Sementara itu di ruang batik istriku mencari keberadaan dari Aisyah, istri kakak sepupunya. Titah yang melihat Annisa sedang melamun segera menyadarkannya dari lamunannya.
"Nis.." Titah menyadarkan Annisa dari lamunannya.
"Inggih mbak, ana apa ta mbak?" tanya Anissa.
"Mbak Aisyah kok gak ada di ruang batik, kemana ya?" tanya Titah juga.
"Mboten ngertos mbak, aku ugi bokmenawi taksih ing griyane menyiapkan tedha konjuk pak ustaz Fitri sepupu panjenengan sami anak-anake." jawab Anissa.
"Oh, sampun menawi mekaten kita tengga kamawon nggih enggal awiti ngebatike." kata Titah.
"Siap mbak.." sambung Anissa.
Sesampainya di pasar Purnomo segera membeli apa yang aku butuhkan.
"Cah ayu ngidam apa ta den mas?" tanya Purnomo.
"Tempe mendoan." jawab Kamil.
"Oh.." seru Purnomo.
"Iya lik.." sambung Kamil.
"Pur.." salah satu ibu-ibu di menegur Purnomo.
"Nggih bu." jawab Purnomo.
"Duluan ya, mangga." kata bu Aini.
"Inggih.." seru Purnomo.
"Terus kesini mau belanja apa?" tanya Kamil.
"Sekedhap nggih den mas, yu, tumbas lombok kula gangsal belas ewu kamawon." jawab Purnomo.
"Inggih Purnomo." kata penjual sayur.
"Kok banyak sekali lik?" tanya Kamil lagi.
"Den, cah ayu itu suka tempe mendoan yang di dalam isinya ada cabe." jawab kata Purnomo memberitahu Kamil.
"Maksudnya tempe mendoan nya di campur sama cabe gitu?" tanya Kamil lagi.
"Nggih." jawab Purnomo singkat.
"Maturnuwun nggih yu, oh nggih kula kesupen ron bawang uga seledri nik tumbas gangsal ewu kamawon." kata Purnomo lagi.
"Nggih,terus menapa meneh?" tanya penjual sayur.
"Brambang uga bawang pethak gangsal ewu kamawon." jawab Purnomo lagi.
"Biyasa ta Pur?" tanya penjual sayur lagi.
"Nggih.." jawab Purnomo singkat.
"Terus menapa meneh?" tanya penjual sayur lagi.
"Jangan sup, sami jangan asem biyasa nik ugi nggih." jawab Purnomo lagi.
"Nggih, sampun menapa dereng Pur?" tanya penjual sayur lagi.
"Konjuk dinten niki sampun, dados sepinten total tumbasan kulo?" tanya Purnomo juga.
"Sekedhap kulo etang riyen nggih" jawab penjual sayur.
"Nggih.." seru Purnomo.
"Dados total semuanya tumbasan mu sekawan dasa ewu." kata penjual sayur.
"Niki artane." Purnomo memberikan uang pada penjual sayur.
"Sudah lik?" tanya Kamil.
"Sudah den mas, sekarang tinggal cari tempenya saja." jawab Purnomo.
"Ya sudah ayo." ajak Kamil.
"Ayo, maturnuwun yu." kata Purnomo dan Purnomo mengucapkan terimakasih pada penjual sayur.
"Sami-sami." sambung penjual sayur.
Masih di ruang batik, istri mendengarkan cerita dari Annisa yang ternyata Frensky belum bisa menerima Annisa juga belum bisa melupakan Titah. Annisa merasa iri karena sampai saat ini ia belum di sentuh dan juga dia belum hamil, serta ia cemburu juga pada istriku karena suaminya belum bisa melupakan istriku.
"Mbak sekarang kandungan mbak sudah berapa bulan?" tanya Anissa.
"Alhamdulillah sudah empat bulan Nis, seminggu lagi selamatannya." jawab Titah.
"Oh.." seru Anissa.
"Ya, memangnya kenapa Nis?"
"Mboten mbak, aku pingin deh sugih mbak ngandheg, nanging sayange mas Frensky dereng nyentuh aku sampe pas niki mbak, mas Frensky taksih tresna sami mbak Titah." jawab Anissa.
