Chapter 18 - 18

Kediri

"Sepi juga ya jo." kata Purnomo.

"Inggih nggih Pur, mboten enten cah ayu uga den mas Kamil ing griya terasa hampa uga sepen." sambung Paijo.

"Assalamu'alaikum Jo, Pur.." pak kyai Abdullah memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam pak kyai." Paijo dan Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Siro berdoa kamawon murih Titah uga Kamil  sae mawi saras ing jakarta uga ugi mantuk wangsul teng pesantren punika sae-sae kamawon." pak kyai Abdullah menasehati Paijo dan Purnomo.

"Inggih pak kyai.." seru Paijo dan Purnomo.

"Jujur kula sebenere kangen ugi kaliyan Titah uga Kamil, tapi bagaimana pun ugi Galih uga semah punika adalah mertua uga orang tuanya ugi dados pandega ing maklum kan." kata pak kyai Abdullah yang juga merindukan Titah dan Kamil.

"Inggih pak kyai.." seru Paijo dan Purnomo lagi.

"Nggih sampun menawi mekaten bapak purun lajeng teng masjid, katur sholat magrib berjama'ah, sampeyan ugi ampun kesupen jama'ah magrib." kata pak kyai Abdullah lagi.

"Nggih pak kyai.." seru Paijo dan Purnomo lagi.

"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam pak kyai." Paijo dan Purnomo menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

Jakarta

"Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun, demikian lah acara empat bulanan ini selesai, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." kata bu Prameswari yang menutup acara empat bulanan Titah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." tamu yang hadir di acara empat bulanan Titah menjawab salam bu Prameswari.

Dua hari kemudian..

"Titah, Kamil.." pak Galih memanggil anak dan menantunya.

"Iya pah.." jawab Titah dan Kamil.

"Ada pengumuman buat kalian berdua." kata pak Galih.

"Apa itu pah?" tanya Kamil.

"Ini ada surat, kalian buka ya." jawab ayah.

"Iya pah.." seru Kamil dan Titah.

"Papa serius ini?"

"Iya.." jawab pak Galih singkat.

"Aya naon da papa?" tanya bu Prameswari.

"Nanti papa umumkan setelah makan siang di meja makan ya." jawab pak Galih lagi.

"Iya.." seru bu Prameswari.

"Mas.."

"Iya sayang."

"Bagaimana kalau kita ajak saja Purnomo dan Paijo, kasihan mereka pasti kesepian." kata Titah.

"Kamu benar sayang, sekalian liburan buat mereka ke luar negeri.." sambung Kamil.

"Ya sudah mas, kira-kira kapan mas Kamil mau ke pesantren darussalam nya?" tanya Titah.

"Kalau bisa ya hari ini juga sayang, oh ya sayang.." jawab Kamil.

"Iya mas, kenapa?"

"Kamu gak usah ikut ke pesantren darussalam ya, kan cuma sehari doang di sana dan besoknya kembali lagi ke jakarta, kasihan kamu nya nanti kecapekan."

"Iya mas.." seru Titah.

"Ya sudah kamu bereskan yang akan di bawa lusa ya, ku kabari pak kyai di jalan saja kalau aku mau ke pesantren darussalam hari ini." kata Kamil.

"Iya mas hati-hati di jalan ya mas.." sambung Titah.

"Iya sayang, assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada istrinya.

"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari suaminya.

"Kamil.."

"Iya a."

"Hoyong kamana buru-buru kalintang?" tanya Fitroh.

"Heueuh aa hoyong ke manten?" tanya Siska.

"Siska, stop saur abdi kalawan sebutan aa saur abdi wasta wae teurang.." pinta Kamil.

"Iya a, maksudnya iya mil.." kata Siska.

"Anjeun naha tacan walon patarosan raka anjeun." kata Fitroh.

"Abdi hoyong ka pasantren darussalam deui a." jawab Kamil.

"Naon!!!, sami Titah?" tanya bu Prameswari.

"Henteu mah.., sorangan naha.." jawab Kamil lagi.

"Oh.. Ngapain kamu ke sana lagi kan, lusa?"

"Aya anu hoyong abdi bantun mah.., barang-barang oge atos aya di ditu."

"Oh.." seru bu Prameswari.

"Iya.." sambung Kamil.

"Anjeun kenging mios asalkan anjeun ngiring kalawan urang ngawadang tiheula sarta sakaligus bewara." pinta pak Galih.

"Bewara naon om?" tanya Siska.

"Antos anjeun oge teurang Siska,pamajikan anjeun manten mil?" tanya ayah juga.

"Eta pah.." jawab Kamil lagi.

"Nya atos ayo ngawadang tiheula."

"Iya pah.."

"Loh mas kamu gak jadi pergi?" tanya Titah.

