Chapter 6 - 06

"Wa'alaikumussalam."

"Mas.."

"Iya sayang.."

"Siapa?" tanya Titah.

"Pak ustaz kembar kita sayang, pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri." jawab Kamil.

"Oh.." seru Titah.

"Oh iya sayang sebenarnya saya mau bertanya soal ini dari kemarin."

"Bertanya soal apa ya mas?"

"Soal pak ustadz Fitri."

"Kenapa namanya seperti perempuan ya mas?"

"Iya sayang."

"Oh itu karena mereka lahir di hari raya idul Fitri, ya kata bu dhe sih awalnya Fitroh saja yang lahir lalu ketika beberapa menit Fitroh lahir tiba-tiba saja perutnya bu dhe kembali mulas lalu lahir Fitri gitu mas." Titah menjelaskannya pada Kamil.

"Namanya sama seperti kakak ku yang sekarang tinggal di Arab Saudi mengurus usahanya."

"Oh.., kemarin kita nikah datang tidak mas, kakakmu?"

"Tidak sayang, kakak ku sedang mengurusi bisnis di Arab, jadi berhalangan untuk hadir di acara pernikahan kita, makannya aku ajak kamu ke jakarta, karena mau ku kenal kan juga pada kakak ku." jawab Kamil menjelaskannya pada Titah.

Jakarta

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Siska.." kata bu Prameswari terkejut melihat kedatangan Siska tiba-tiba kerumahnya.

"Iya tante, aa Kamil mana?" tanya Siska.

"Kamil ngurus pesantren dengan istrinya." jawab bu Prameswari.

"Aa Kamil sudah menikah tante?"

"Iya, papa dan mama kamu dateng kok kemarin pas acara tunangan dan pernikahan Kamil."

"Memangnya orang tua kamu gak kasih kabar mengenai pernikahannya Kamil?" tanya pak Galih.

"Enggak om.." jawab Siska.

"Punten juragan pak Fitroh telepon." kata bibi memberitahu pak Galih.

"Manten, dieu.. Anjeun tulung bikinkan ngaleueut nya kanggo Siska." pinta bu Prameswari.

"Muhun ibu juragan" kata bibi patuh.

Papa kemudian ke ruang tengah untuk mulai percakapan dengan kakakku yang akan datang ke indonesia setelah mendapatkan cuti dari kantornya di Arab Saudi.

[Assalamu'alaikum naha troh?] tanya pak Galih.

[Wa'alaikumussalam pah, enjing abdi hoyong ka Indonesia, papa tiasa papag henteu?] tanya Fitroh juga.

[Insyaallah antos lamun papa tiasa papag nya papa papag nanging lamun henteu tiasa manawi Kamil anu papag.] jawab pak Galih.

[Oh.. Kamil papag, emangnya  Kamil wangsul pah?]

[Muhun wangsul sami pamajikan na poe ieu, enjing nyampe nu mawi tabuh salapan,tabuh sapuluh an lah.., anjeun nyampe bandara tabuh sabaraha?] tanya pak Galih juga.

[Tabuh hijian pah..] jawab Fitroh.

[Oh nya atos antos papa whatsapp adi beuteung anjeun atawa Kamil langsung.] kata pak Galih.

[Oke papa, assalamu'alaikum.]

[Wa'alaikumussalam.]

Mama dan papa membicarakan kepulangan aku dan kakakku ke rumah besok, tanpa mama dan papa sadari Siska menguping pembicaraan mereka.

Kemudian Siska meminta izin untuk ikut menjemput aku dan istriku besok ke stasiun.

"Kenapa pah?" tanya bu Prameswari.

"Itu Fitroh mau pulang dan Kamil besok juga sampai di sini." jawab pak Galih.

"Nyampe jam berapa pah?"

"Kamil sekitar jam sepuluhan, Fitroh sekitar jam satuan."

"Ya sudah besok kita jemput Kamil sama Titah saja duluan." kata bu Prameswari.

"Ya sudah." sambung pak Galih.

"Aku mau ikut juga dong tante, mau kenal sama istrinya aa." kata Siska.

"Boleh.." sambung bu Prameswari.

"Boleh, tapi kamu harus jaga jarak ya sama Kamil." kata pak Galih memperingati Siska.

"Loh kok gitu om?" tanya Siska.

"Karena Kamil itu bukan mahram mu dan juga dia sudah beristri." jawab pak Galih.

"Siap om." kata Siska patuh.

" Enak saja aku di suruh jaga jarak dari aa Kamil.., aku akan rebut dia dari istrinya lihat saja nanti. " kata Siska di dalam hati saat pak Galih menjelaskannya agar Siska tidak terlalu dekat dengan Kamil, juga menjaga jaraknya dari Kamil.

"Ya sudah om kalau begitu aku pulang dulu ya om assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Kediri

"Pak dhe, bu dhe, kami pamit ya." kata Kamil dan Titah berpamitan pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.

"Iya ngger, nduk.., hati-hati di jalan ya." kata pak kyai Abdullah.