"Astaghfirullahalazim, dosa punika Nisa menawi sampeyan dereng ing nafkahi secara muncul uga batin, berdosa ugi menawi mas Frensky taksih nyintai semah wong lio." kata Titah kaget mendengar perkataan dari Anissa.
"Terus gimana mbak, Nisa ta mboten sanguh ngelakoni menapa-menapa?"
"Anteng nggih mangke mbak bantu."
"Leres mbak?"
"Inggih.."
"Sekedhap nggih hp kulo ungel." kata Annisa.
"Siapa nis?" tanya Titah.
"Mbak Aisyah mbak.., katanya gak bisa dateng karena Adam sakit." jawab Annisa.
"Inalillahi wainnailaihi raji'un." kata Titah.
"Mbak mau kemana?" tanya Annisa.
"Mau ke rumah mas Fitri, Nis.." jawab Titah.
"Kalau ke rumah mas Fitri ya Nisa ikut tapi nanti saja kalau suami-suami kita sudah pulang mengajar di pesantren atau jam istirahat." kata Annisa.
"Ya sudah Nis, sekarang kita lanjutkan saja batiknya." sambung Titah.
"Inggih mbak nggih.." seru Anissa.
Sesampainya di aku segera berangkat lagi ke pesantren darussalam untuk mengajar.
"Sudah ya lik Pur, aku berangkat dulu nanti pulangnya baru ajari aku cara membuat tempe mendoan kesukaannya istriku, assalamu'alaikum." kata Kamil berpamitan kepada Purnomo dan Paijo, Kamil juga memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.
"Iya den, wa'alaikumussalam." Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Kamil.
Setibanya aku di kelas untuk mengajar aku memberikan satu pertanyaan pada santri putra, santri putra yang akan menjawab pertanyaan ku akan aku berikan waktu untuk menjelaskannya pada santri putra yang lain.
Selesai santri putra menjelaskannya padaku juga santri putra lainnya datanglah istriku ke kelas, di tempat aku mengajar.
"Assalamu'alaikum ikhwan." Kamil memberikan salam pada semua santri putra.
"Wa'alaikumussalam pak ustaz Kamil." semua santri putra menjawab salam dari Kamil.
"Kita belajar aqidah dan akhlak ya, sampai mana kemarin ikhwan?" tanya Kamil.
"Sampai hubungan dosa, kemaksiatan, dan akhlak dengan akidah pak ustaz." semua santri putra menjawab pertanyaan dari Kamil.
"Iya benar.., saya tanya sekarang Apakah terjerumusnya ke dalam dosa merupakan bukti akan rusaknya akidah atau ada syubhat dalam aqidah, ada yang bisa jawab?"
"Saya pak ustaz Kamil." jawab Najib.
"Ya silahkan Najib." kata Kamil.
"Allah telah menyanjung akhlak – yang pada dasarnya merupakan ketaatan dan menjadi sebab ketaatan – sebagi bagian dari agama, bahkan ia adalah agama itu sendiri.
Allah Ta'ala telah memuji nabi Muhammad sallalahu alaihi wa sallam yang berakhlak mulia, sebagaiamana firman-Nya, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)
Ibnu Abas radhiallahu anhuma menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah Islam. Beliau berkata, "Yakni sesungguhnya engkau (Muhammad) dalam agama yang agung yaitu islam." (HR. Thabari dalam tafsirnya, 12/179)
Yang benar adalah tidak bahwa akhlak tidak terlepas dari agama. Fairuzabadi dalam kitabnya Bashair Dzawi At-Tamyiz, 2/568 mengatakan,"Ketahuilah bahwa agama seluruhnya adalah akhlak. Siapa yang bertambah akhlaknya, maka bertambah lah agama pada diri anda."
Di antara yang tidak meragukan lagi, adanya keterkaitan kuat antara akidah denganperilaku dan akhlak baik dari sisi negative maupun positif. Hal itu akan jelas dalam pembahasan berikut ini:
1.Sesungguhnya seorang muslim yang meyakini bahwa Allah mendengar dan melihat serta memperhatikan yang tersembunyi. Jika kuat pada sisi ini, maka dia tidak akan berakhlak dan melakukan perbuatan yang dapat melemahkan keyakinannya pada masalah ini.
