Lima belas menit kemudian..
"Alhamdulillah akhirnya lepas juga talinya, sekarang giliran Titah." kata Kamil.
"Terimakasih ya mil sudah melepaskan tali ini." sambung Titah.
"Iya tah, kamu tidak apa-apa kan, ada yang luka atau tidak?" tanya Kamil.
"Tidak ada kok mil, ya sudah yuk sekarang kita keluar dari rumah kosong ini." jawab Titah.
"Ya kita keluar dari rumah kosong ini, kamu tetap di belakang ku ya."
"Iya mil.."
Juragan Samsul akhirnya tiba di pesantren darussalam dan bersiap untuk menandatangani surat perjanjian antara pak kyai Abdullah dan juragan Samsul, serta menyerahkan surat tanah pesantren darussalam salam.
Ketika ingin menandatangani surat perjanjian dan juga memberikan surat tanah pesantren darussalam aku dan Titah berhasil menghentikan perbuatan jahat dari juragan Samsul.
"Sekarang silahkan bapak tanda tangani surat ini dan berikan surat tanah pesantren darussalam kepada saya." juragan Samsul yang meminta pak kyai Abdullah menandatangani surat pembelian tanah pesantren darussalam.
"Baik juragan Samsul." pak kyai Abdullah akan menandatangani surat pembelian tanah pesantren darussalam.
"Tunggu pak dhe, jangan pak dhe tanda tangan surat itu." Titah menghentikan pak kyai Abdullah untuk menanda tangani surat pembelian tanah pesantren darussalam.
"Itu dia, pak polisi bos dari penjahatnya yaitu juragan Samsul." sambung Kamil yang membawa polisi untuk menangkap juragan Samsul.
Juragan Samsul pun di tangkap oleh polisi begitu juga dengan anak buahnya dan pesantren darussalam tidak jadi di jual oleh pak kyai Abdullah.
Satu bulan kemudian aku dan Titah pun menikah di pesantren darussalam, banyak keluarga yang datang di hari pernikahan ku, kecuali kakak laki-laki ku yang sedang mengurus perusahaan ayah di arab tidak bisa datang ke Indonesia.
"Bagaimana apakah anda saudara Kamil sudah siap untuk menikah?" tanya penghulu.
"Siap pak." jawab Kamil.
"Baik kalau begitu langsung saja kita mulai ijab kabulnya."
"Saya nikahkan engkau ananda Hafidz Kamil Syaigha bin Galih Eka Sutresna dengan Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Titah Kesumawardani binti almarhum Sujatno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."
"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu.
"Sah.." jawab para saksi.
"Alhamdulillah, dengan ini saya umumkan kalian resmi menjadi suami istri, silahkan jemput istrimu." penghulu mendoakan Kamil dan Titah setelah sah menjadi suami dan istri.
"Dik Titah sekarang telah menikah dengan Kamil alias si unta arab, lah aku sama siapa?" tanya Frensky dengan berbisik-bisik.
"Kan masih ada mbak Annisa, mas." jawab Rivan.
"Annisa kamu bilang Van.." kata Frensky.
"Inggih mas Frensky, punapa?" tanya Rivan.
"Ih emoh.." jawab Frensky.
Acara pernikahan ku pun mengajak Titah untuk istirahat di kamar dan melaksanakan tugas sebagai suami dan istri atau malam pertama.
Kini aku sudah menjadi suami Titah dan Titah sudah menjadi istriku, aku akan berusaha menjadi suami juga imam yang baik untuknya, serta memberikan nafkah lahir dan batin juga untuk nya.
"Titah, istriku, bidadari surgaku."
"Iya mas Kamil, suamiku, arjuna ku."
"Hari ini adalah malam pertama kita sebagai suami dan istri, apakah?" tanya Kamil.
"Iya mas, saya sudah siap." jawab Titah.
Seminggu kemudian barulah Frensky dan Anissa menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tua mereka.
Seminggu kemudian..
"Bagaimana apakah ananda Frensky sudah siap untuk melaksanakan ijab kabul?" tanya penghulu.
"Siap pak.." jawab Frensky.
"Baik kalau begitu kita mulai saja ijab kabulnya." kata penghulu.
"Saya nikahkan engkau ananda Frensky bin Parjo dengan Annisa binti Aryo Wahab dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Annisa binti Aryo Wahab dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai."
