Tepat di malam harinya saya bertemu dengan Titah di taman. Titah rupanya sudah ada di taman lebih dulu dariku, dia di temani oleh Paijo dan juga Purnomo.
"Cah ayu." kata Paijo dan Purnomo bersamaan.
"Nggih." jawab Titah singkat.
"Kita ngapain sih di sini, di taman dekat hutan kan seram cah ayu?" tanya Paijo.
"Ya sudah tunggu sebentar saja insyaallah tidak akan terjadi apa-apa." jawab Titah.
"Inggih cah ayu." kata Paijo dan Purnomo bersamaan lagi.
"Itu kan.." kata preman satu yang melihat Titah bersama dengan Paijo dan Purnomo di taman pesantren darussalam dekat hutan.
"Kenapa?" tanya preman dua.
"Keponakannya pak kyai Abdullah." jawab preman satu.
"Keponakannya pak kyai yang punya pesantren itu dan pesantren yang akan di beli oleh juragan Samsul tapi di tolak kan?" tanya preman dua.
"Iya, bagaimana kita culik saja dia dan kita kabari bos kalau keponakan kesayangan dari pak kyai ada di tangan kita, lalu kita minta tebusan sama pak kyai berupa menjual pesantren itu." jawab preman satu.
"Bagus juga itu idenya." kata preman dua yang setuju dengan ide preman satu.
"Yuk bergerak.." ajak preman satu.
"Eeh tunggu." preman dua menghentikan langkah dari preman satu.
"Kenapa?" tanya preman satu.
"Itu.." jawab preman dua yang melihat Kamil datang.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Den mas Kamil." kata Paijo dan Purnomo bersamaan.
"Iya.." jawab Kamil.
"Ada yang mau saya omongin dengan cah ayu kalian boleh?" tanya Kamil.
"Oh ya silahkan." jawab Paijo dan Purnomo bersamaan.
"Kok sendiri, katanya sama mas Rivan, mas Rivan mana?"
"Jalan sama Frensky."
"Oh.." seru Titah.
"Ya sudah ayo kita ke sana, mas pinjam dulu ya"
"Inggih den mas Kamil.." seru Paijo dan Purnomo.
Dan aku mengutarakan perasaan ku padanya dan sekalian juga aku ingin melamarnya.
"Titah.."
"Iya mil."
"Ada yang ingin ku ungkapkan ke kamu, ini soal perasaan ku ke kamu."
"Iya ungkapkan saja."
"سوف تكون زوجتي؟"
"Ha.." Titah kaget mendengar perkataan Kamil saat Kamil melamarnya menggunakan bahasa arab.
"Kenapa, aku salah ya?"
"Enggak kok, coba ulangi." jawab Titah yang meminta Kamil untuk mengatakan cinta pada Titah sekali lagi.
"سوف تتزوجني وسوف تكون زوجتي؟"
tanya Kamil yang mengulangi pertanyaannya lagi.
"نعم أريد أن أكون زوجتك وتريد أن يتزوجك."
Titah menjawab bersedia menjadi istrinya atau menerima Kamil menjadi suaminya.
"حقا تقبلني أن يكون زوجك حقا كنت تريد الزواج مني؟"
"نعم كامل."
"Alhamdulillah.." Kamil mengucapkan syukur karena lamarannya di terima.
"Mil.."
"Iya tah."
"Pulang yuk." ajak Titah.
"Ayo.." sambung Kamil.
Aku dan Titah pulang ke pesantren darussalam dan di tengah-tengah perjalanan pulang ke pesantren darussalam aku dan Titah di hadang oleh dua orang preman.
Aku mencoba melawannya tapi sayang aku gagal melawan mereka karena kedua preman itu mengancam ku jika aku masih melawan mereka Titah akan celaka.
Aku pun menyerah untuk Titah karena aku ingin melindunginya dari bahaya apapun yang mengancamnya.
Aku dan Titah di sekap di suatu tempat, sedangkan Paijo dan Purnomo tidak ikut di sekap untuk melaporkan pada pak kyai Abdullah kalau aku dan Titah di sekap dan kedua preman itu pun berpesan pada Paijo dan Purnomo agar pak kyai Abdullah menjual tanah pesantren darussalam kepada juragan Samsul.
"Kita beraksi sekarang saja yuk." ajak preman satu.
"Yuk.." sambung preman dua.
"Hai kalian.." preman satu dan preman dua menghadang Kamil dan Titah.
"Mil, preman.." kata Titah.
