Chapter 9 - 09

Akhirnya aku dan Titah menunggu di kamar sampai akad nikah Siska selesai, setelah akad nikah Siska selesai barulah aku dan Titah ke masjid pesantren darussalam untuk mengucapkan selamat pada Siska dan suami.

"Sudah siap kah ananda Aji untuk memulai akad nikah ini?" tanya penghulu.

"Sudah siap pak.." jawab Aji.

"Baik kalau begitu langsung saja kita mulai."

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau ananda Aji Bagas Adiwilaga bin Sultan Fahri Azhari dengan Siska Evi Susanti binti Dani Arif Pangestu Nugroho dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Siska Evi Susanti binti Dani Arif Pangestu Nugroho dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."

"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu lagi.

"Sah.." jawab para saksi.

"Alhamdulillah, sekarang kalian sudah resmi menjadi suami dan istri." kata penghulu.

"Ayo nak masuk, kalian sudah resmi menjadi suami dan istri." kata umi Fatimah.

" Yes akhirnya aku resmi menjadi istri aa Kamil, ya walaupun menjadi istri kedua aa Kamil, tidak apalah, aku akan merebut perhatiannya aa Kamil dan membuat Kamil mencintaiku lagi, lalu kemudian aku akan mempengaruhi aa Kamil untuk menceraikan istri pertamanya deh, haha.. " kata Siska di dalam hati.

"Loh Siska kok kamu malah diam saja ayo masuk bersama mama dan umi Fatimah ke dalam masjid." kata bu Dona yang melihat putrinya sedang melamun.

"Iya nak ayo masuk, yang lain sudah menunggu kamu itu lihat." kata umi Fatimah yang menunjuk ke semua yang datang di pernikahannya sebagai saksi.

Eh.. Oh iya mah.. Umi.. ayo kita masuk." kata Siska yang senang karena dia mengira kalau dia menikah dengan Kamil, padahal dia menikah dengan Aji, laki-laki pilihan ayahnya.

" Saya akan whatsapp Kamil memberikan kabar Siska sudah resmi menikah dengan Aji. " kata ayah Siska di dalam hati.

Tiba-tiba handphone ku berdering ternyata yang mengirimkan aku chat adalah ayah Siska. Ayah Siska memberitahuku kalau acara ijab kabulnya sudah selesai, kini Siska sudah resmi menjadi istri Aji.

[Assalamu'alaikum Kamil, saya ingin memberitahu kalau Siska sudah resmi menjadi istri dari Aji.] pak Dani memberitahu Kamil, kalau Siska dan Aji sudah selesai ijab kabul.

[Wa'alaikumussalam, iya om, saya akan ke sana untuk memberikan selamat pada Siska dan suaminya.] sambung Kamil.

Aku dan Titah pun keluar dan ke masjid pesantren darussalam untuk memberikan selamat pada Siska dan Aji, karena mereka sudah resmi menikah dan menjadi suami dan istri.

"Siska, Aji, selamat ya kalian sudah resmi menjadi suami dan istri." Kamil memberikan selamat pada Siska dan Aji yang sudah sah menjadi suami dan istri.

"Semoga pernikahan kalian berdua sakinah mawadah warahmah." Titah juga memberikan doa pada Siska dan Aji yang sudah sah menjadi suami dan istri.

"Aamiin.." seru Aji.

" Kok aa Kamil gak di pelaminan bersamaku, lalu yang di pelaminan bersamaku siapa? " tanya Siska dalam hati dengan heran, karena melihat Kamil bersama dengan Titah bukan di pelaminan bersama dengan Siska.

Setelah Siska dan suami kembali ke Amerika datanglah cobaan lainnya yaitu aku di vonis mandul dan aku berburuk sangka kepada istriku bahwa anak yang sedang dikandung istriku bukan anakku.

Ternyata hasil laboratorium itu tertukar oleh pasien lain, dan aku ternyata tidak mandul dan sebentar lagi akan menjadi ayah.

Hari ini adalah cobaan berikutnya setelah aku di fitnah menodai mantan pacarku, aku di vonis mandul oleh dokter.

Kediri

"Baik saya umumkan hasil tes nya, yang sebenarnya tidak bisa menghasilkan keturunan adalah dari pihak laki-laki yaitu pak Kamil." kata dokter.

"Apa dok, mana mungkin anak saya mandul ini pasti salah kan dok.., iya kan dok?" tanya bu Prameswari.

"Tidak ibu benar ini hasil tes nya, silahkan lihat kalau tidak percaya." jawab dokter.

"Mas.."

