Pesantren Darussalam
"Ini a rumahnya Kamil dan Titah, kalau begitu Rivan dan mas Frensky duluan ya ada jadwal ngajar." kata Rivan yang pamit pada Fitroh.
"Oh iya van, terimakasih ya sudah di antar." sambung Fitroh.
"Sama-sama a.." seru Rivan.
"Assalamu'alaikum." Rivan dan Frensky memberikan salam pada Fitroh.
"Wa'alaikumussalam." Fitroh menjawab salam dari Rivan dan Frensky.
"Oh jadi ini rumahnya Titah dan Kamil." kata bu Prameswari.
"Assalamu'alaikum." bu Prameswari, pak Galih, Fitroh dan teh Indriani memberikan salam pada semua yang ada di dalam rumah.
"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di dalam rumah menjawab salam dari bu Prameswari, pak Galih, Fitroh dan teh Indriani.
"Mama, papa." Titah mencium punggung tangan ayah dan ibu mertuanya.
"Iya tah.." seru bu Prameswari.
"Ini mah rumah aku dan mas Kamil." kata Titah.
"Bagus, adem juga.." sambung bu Prameswari.
"Kamil mana tah?" tanya pak Galih.
"Mas Kamil itu pah, baru pulang antar pak dhe." jawab Titah.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada ayah dan ibunya.
"Wa'alaikumussalam." pak Galih dan bu Prameswari menjawab salam dari Kamil.
"Oh ya tah nanti kira-kira acaranya jam berapa ya?" tanya bu Prameswari.
"Sebentar lagi mah.." jawab Titah.
"Habis ashar mah.." jawab Kamil juga.
"Oh, terus makanannya sudah di tempatin belum?" tanya mama.
"Sudah mah, istri dari Frensky dan para akhwat yang taruh di box, mama istirahat saja dulu atau mandi biar segar mah.." jawab Kamil lagi.
"Iya mama mandi dulu ya." kata bu Prameswari.
"Iya mah.." seru Kamil dan Titah.
Dan akhirnya acara pun di mulai, lalu papa mengumumkan bahwa selain di pesantren acara empat bulanan Titah akan di adakan pengajian atau selamatan di jakarta juga, tapi sayang ibu mertuaku dan suaminya tidak bisa datang, yang datang hanyalah adik iparku dan suaminya.
"Assalamu'alaikum." Annisa memberikan salam pada semua yang ada di rumah.
"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di rumah menjawab salam dari Annisa.
"Mbak sudah siap beseknya, sebentar lagi juga sudah waktunya sholat ashar dan acara juga akan di mulai, mbak Titah dan mas Kamil juga di suruh ke masjid untuk sholat berjama'ah perintah dari pak kyai Abdullah langsung.", kata Annisa memberitahu Titah dan Kamil.
"Oh inggih, maturnuwun Nisa." sambung Titah.
"Sami-sami mbak."
"Assalamu'alaikum." Annisa memberikan salam pada semua yang ada di rumah.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari Anissa.
Masjid Pesantren Darussalam
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah memberikan salam pada tamu yang hadir di acara selamatan empat bulanan Titah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." tamu yang hadir di acara selamatan empat bulanan Titah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.
"Sebelum acara dimulai ada yang ingin di sampaikan oleh ayah dari pak ustaz Kamil, mangga silahkan." kata pak kyai Abdullah.
"Terimakasih pak kyai Abdullah." sambung pak Galih.
"Hari ini saya akan menyampaikan bahwa hari selasa akan di adakan acara empat bulanan kembali di jakarta saya ingin minta izin kepada para akhwat dan ikhwan untuk mengajak anakku yang bernama Kamil dan menantuku yang bernama Titah untuk ikut ke Jakarta bersama kami." kata pak Galih yang memberitahu rencana istrinya.
"Benar itu mas?" tanya Titah.
"Iya sayang." jawab Kamil.
"Kok mas gak ngomong sih?"
"Hehe.." Kamil tidak menjawab pertanyaan Titah berikutnya, hanya bisa tertawa saja.
"Itu mama yang minta." Fitroh bantu menjawab.
"Oh.." seru Titah.
"Boleh ya Titah dan pak ustaz nya saya bawa ke jakarta?" tanya bu Prameswari.
"Boleh bu..", jawab santri putra dan santri putri.
Setelah acara selesai aku meminta izin sebentar pada istriku ke rumah pak Kyai Abdullah. Istriku mengizinkannya.