Yang menunjukkan akan hal itu adalah sebagai berikut,
Firman Allah,
"Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisaa: 128)
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (Q. An-Nisaa: 135)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisaa: 58)
2.Seorang muslim yang mempercayai akan janji Allah Ta'ala dan ancaman-Nya, hal itu menjadi pendorong pada keyakinannya untuk melakukan apa yang disenangi untuk Allah Ta'ala dan menjauhi dari semua yang dibenci-Nya Azza Wa Jalla.
Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlaknya."(HR. Tirmizi, 1162 dan Abu Daud, 4682, dia mengatakan, haditsnya hasan shahih)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Telah diketahui bahwa makhluk yang paling dicintai adalah orang mukmin. Kalau dia paling sempurna imannya, maka paling baik akhlaknya. Maka yang paling besar dicintai-Nya adalah yang paling bagus akhlaknya. Akhlak adalah agama sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." Ibnu Abbas mengatakan, mempunyai agama nan agung. Begitu juga Soyan bin Uyainah dan Ahmad bin Hanbal menafsirkan seperti itu dan selain dari keduanya. Sebagaimana yang telah kami jelaskan selain di tempat ini. (Al-Istiqamah, 442)
Al-Mubarokfuri rahimahulah mengatakan, "Perkataan 'Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaknya' kata 'Kholqun atau Khuluqun' dengan didhomma dan disukun huruf lamnya. Karena kesempurnaan iman, mengharuskan berbudi pekerti baik dan berbuat baik kepada seluruh orang." Tuhfatul Ahwadzi, 4/273.
3.Sesungguhnya kekuatan keimanan mendorong untuk melakukan amal saleh dan menahan diri dari daki kemaksiatan dan dosa-dosa. Yang menunjukkan akan hal itu adalah, hadits dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah orang yang berzina ketika melakukan perzinaan dia dalam kondisi beriman. Dan tidaklah pencuri ketika dia mencuri dia dalam kondisi beriman. Tidak juga peminum (khamar) ketika dia meminum dalam kondisi beriman." (HR. Bukhari, no. 2334 dan Muslim, 57)
Dan dari Abu Suraikh sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa salla bersabda, "Demi Allah belum beriman (secara sempurna), demi Allah belum beriman, demi Allah belum beriman. Beliau melanjutkan, "Orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya." (HR. Bukhari, no. 5670)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma sesungguhnya Rasulullah sallallahu alihi wa sallam melewati seseorang dari kalangan Anshar, dia menasehati saudaranya tentang rasa malu. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Biarkan dia, karena rasa malu merupakan bagian dari keimanan." (HR. Bukhari, no. 24 dan Muslim, no. 36)
Malik bin Dinar rahimahullah, dia berkata, "Iman itu tampak lemah dan kecil di dalam seperti tunas tumbuhan. Jika pemiliknya memperhatikannya dan menyiram dengan ilmu bermanfaat dan amal saleh serta menyingkirkan belukar dan apa yang melemahkannya, maka dia akan tumbuh dan terus berkembang. Sehingga dia menjadi induk, cabang, buah dan naungan tanpa ada batasnya sampai seperti gunung. Kalau pemiliknya membiarkan tanpa diperhatikan, maka akan datang seekor kambing yang memakannya atau anak kecil yang mengambilnya. Kalau semakin banyak belukarnya, maka akan melemahkan, membinasakan atau membuatnya kering. Begitulah keimanan."
Khaitsamah bin Abdurrahman berkata, "Keimanan akan menjadi gemuk di tempat subur dan akan kurus di tempat kering. Tempat suburnya adalah dengan beramal saleh sementara tempat keringnya adalah dosa dan kemaksiatan," (Dikutip dari Ibnu Taimiyah, kitab Al-Iman, hal. 213)
4.Beriman dengan qadha dan takdir Allah dapat menghalangi akhlak jelek dan kemaksiatan. Karena agama sangat memperingatkan dan mengancam perbuatan tersebut, seperti histeris, menyobek baju, mencambak rambut dan berteriak-teriak (Niyahah). Sebaliknya, keimanan mengajak pemiliknya untuk mempunyai akhlak (mulia) yang agung, seperti sabar, ridha dan mengharap pahala.