"Iya pak dhe." kata Titah dan Kamil bersamaan.

" Dik Titah kenapa kamu pergi meninggalkan aku. " kata Frensky di dalam hati.

"Mas Frensky kenapa kamu tangisi mbak Titah ta mas.., aku ini istrimu, mas.." keluh Annisa yang cemburu saat Frensky melihat dan menangisi kepergian Titah bersama dengan Kamil.

"Tapi yang namanya cinta tidak bisa di paksa dik." kata Frensky.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Keesokan harinya..

Akhirnya sampai juga di jakarta ternyata orang tuaku sudah ada di stasiun pasar senin untuk menjemputku begitu juga dengan mantan pacarku, dia juga ada di sana, ketika aku turun dan berjalan menghampiri mereka mantan pacarku berlari ke arah kami dan memelukku, di saat dia memelukku, aku melihat Titah cemburu, papa yang melihat Siska memelukku di depan Titah langsung menghampirinya dan juga menegurnya.

Jakarta

"Sayang sudah sampai jakarta." kata Kamil.

"Iya mas, alhamdulillah ya mas sampai dengan selamat." sambung Titah.

"Iya sayang, ayo turun hati-hati ya sayang."

"Kamil mana pah?" tanya bu Prameswari.

"Itu.." jawab pak Galih menunjuk ke arah Kamil dan Titah.

"Aa Kamil.." Siska berlari dan memeluk Kamil di depan Titah.

" Mas kenapa kamu tidak menolak saat dia memelukmu. " kata Titah di dalam hati saat melihat Siska memeluk Kamil.

"Keterlaluan.." kata pak Galih dengan marah saat melihat Siska memeluk Kamil di depan Titah.

"Pah tahan emosi ya." pinta bu Prameswari.

"Tidak bisa mah, dia harus di tegur agar tidak mengulangi hal yang sama, Siska.." tolak pak Galih.

"Iya om." kata Siska.

"Saya bilang apa kemarin ke kamu jaga jarak, dia itu bukan Kamil yang dulu." kata pak Galih yang sudah terlanjur emosi dengan sikap Siska.

"Maaf Siska kenapa kamu memeluk saya, saya sudah mempunyai istri, sayang maaf suamimu ini tidak mengetahuinya bahwa sebenarnya dia ingin memelukku." kata Kamil.

"Iya mas gak apa-apa kok.." sambung Titah.

"Jaga sopan santun mu ya."

"Iya om, maaf.."

"Assalamu'alaikum pah, mah.."

"Wa'alaikumussalam."

"Ya sudah ayo pulang." ajak bu Prameswari.

"Ayo.." seru pak Galih dan Kamil.

Sesampainya di rumah aku segera memperkenalkan abdi dalem keluarga ku kepada Titah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Sayang kenalkan ini bi Inah dan yang ini mang Jaja." Kamil memperkenalkan para abdi dalem nya pada Titah.

"Iya mas.."

"Den Kamil ini istrinya?" tanya mang Jaja.

"Iya mang, istri saya." jawab Kamil.

"Cantik ya." kata bi Inah.

"Terimakasih." kata Titah yang tersenyum pada mang Jaja dan bi Inah.

"Sama-sama den." kata mang Jaja dan bi Inah bersamaan.

" Lihat saja nanti pasti aa Kamil akan kembali padaku dasar gadis kampung. " kata Siska di dalam hati.

"Sudah mil, kamu ajak saja Titah ke kamar, istirahat." pinta pak Galih.

"Iya pah, ayo sayang kita istirahat di kamar." kata Kamil mengajak Titah ke kamar.

"Iya mas, kopernya." kata Titah juga.

"Biar saya saja den." kata mang Jaja.

"Oh iya terimakasih ya mang." sambung Titah.

"Iya den, sama-sama."

"Hmm dasar cewek kampungan berani-beraninya dia merebut Kamil dariku hmm, lihat saja aku akan membuat kalian berpisah untuk selama-lamanya hehe, lihat saja nanti." kata Siska yang tidak menyadari bahwa bi Inah berada di sana dan mendengar semua perkataannya.

Bi Inah yang mendengar semua perkataan dari Siska dan merekamnya langsung melaporkannya pada papa dan bi Inah juga memberitahu ku.

Ya Allah sejujurnya saya sangat takut kehilangannya, istri saya, lindungilah keluarga kami dan rumah tangga kami dari orang-orang yang berniat tidak baik pada kami.

Dan setiap yang di rencanakan oleh Siska selalu gagal, walaupun gagal dia tetap saja berusaha untuk menghancurkan rumah tangga kami serta memisahkan aku dari istriku tercinta.

Kakak ku, Fitroh membantuku menggagalkan setiap rencana yang dibuat Siska untukku dan istriku.

Keesokan harinya aku dan keluargaku tidak melihat Siska lagi di rumah papa, ternyata Siska sudah mempunyai rencana lain yaitu diam-diam mengikuti ku dan istri kembali ke pesantren darussalam.