Pertemuan telah selesai aku mengantarkan Rio ke asrama putra dan meninggalkannya di sana, pak kyai Abdullah berbicara pada Titah, bahwa pak kyai Abdullah akan memberikan rumah untuk aku dan Titah tinggali setelah aku sampai di kamar.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam pak dhe, ada apa?" tanya Titah.
"Pak dhe mau kasih rumah untuk kalian berdua dan kamar ini bisa di pakai oleh tamu yang ingin menginap di pesantren darussalam, kalau menurut kamu bagaimana nduk?" tanya pak kyai Abdullah juga.
"Kalau Titah sih terserah mas Kamil saja pak dhe." jawab Titah.
"Piye ngger?" tanya pak kyai Abdullah lagi.
"Boleh pak dhe, saya setuju sudah saatnya aku dan Titah mandiri." jawab Kamil.
"Jo, Pur.."
"Inggih pak kyai." jawab Paijo dan Purnomo.
"Sekarang kalian berdua adalah abdi dalemnya Kamil dan Titah, dan mulai sekarang kamu bisa mengabdi sepenuhnya pada Titah dan juga Kamil sama seperti kalian berdua mengabdi padaku." kata pak kyai Abdullah.
"Oh inggih pak kyai" kata Paijo dan Purnomo bersamaan.
"Ya sudah bantu mereka pindah rumah ya." kata pak kyai Abdullah lagi.
"Inggih pak kyai" kata Paijo dan Purnomo patuh.
Akhirnya aku dan Titah punya sendiri setelah beberapa bulan tinggal di rumah pak kyai Abdullah.
"Lik, sudah istirahat saja, besok lagi lanjutkan berbenah rumahnya." pinta Kamil.
"Siap den mas." kata Paijo dan Purnomo patuh.
"Istriku, kamu tidur juga ya sayang." pinta Kamil lagi.
"Inggih mas.." kata Titah patuh.
Dua bulan kemudian..
Aku mendengar Titah muntah-muntah di kamar mandi aku pun cemas takut terjadi apa-apa dengannya lalu aku langsung saja masuk ke dalam kamar mandi yang sebelumnya aku tidak mengetahui bahwa Titah sedang menyembunyikan tespek di tempat odol dan sikat gigi ternyata istriku hamil lalu aku berfikir sejenak sebelum berburuk sangka kemudian aku ke kamar untuk melihat hp Titah, ternyata ada panggilan tak terjawab banyak sekali dari Rio.
"Mas sarapannya sudah siap, ngajar jam berapa nanti?" tanya Titah.
"Jam delapan sayang." jawab Kamil.
"Oh.." seru Titah.
"Kita sarapan bareng yuk." ajak Kamil.
"Duh kok mual lagi ya, mas saja duluan nanti saya bisa bareng lik jo dan lik Pur kok.." Titah menolak permintaan Kamil karena mual.
"Oh ya sudah.." sambung Kamil.
"Untung saya sudah membeli tespek." kata Titah.
"Cah ayu mana den mas Kamil?" tanya Purnomo.
"Di kamar mandi." jawab Kamil.
"Kok uwek uwek ta.." kata Paijo yang mendengar Titah muntah-muntah di kamar mandi.
"Iya benar, ya sudah aku ke sana dulu deh.." sambung Kamil.
"Sayang.." Kamil memanggil Titah.
"Iya mas", jawab Titah.
"Kamu kenapa kok muntah-muntah?" tanya Kamil.
"Gak kenapa-kenapa kok mas, palingan cuma masuk angin doang." jawab Titah.
"Oh.." seru Kamil.
"Inggih.." sambung Titah.
"Ya sudah kamu istirahat gih." pinta Kamil.
"Iya mas, nanti saya akan istirahat." sambung Titah.
"Lik Pur.." Kamil memanggil Purnomo.
"Inggih den mas." jawab Purnomo.
"Bawa istriku ke kamar ya." pinta Kamil lagi.
"Siap den mas." kata Purnomo patuh.
"Cah ayu." Purnomo memanggil Titah.
"Inggih lik." jawab Titah.
"Wonten ingkang telpon nuwun diangkat." kata Purnomo memberitahu Titah kalau hpnya bunyi.
"Cobi mriki kawula mriksa." Titah minta di ambilkan hpnya pada Paijo.
"Cah ayu menika sarapanne teng utus sarapan rumiyen sami den mas Kamil." kata Paijo.
"Maturnuwun nggih lik." sambung Titah.
"Sami-sami cah ayu." kata Paijo lagi.
"Sinten cah ayu ingkang menelepon?" tanya Paijo.
"Menika rencang pun mas Kamil, ra tahu punapa teleponin aku lajeng saking wingi." jawab Titah.
"Nggih ing entas kamawon cah ayu bokmenawi enten ingkang wigati." saran Paijo.