"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu.
"Sah.." jawab para saksi.
"Alhamdulillah, dengan ini saya umumkan kalian resmi menjadi suami istri." penghulu mendoakan Frensky dan Annisa setelah sah menjadi suami dan istri.
Ternyata ayah Frensky sudah membeli rumah yang ada di sekitar pesantren darussalam sebagai hadiah pernikahan Frensky dan Annisa.
Begitu juga dengan aku dan Titah yang mendapatkan hadiah dari ibu mertuaku yang sekarang tinggal bersama dengan suami barunya di London.
"Mas.."
"Maaf ya dik Nisa jangan peluk saya atau sentuh saya."
"Tapi kan mas kita sudah.."
"Iya saya tahu kita sudah menikah tapi.."
"Nanging menapa, nanging manah sampeyan taksih enten mbak Titah nggih ta?" tanya Annisa.
"Nah punika sampeyan tahu." jawab Frensky.
"Apa!!, mas Frensky jahat.."
Aku dan Titah sedang berdiskusi di kamar kami, mengenai peresmian pemegang pesantren darussalam yang baru sebelum aku membawa Titah ke jakarta.
"Mas.." Titah memanggil Kamil.
"Iya.." jawab Kamil singkat.
"Kamu besok peresmian pemegang pesantren darussalam yang baru kan?" tanya Titah.
"Iya.., tapi untuk sementara ini aku serahkan kepada Frensky saja dulu." jawab Kamil.
"Terus peresmianmu kapan mas?"
"Setelah kita pulang dari jakarta."
"Oh gitu, ya sudah yuk mas tidur." ajak Titah.
"Yuk sayang." sambung Kamil.
Dua bulan sudah aku dan Titah menikah, sumpah aku sangat bahagia sekali, sampai akhirnya cobaan pertama hadir yaitu datangnya masa lalu ku atau mantan pacarku, yang membuat Titah istriku cemburu.
"Hmm.., akhirnya aku bisa kembali lagi ke jakarta, Kamil saya kembali untukmu, papa aku kembali." kata Siska.
"Yes my daughter, welcome back at home, you tomorrow there is a plan to go again yes your mama said, where's the plan to go?" tanya pak Dani.
"Yes right father, tomorrow I want to go to the mall and all want to go to his house Kamil." jawab Siska.
"Oh.., I'm not you and have you broken up?" tanya pak Dani.
"It's true that we have broken up, but it's not yet a word breaking up father's father?" tanya Siska juga.
"Yes right what you say Siska, even though you have broken up, but the blessings still have to be established." jawab pak Dani.
"Yes, then I rest first."
"Yes, there's good night, dear."
"Good night too."
Di pesantren darussalam aku dan Titah sedang bersiap-siap untuk berangkat ke jakarta dan sedikit bercakap-cakap di kamar sebelum berpamitan dengan pak kyai Abdullah dan lainnya.
"Mas.." Titah memanggil Kamil.
"Iya sayang." jawab Kamil.
"Kira-kira kamu pergi ke jakarta jam berapa ya?"
"Mungkin jam enam keretanya berangkat jam tujuh, aku kan perginya sama kamu sayang."
"Oh, aku kira pergi sendiri." kata Titah.
"Enggak mungkinlah sayang aku gak ajak kamu ke Jakarta, apa lagi kan pastinya banyak kerabat dekat mama dan ayah yang mau kenal atau ketemu kamu."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Sebentar ya sayang aku lihat ada siapa di luar sana."
"Iya mas.." kata Titah patuh.
Aku membuka pintu kamar, ternyata yang mengetuk pintu kamarku adalah kakak sepupu istriku, pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, eh pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri ada apa?" tanya Kamil.
"Hanya memastikan saja hari ini kamu berangkat jam berapa, karena lusa kita mengadakan acara maulid nabi Muhammad kamu pulang jam berapa ya lusa?" tanya pak ustaz Fitri juga.
"Oh insyaallah sampai jam sepuluh pak ustaz Fitri." jawab Kamil.
"Ya sudah kalau begitu saya dan saudara kembar saya pak ustaz Fitroh ke ruang makan pesantren darussalam duluan ya, assalamu'alaikum." kata pak ustaz Fitri.