"Alhamdulillah ya sayang acara hari ini berjalan dengan lancar." kata Kamil.
"Iya mas, alhamdulillah, mas.." sambung Titah.
"Iya sayang."
"Mau kemana?" tanya Titah.
"Ke rumah pak kyai Abdullah." jawab Kamil.
"Mau ngapain mas?"
"Mau pamitan sekali lagi, karena kita kan mau pergi ke jakarta besok."
"Oh.., ya sudah hati-hati ya sayang." kata Titah.
"Iya sayang.." sambung Kamil.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Kamil.
Aku sampai di rumah pak kyai Abdullah, aku menanyakan soal rahasia yang pak kyai Abdullah maksud kemarin, sebelum aku menikah dengan Titah.
"Assalamu'alaikum pak kyai Abdullah." Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa ngger?" tanya pak kyai Abdullah setelah menjawab salam dari Kamil.
"Ada yang mau saya bicarakan pak kyai bisa minta waktunya sebentar." jawab Kamil.
"Bisa ngger, silahkan masuk." pak kyai Abdullah mempersilahkan Kamil masuk.
"Baik pak kyai Abdullah." Kamil masuk ke dalam rumah pak kyai Abdullah.
"Kamu mau bicara soal apa?" tanya pak kyai Abdullah.
"Soal rahasia sebelum saya menikah dengan Titah." jawab Kamil.
"Oh itu, apa kamu sudah siap?"
"Insyaallah sudah pak kyai."
"Baik.., kamu tunggu di sini dulu sebentar ya." kata pak kyai Abdullah.
"Baik pak kyai.." sambung Kamil.
Lima menit kemudian..
"Ini rahasianya, rahasia itu ada di dalam sini silahkan kamu boleh membukanya untuk melihat apa isi dari kotak ini ngger.." kata pak kyai Abdullah lagi dan menyerahkan kotak rahasia kepada Kamil.
"Bismillah.." Kamil membuka kotak rahasia dari pak kyai Abdullah.
Aku pun membuka kotak tersebut dan kaget melihat yang di dalam kotak rahasia milik pak kyai Abdullah, ternyata isinya adalah sebuah foto dan tali tambang berwarna putih.
"Pak kyai.." kata Kamil yang heran ketika melihat isi di dalam kotak rahasia tersebut.
"Inggih ngger.." jawab pak kyai Abdullah.
"Kok isinya.." kata Kamil yang masih heran ketika melihat isi di dalam kotak rahasia tersebut.
"Iya memang itu rahasianya."
"Lalu foto ini?" tanya Kamil.
"Foto itu adalah foto pak kyai besar, dia memimpin pesantren ini sebelum saya dan kamu tahu Kamil siapa dia?" tanya pak kyai Abdullah lagi setelah menjawab pertanyaan Kamil.
"Enggak tahu pak kyai, memangnya siapa pak kyai besar ini dan apakah ada hubungannya dengan saya?"
"Nggih, tentu saja ada hubungannya denganmu, Dia adalah kakekmu." jawab pak kyai Abdullah.
"Kakekku." kata Kamil yang masih heran.
"Inggih ngger." sambung pak kyai Abdullah.
"Lalu tali tambang putih ini apa artinya pak kyai Abdullah?"
"Dulu sebelum saya dan ayahmu menikah, tentunya sewaktu saya masih belajar bersama di pesantren ini pernah berjanji akan menikahkan atau menjodohkan anak kami, namun tidak terlaksana karena anakku dua-duanya adalah laki-laki."
"Maksudnya pak kyai Abdullah, mas Fitroh & mas Fitri?"
"Inggih ngger."
"Lalu..?"
"Lalu beberapa tahun kemudian adik iparku yaitu almarhum bapak mertuamu memberiku kabar ternyata anaknya adalah perempuan, maka aku dan ayahmu bersepakat untuk menjodohkan kamu dan Titah, kalian juga sudah kenal dari kecil kan, bahkan kalian tetangga dan berteman dari kecil." jawab pak kyai Abdullah lagi menjelaskan pada Kamil.
"Oh seperti itu, jadi tali tambang putih ini melambangkan perjodohan antara aku dan Titah ya pak kyai Abdullah?"
"Iya ngger, ada yang ingin kamu tanyakan lagi?"
"Tidak ada pak kyai, ya sudah kalau begitu saya pamit pulang pak kyai Abdullah."
"Inggih ngger.." seru pak kyai Abdullah.
"Assalamu'alaikum pak kyai." Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.