"Kawula mboten saged mengangkat pun mbasi punika wigatos, dados dinengaken kemawon lik." kata Titah yang tidak mau mengangkat telepon dari Rio.
"Nuwun sampun cah ayu dhahar rumiyen nuwun." kata Paijo.
"Inggih lik.." seru Titah.
"Hah.., em.. Baunya, sikat gigi dulu deh." kata Kamil mencium bau mulutnya sendiri.
"Ini sikat gigi nya odol nya, yah jatuh lagi.., ini tespek siapa?, apa ini tespek Titah ya tapikan aku di vonis mandul, lalu anak siapa yang Titah kandung itu?, gua harus cari tahu coba gua cek hp nya Titah." Kamil bertanya-tanya sendiri saat menemukan tespek di kamar mandi.
Titah yang baru selesai sarapan di kamarnya di temani oleh dua abdi dalem kesayangannya.
"Sampun lik." Titah memberikan piring pada Paijo.
"Menika cah ayu usadane teng unjuk." Purnomo memberikan obat pada Titah.
"Lik.."
"Nggih cah ayu."
"Kawula kresa cerios."
"Cerios punapa?"
"Cerios kemawon cah ayu."
"Aku mbobot lik, tapikan pundi bokmenawi saged jene Kamil sampun di vonis mandul dening dokter kalih wulan ingkang terlewat." Titah menceritakan bahwa dia sedang hamil anak Kamil pada Paijo dan Purnomo.
"Cah ayu ra ana ingkang mboten bokmenawi salebetipun cah ayu lan den mas Kamil pitados mawi ndekataken salira wonten gusti Alloh mawi kiyat berdoa kagem dikek i turunan mesti dikabulaken lan menika yektosne cah ayu." kata Paijo mendengarkan cerita dari Titah.
"Nuwun aku ngertos lik maksute siro punika kados punapa,ingkang kawula takuti yakni jene Kamil berfikiran negatif soal putra ingkang nembe kawula kandung menika loh, sawetawis kawula punika mboten nate bersentuhan dening laki-laki benten kajawi kaliyan panjenenganipun suamiku piyambak."
"Menawi punika ngantos kedadosan kersanipun kawula ingkang bantu njelasaken wonten den mas Kamil, cah ayu." kata Purnomo.
"Benar lik?" tanya Titah.
"Inggih cah ayu." jawab Purnomo.
"Terimakasih ya lik."
"Sami-sami cah ayu."
"Nuwun sampun sakmenika cah ayu sebaike ngaso, Pur ayo kita miyos." ajak Paijo.
"Yo ayo.." sambung Purnomo.
"Den mas sudah berangkat?" tanya Purnomo.
"Belum Pur.." jawab Paijo.
"Belum darimana nya jo sok tau kamu, buktinya den mas sudah tidak ada di meja makan gitu loh." kata Purnomo.
"Di belakangmu loh Pur.." kata Paijo yang memberitahu Purnomo kalau Kamil berada tepat di belakang Purnomo.
"Mana?" tanya Purnomo lagi.
"Coba kamu lihat kebelakang mu." jawab Paijo lagi.
"Ma.., eh den mas.."
"Em.."
"Aku pergi ngajar ya lik." Kamil berpamitan pada Paijo dan Purnomo.
"Nggih den mas.." kata Paijo dan Purnomo bersamaan.
Di dalam kamar aku segera mengecek handpone Titah dengan beralasan meminjamnya sebentar karena pulsaku yang habis. Titah meminjamkannya dan benar saja ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rio.
"Gua harus ngecek isi hpnya." kata Kamil di dalam hati.
"Mas Kamil belum berangkat?" tanya Titah.
"Ini mau berangkat, sayang pinjam hp kamu dong sayang aku mau telepon mama, tapi pulsanya habis hehe." jawab Kamil meminjam hp Titah.
"Oh iya, ini mas hp ku." Titah memberikan hpnya pada Kamil.
" Ternyata benar dugaan ku, em sayang aku pinjam buat menelepon mama ya pulsa ku habis. " kata Kamil di dalam hati dan Kamil yang masih meminjam hp istrinya.
"Oh iya silahkan mas." Titah masih meminjamkan hpnya.
"Lihat saja Rio apa yang akan aku perbuat padamu, ya sudah sayang aku berangkat assalamu'alaikum." kata Kamil yang mengembalikan hpnya pada Titah dan Kamil pun berpamitan pada Titah.
"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Kamil.
Sesampainya di kelas aku segera mengajak Rio keluar dari kelas dan berbicara empat mata padanya.
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada semua santri putra di kelas.
"Wa'alaikumussalam pak ustaz Kamil." semua santri putra menjawab salam dari Kamil.
"Rio saya minta waktu anda sebentar di luar bisa?"
"Bisa pak ustaz."