hp." kata bu Prameswari.

"Muhun mah, hp atos Kamil taruh." sambung Kamil.

Kemudian Titah menelepon aa Fitroh karena tadi meneleponku tidak diangkat olehku, Titah meminta tolong pada aa Fitroh untuk ke kamar karena sudah tidak tahan lagi menahan nyeri ketubannya pecah.

"Duh gak di angkat, telepon aa Fitroh saja deh.." kata Titah.

"Eeh.., hp getar, saha deui?" Fitroh bertanya-tanya.

"Angkat dong a.." kata Titah yang sudah tidak tahan karena ketubannya pecah.

"Oh Titah.." kata Fitroh yang melihat ke layar hpnya.

[Assalamu'alaikum tah.] Fitroh memberikan salam pada Titah.

[Wa'alaikumussalam a.] Titah menjawab salam dari Fitroh.

[Aya naon tah?] tanya Fitroh.

[A tiasa ka imah jeung ka kamar teu duh.. Huh.. Huh.. Huh..] jawab Titah.

[Aa pan deui di imah anjeun, anjeun kunaon tah?]

[Ya sudah cepat ke kamar ya, ketuban Titah pecah a, mau melahirkan, Titah juga sudah telepon Kamil tapi tidak di angkat.]

[Oh muhun aa ka kamar anjeun ayeuna nya.] kata Fitroh lagi yang panik mendengar Titah ketuban Titah pecah.

"Haduh gimana ini, antar minum dulu atau ke kamarnya Titah dulu, aah.." kata Fitroh yang panik.

"Tunggu sebentar ya Siska, Bagus.., duh Titah.." kata Fitroh yang panik dan lari ke kamar Titah dan Kamil.

"A Fitroh kenapa?" tanya Siska.

"Gak tahu.." jawab Bagus.

"Kamu ikuti gih gus." kata Siska.

"Oke.." seru Bagus.

"Titah, tunggu sebentar ya aa kemas barang, baju dan yang lainnya ke koper." kata Fitroh.

"Huh.." Titah menarik nafas dan menahan rasa sakit.

"Oh ke kamar Titah dan Kamil.." kata Bagus yang turun ke bawah untuk memberitahu Siska.

"Ka, Siska.."

"Iya, ssssttt pelan dong gus, nanti ada yang dengar bagaimana." kata Siska yang menyuruh Bagus untuk diam.

"Oh iya lupa, Siska gue mau kasih tau kalau.." Bagus memberitahu Siska kalau Fitroh ada di dalam kamar Titah dan Kamil dengan posisi Fitroh memeluk Titah.

"Oke gue punya rencana." kata Siska.

"Elu mau ngapain ka?" tanya Bagus.

"Sudah diam saja kamu, nanti juga tahu." jawab Siska.

[Assalamu'alaikum.] Kamil memberikan salam pada Siska.

[Wa'alaikumussalam.] Siska menjawab salam dari Kamil.

[Ada apa, kamu tahu kan saya ini suami orang, saya sudah menikah dan tolong hentikan kamu untuk tidak menganggu saya lagi ngerti?] tanya Kamil.

"Saya mau kasih tahu mil, kalau kakakmu dan istrimu sedang berduaan di kamar kalian sekarang, dan tahu apa yang mereka lakukan sekarang di kamar kalian, perselingkuhan, istrimu dan kakakmu mempunyai hubungan gelap, jangan-jangan anak yang ada di dalam kandungan Titah bukan anak kamu lagi atau jangan-jangan anak yang ada di dalam kandungan Titah adalah anak dari kakakmu lagi.] kata Siska memanas-manasi Kamil.

[Apa!!] Kamil kaget dan mengerem mendadak serta mematikan hpnya.

"Haduh, kasep ulah ngerem mendadak kitu atuh, untung mama teu boga nyeri jantung." keluh bu Prameswari.

"Hapunten mah.." kata Kamil.

"Eeh kok malah ngebut, mil lalaunan atuh" sambung bu Prameswari.

"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Titah dan Fitroh.

"Wa'alaikumussalam." Titah dan Fitroh menjawab salam dari Kamil.