"Kamu tenang saja ya, saya akan melawan mereka berdua." sambung Kamil.
"Iya tapi hati-hati ya."
"Iya, lik, saya titip Titah ya."
"Inggih den mas Kamil." kata Paijo dan Purnomo bersamaan.
"Sini kalian kalau berani lawan gua." Kamil menantang kedua preman yang menghadang mereka saat akan pulang ke pesantren darussalam.
"Oke, lawan dulu nih anak buah saya." preman satu menerima tantangan dari Kamil yang mencoba menghadang mereka saat akan pulang ke pesantren darussalam.
"Ya Allah lik jo preman nya tambah sepuluh menjadi dua belas saya takut Kamil kenapa-kenapa." Titah mencemaskan Kamil saat melawan kedua preman.
"Cah ayu berdoa wae supaya den mas Kamil baik-baik wae." sambung Purnomo.
Lima belas menit kemudian..
"Hentikan.., lihat siapa yang saya bawa sekarang?" tanya preman satu mencoba menghentikan Kamil dengan cara menyandra Titah.
"Titah, kalian." jawab Kamil dan Kamil pun ingin melawan kembali dan berhasil di hentikan oleh preman satu.
"Hentikan.., atau perempuan ini akan celaka." preman dua mengancam Kamil.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Kamil.
"Menyerah lah kamu." jawab preman dua.
"Baik saya akan menyerah tapi jangan kalian apa-apakan dia." sambung Kamil.
"Baiklah.." kata preman satu lagi.
"Dan sekarang kamu dan dia ikut saya ke dalam mobil." sambung preman dua.
"Baik.." kata Kamil dan Titah patuh.
"Kalian berdua pulang saja dan beritahu pak kyai Abdullah kalau ingin mereka berdua selamat tolong jual tanah pesantren darussalam kepada juragan Samsul." kata preman dua lagi.
Sementara itu di pesantren darussalam pak kyai Abdullah sangat mengkhawatirkan Titah yang tidak ada di pesantren darussalam.
"Haduh Titah kemana lagi jam segini belum balik ke pesantren." kata pak ustaz Fitri dengan cemas.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Gawat, gawat mas Fitroh, mas Fitri." kata Paijo yang panik.
"Gawat, gawat kenapa?" tanya pak ustaz Fitri.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Bagaimana Titah, oh kalian berdua sudah sampai di rumah berarti Titah sudah ada di kamarnya." kata pak kyai Abdullah.
"Belum pak kyai." sambung Purnomo.
"Haa kok belum sih mas?" tanya pak ustaz Fitroh.
"Jadi seperti ini ceritanya pak kyai.." Purnomo menceritakan semuanya pada pak kyai Abdullah dan ke dua anaknya.
Keesokan harinya aku dan Titah berhasil melarikan diri dan berhasil juga mencegah pak kyai Abdullah menjual tanah pesantren darussalam.
Keesokan harinya..
"Haha.., saya tahu pak kyai Abdullah itu sayang sekali sama kamu, jadi apapun akan pak kyai Abdullah lakukan untuk menyelamatkan kamu juga temanmu ini, ya contohnya menjual tanah pesantren darussalam itu padaku." kata juragan Samsul.
"Bos sudah siap mobilnya." sambung anak buah juragan Samsul yang akan pergi ke pesantren darussalam.
"Oke, yang lainnya jaga di sini dan jangan sampai mereka kabur." pinta juragan Samsul.
"Siap juragan Samsul." anak buah juragan Samsul melaksanakan perintah dari juragan Samsul.
"Ya sudah ayo kita berangkat."
Sementara itu di pesantren darussalam telah menunggu kedatangan juragan Samsul.
"Haduh abi bagaimana ini pasti sebentar lagi juragan Samsul akan ke sini." kata pak ustaz Fitroh dengan cemas.
"Sebenarnya abi juga tidak mau menjual tanah pesantren darussalam ini kepada juragan Samsul, tapi apa boleh buat, ini semua abi lakukan agar Titah dan juga Kamil selamat." sambung pak kyai Abdullah.
Aku tidak bisa tinggal diam begitu saja lalu aku mencoba melepaskan tali yang mengikat ku untuk kabur bersama dengan Titah.
" Haduh gawat kalau tanah itu berhasil di jual oleh pak kyai Abdullah ke juragan Samsul kasihan para santri dan Titah juga yang tinggal di pesantren darussalam itu, itu ada paku aku coba saja melepaskan diri baru setelah itu ku bebaskan ikatan Titah, bismillah. " kata Kamil dalam hati.