"Iya sayang, hasilnya aku yang tidak bisa memberikan kamu keturunan jadi jika kamu.." kata Kamil.

"Tidak mas, Titah tidak akan minta cerai pada mas Kamil." sambung Titah.

"Kenapa, kamu gak dengar apa kata dokter aku tidak bisa memberikan keturunan untuk kamu?" tanya Kamil.

"Mas, sekarang Titah tanya ke mas Kamil kembali, bagaimana kalau Titah yang tidak bisa memberikan anak untuk mas Kamil, apakah mas Kamil tetap akan ceraikan aku?" tanya Titah juga.

"Tentu tidak Titah, aku tidak akan menceraikan kamu." jawab Kamil.

"Begitu juga dengan aku mas, aku juga tidak akan meminta cerai pada mas Kamil." jawab Titah juga.

"Tapi.."

"Kalau masalah perkataan orang biarlah mas, jangan mas Kamil dengarkan."

Sesampainya di pesantren darussalam kami diberitahu oleh Paijo dan Purnomo kalau ada santri baru, yang rupanya dia adalah teman kuliahku sekaligus musuh bebuyutan ku waktu di kampus.

Awalnya aku dan Rio berteman sangat baik, ketika aku tahu dia menyukai mantan pacarku dan berselingkuh dengannya, kami mulai tidak akur bahkan sering berkelahi di kampus.

"Assalamu'alaikum pak kyai."

"Wa'alaikumussalam, ada apa Pur, jo..?" tanya pak kyai Abdullah.

"Wonten preman mlebet pesantren meneh pak kyai." jawab Paijo.

"Lik jo nyindir aku ya?" tanya Kamil yang merasa tersinggung oleh sindiran dari Paijo.

"Mboten den mas Kamil, apunten menawi rumaos tersindir." jawab Paijo.

"Iya.." seru Kamil dengan kesal.

"Dimana dia?" tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Teng kantor pak kyai." jawab Purnomo.

"Nuwun sampun kawula kesana, Titah lan panjenengan Kamil ngaso rumiyen nuwun teng kamar siro." pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih pak dhe." seru Titah.

"Kamil ikut pak dhe saja ke kantor ya." kata Kamil.

"Ya sudah yuk, nduk.." sambung pak kyai Abdullah.

"Inggih pak dhe." seru Titah lagi.

"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah, Kamil, Purnomo,dan Paijo memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Kamil, Purnomo, Paijo, dan pak kyai Abdullah.

Aku dan pak kyai Abdullah ke pesantren darussalam bersama untuk menemui santri baru yang di maksud oleh Paijo dan Purnomo tadi.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam."

"Pak kyai."

"Inggih." jawab pak kyai Abdullah.

"Pak tolong keponakan saya ya, bimbing dia di pesantren ini tentang ilmu agama." pinta bu Laras.

"Baik bu." kata pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Kamil.." tante Rio memanggil Kamil.

"Tante.." sambung Kamil.

"Kamu kenal ngger?" tanya pak kyai Abdullah.

"Iya pak dhe, tantenya teman saya di kampus dulu." jawab Kamil.

" Oh jadi dia selama ini di pesantren ini pantas tidak pernah kelihatan lagi di kampus, akhirnya kita bertemu kembali musuh bebuyutan ku. " kata Rio di dalam hati.

Di waktu itu jujur aku merasa takut sekali kalau Titah kenal dengan Rio, lalu Rio mengambil Titah dari ku karena keadaan ku saat ini.

"Hai Rio selamat datang di pondok pesantren darussalam semoga kamu betah di sini." kata Kamil.

"Iya.." seru Rio.

Kemudian Titah datang untuk membawakan minum dan cemilan untuk tamu, Rio melihat Titah, rupanya Rio belum tahu kalau Titah itu adalah istriku dan mengetahui keadaan ku saat ini juga.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Nak kok kamu?" tanya pak kyai Abdullah.

"Em.. Cantik juga, Hai boleh kenalan?" tanya Rio juga.

"Astaghfirullahalazim, mas jaga sopan santun mu, ini istri dari mas Kamil keponakan nya pak kyai." kata Paijo.

"Iya boleh, saya Titah.." jawab Titah.

"Kenapa kok gak mau salaman dengan saya sombong banget." kata Rio.

"Maaf mas saya dan anda bukan mahram, saya sudah bersuami, permisi semua assalamu'alaikum." sambung Titah.

"Wa'alaikumussalam."

" Aku akan rebut istri kamu darimu mil.. " kata Rio dalam hati lagi.