"Jadi kok sayang, di suruh papa untuk makan siang dulu, ayo sayang.." jawab Kamil dan mengajak istrinya untuk makan bersama keluarga.

"Iya mas.." sambung Titah.

" Pasti aa Kamil duduk di sebelahku. " kata Siska di dalam hati Siska.

"Em maaf mil." kata Fitroh.

"Iya a.." kata Kamil juga.

"Kamu duduk sebelahan sama istrimu aa di sini sebelahan juga sama istri aa.." kata Fitroh.

"Oh iya.." seru Kamil.

" Ih kenapa pake disuruh pindah segala sih? " kata Siska di dalam hati lagi.

"Kamu kenapa Siska?" tanya pak Galih.

"Tidak kenapa-kenapa kok om.." jawab Siska.

"Oh.." seru pak Galih.

"Oh ya Siska bagaimana keadaan suami kamu di sana?" tanya bu Prameswari.

"Alhamdulillah baik kok tante." jawab Siska.

"oh gitu.." seru bu Prameswari.

"Iya.." sambung Siska.

"Syukur alhamdulillah." kata pak Galih.

" Pokoknya kalau aku tidak bisa mendapatkan aa Kamil maka jalan satu-satu adalah lewat anakku nanti, akan aku jodohkan dengan anaknya aa Kamil jika anakku sudah lahir. " kata Siska di dalam hati lagi.

"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.." Kamil tersedak.

"Pelan-pelan dong mil." kata Fitroh.

"Mas Kamil kenapa?" tanya Titah.

"Siska ngapain lagi lirik-lirik ke aku, tidak apa-apa kok sayang, hanya ke pikiran saja soal pengumuman apa yang mau disampaikan oleh papa mumpung mas Kamil masih ada di sini." jawab Kamil dan di dalam hati Kamil merasa risih saat Siska memperhatikan nya.

"Oh.." seru Titah dan Fitroh.

"Oke kalau begitu pengumumannya adalah Kamil dan Titah di terima S1 dan S2 di prancis." kata pak Galih mengumumkan pada keluarganya di meja makan.

"Serius pah?" tanya Fitroh.

"Iya a.." jawab Kamil.

"Kamil kamu sudah tahu ternyata?"

"Sudah, di suruh pura-pura gak tahu sama papa dan mama."

"Kenapa gak ambil di arab atau mesir gitu, kenapa harus di prancis?"

"Kenapa memangnya a?"

"Ya kan biar dekat aja gitu sama aa"

"Oh gitu.." seru Kamil dan Titah.

"Iya.." sambung Fitroh.

"Em ya sudah mah aku berangkat ke pesantren darussalam." Kamil pamit pada ibunya.

"Iya hati-hati ya kasep." sambung bu Prameswari.

"Iya mah, sayang aku pamit dulu, assalamu'alaikum." Kamil juga pamit pada istrinya dan Kamil memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Kamil.

"Hati-hati ya mas.." kata Titah.

"Iya sayang." sambung Kamil.

" Huh.., gagal aku menggoda a Kamil, aku ke jakarta lagi kan pengen menghancurkan pernikahan mereka. " keluh Siska di dalam hati.

"Kamu ngapain Siska?" tanya bu Prameswari.

"Enggak tante, cuma.." jawab Siska yang di potong oleh ayah.

"Awas kalau kamu punya niatan gak baik terhadap anakku dan menantuku." ayah mengancam Siska.

"Iya om.." seru Siska.

"Titah.."

"Iya pah.."

"Ayo masuk." ajak pak Galih.

"Iya kamu masuk ke dalam kamar saja, Inah.." kata bu Prameswari.

"Iya ibu juragan." jawab bi Inah.

"Temani menantuku di kamar dan pastikan kamu jauhkan menantuku dari Siska." pinta pak Galih.

"Siap juragan.., tapi saya mau.." kata bi Inah patuh.

"Biar saya yang bereskan meja makan di bantu Ningrum." kata bu Prameswari.

"Iya mama mertua saya benar kamu temani Titah saja ya bi.." sambung mbak Ningrum.

"Baik ibu juragan dan bu Ningrum." kata bi Inah patuh.

"Kamu mau kemana Siska?" tanya pak Galih.

"Mau menemani Titah juga om." jawab Siska.

"Jangan, tidak usah.., sudah ada bi Inah yang menemaninya, kamu di sini saja bantu istriku beberes meja makan, troh.." kata pak Galih dan pak Galih memanggil Fitroh.

"Iya pah." jawab Fitroh.

"Kita keruang keluarga di atas yuk, biar Siska itu tidak menemui Titah dan membawa pengaruh buruk untuk Titah."

"Boleh yah, main catur juga ya."

"Oke boleh."