"Aa, kamu ngapain di sini, kamu selingkuh sayang dengan kakakku, saya tidak menyangka, jangan-jangan itu bukan anak saya tapi anak a Fitroh, iya a..?" tanya Kamil.

"Enggak mil, ini anak kamu." jawab Fitroh.

"Tidak mas, ini anak kamu, mas Kamil bukan anak aa Fitroh." sambung Titah.

"Alah alasan kalian berdua." kata Kamil dengan marah.

"Mas, aa, huh.." sambung Titah.

"Lihat mil, baik-baik, tuh aa ke sini membantu Titah karena ketubannya pecah dan kamu di teleponin tidak di angkat-angkat mil." kata Fitroh yang menjelaskannya pada Kamil.

"Alah.." kata Kamil masih dalam keadaan marah.

"Mas Kamil.." sambung Titah.

"Titah.." kata Kamil lagi yang melihat Titah akan pingsan.

"Haduh.." keluh Titah.

"Biar aa yang menelepon ambulance." kata Fitroh yang menelepon ambulance.

Di Rumah Sakit.

"Please others wait outside." kata perawat rumah sakit.

Di Lobby.

"Apa gue bilang, rencana gue berjalan dengan sempurna kan." kata Siska yang tidak menyadari kalau Raditya masih merekamnya.

"Iya kamu benar Siska." sambung Bagus.

"Haduh.." kata Raditya yang belum selesai merekam Siska dan Bagus karena di tabrak oleh seseorang.

"Siapa tuh.." kata Siska.

"Itu kan.." sambung Bagus.

"Raditya keponakan Kamil, gawat dia merekam percakapan kita."

"Ya sudah kita tangkap dan kita ambil barang buktinya."

"Haduh kedua orang jahat itu melihat saya, sebelum barang bukti ini hilang lebih baik saya kirim ke nenek saja deh, lewat whatsapp." kata Raditya yang sudah mengirim hasil rekamannya pada mama.

Di Luar Ruang Bersalin.

" Siapa lagi yang whatsapp saya, em Raditya, kirim video, video apa ya? " tanya bu Prameswari di dalam hati.

"Kenapa mah?" tanya pak Galih.

"Tidak apa-apa kok pah, lebih baik saya lihat video yang di kirim oleh Raditya." jawab bu Prameswari.

Di Lobby.

"Hai adik kecil, boleh pinjam handphone nya?" tanya Siska.

"Untuk apa ya tante?" tanya Raditya juga.

"Gus, ambil handphone nya." kata Siska.

"Jang, jang, jang, jangan om, tante." sambung Raditya.

"Yuk cabut." kata Bagus.

"Yuk.." sambung Siska.

Di Luar Ruang Bersalin.

" Oh jadi ini semua ulah Siska dan Bagus. " kata bu Prameswari dalam hati.

"Pah, Kamil mau menenangkan diri di taman ya." kata Kamil.

"Muhun mil." sambung pak Galih.

"Pah, Kamil kamana?" tanya bu Prameswari.

"Ka taman ceunah hoyong menenangkan diri mah.." jawab pak Galih.

"Dengar kan apa yang di bilang oleh ayah nya Kamil di taman, jadi.." kata Bagus.

"Iya gue sekarang harus ke taman." sambung Siska.

"Nenek.."

"Iya eh Raditya, sini sayang, loh kok kamu." jawab bu Prameswari.

"Naha dit?" tanya pak Galih.

"Nek tadi Raditya kirim video kan?" tanya Raditya juga.

"Iya." jawab bu Prameswari.

"Sudah lihat videonya belum?"

"Jadi gini nek..", Raditya pun menjelaskan semuanya pada papa dan mama apa yang sebenarnya terjadi dan Raditya juga bilang pada mama dan papa kalau hpnya di ambil oleh Bagus dan juga Siska.

"Apa!!!" pak Galih marah mendengar cerita dari Raditya.

"Mama harus ke taman sekarang, papa tunggu di sini ya." sambung bu Prameswari.

"Iya mah, dit jaga nenek ya." pinta pak Galih.

"Siap kek.." kata Raditya patuh.