Dari Suhaib Ar-Rumi radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ (رواه مسلم، رواه 2999 )
"Sangat mengherankan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya itu baik. Hal itu tidak ada melainkan untuk orang mukmin. Jika ditimpa kebaikan, maka dia bersyukur dan hal itu baik untuknya. Jika ditimpa keburukan, dia bersabar. Dan hal itu baik untuknya." (HR. Muslim, no. 2999)
Dalam sunan Abu Daud, 47010, Ubadah bin Shamit menasehati anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya engkau belum mendapatkan hakikat keimanan sebelum engkau meyakinin bahwa apa yang (ditakdirkan akan) menimpamu tidak akan meleset. Dan apa yang (ditakdirkan akan) meleset darimu tidak akan menimpamu . Aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ ، فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ !! قَالَ : رَبِّ ، وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟!! قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ !! يَا بُنَيَّ ، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي !! (صححه الألباني)
"Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Lalu Dia berkepada kepadanya; "Tulislah!. Berkata (pena), "Wahai Tuhanku apa yang akan aku tulis?" Berkata (Allah), "Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat."
(Ubadah bin Shamit berkata), "Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang meninggal dunia tidak (berkeyakinan seperti ini) maka dia bukan dari (golonganku)." (Dishahihkan oleh Al-Albany)
5.Sesungguhnya agama banyak menganjurkan ketaatan dan menekankan adanya kaitan dengan keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Begitu pula agama mengharamkan kemaksiatan dan (dosa) yang dapat menjerumuskannya pada pengingkaran terhadap keimanan kepada Allah dan hari kiamat. Yang menunjukkan akan hal itu adalah:
a.Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaknya dia menghormati tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari, no. 5672 dan Muslim, no. 47)
b.Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidak dibolehkan bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan safar sejauh tiga mil (atau lebih), kecuali dia bersama mahramnya." (HR. Bukhari, no. 106, Muslim, no. 1338 dan redaksi darinya)
c.Dari Ummu Habibah radhiallahu anha berkata, aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tidak dihalalkan bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung lebih dari tiga hari kecuali untuk suaminya, (yaitu) empat bulan sepuluh hari." (HR.. Bukhari, no. 1221 dan Muslim, no. 1486)
Sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sunnahnya, bahwa rusaknya keyakinan –seperti kenifakan- menjurus kepada kerusakan akhlak dan amal. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga, ketika berbicara berbohong, ketika berjanji tidak ditepati dan ketika diberi amanah dikhianati." (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 5)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Orang yang menyalahi ahli hadits, mereka kemungkinan akan rusak amalnya. Baik karena keyakinan jelek dan kenifakan atau karena penyakit hati dan lemah imannya. Di antara mereka ada yang meninggalkan kewajiban dan melanggar aturan serta meremehkan hak-hak dan kerasnya hati yang tampak oleh setiap orang. Kebanyakan guru mereka dituduh (dengan melakukan) sesuatu yang besar. Meskipun di antara mereka terkenal dengan zuhud dan ibadahnya. Dalam kezuhudan dan ibadahnya sebagian orang awam dari kalangan ahlus sunnah itu lebih bagus daripada apa yang ada padanya.
Telah diketahui bahwa ilmu itu merupakan landasan amal, keabsahan asal mengharuskan keabsahan cabang. Seseorang tidak akan mengalami kerusakan amal kecuali karena dua hal; karena kebutuhan atau ketidaktahuan (bodoh). Orang yang mengetahui buruknya sesuatu dan tidak memerlukannya, tidak akan melakukannya. Kecuali kalau hawa nafsunya mengalahkan akalnya, dan telah dikuassi kemaksiatan. Dan hal itu merupakan bentuk dan macam lain lagi." (Majm Fatawa, 4/53)
Kami memohon kepada Allah Ta'ala agar memperbaiki urusan kita semua. Dan diberi petunjuk ucapan, perbuan dan akhlak yang terbaik." Najib menjawab pertanyaan Kamil dan menjelaskannya pada teman-temannya.