Sungguh hari ini adalah hari pertama dimana aku bertemu dengan dia dan bisa jalan bareng dia lagi, Titah, aku gak nyangka akhirnya kita di pertemukan dan di jodohkan oleh kedua orang tua kita.
Keesokan harinya..
"Loh Kamil kok belum di isi soalnya?" tanya pak ustaz Fitroh.
"Pak ustaz, gua kaga ngerti bahasa arab jadi ya kaga gua isi soalnya." jawab Kamil.
"Kamu itu ya.., ya sudah kamu banyak-banyak belajar saja ya, Rivan.." pinta pak ustaz Fitroh.
"Iya pak ustaz Fitroh." jawab Rivan.
"Kamu antar dia ke seseorang yang paham pelajaran bahasa arab." pinta pak ustaz Fitroh lagi.
"Baik pak ustaz." kata Rivan patuh.
"Ya sudah untuk kamu, Kamil, saya nyatakan lulus." kata pak ustaz Fitroh.
"Yayaya.." seru Kamil.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Aku diantar Rivan menemui seseorang yang pak ustaz Fitroh maksud, sebelum aku menemuinya aku bertanya terlebih dahulu pada Rivan siapa orangnya.
"Yuk mil.." ajak Rivan.
"Kemana?" tanya Kamil.
"Ke calon guru privat bahasa arab mu." jawab Rivan.
"Emang siapa?"
"Titah.."
"Titah, jadi dia guru privat bahasa arab gua, van." kata Kamil yang terlihat senang saat mengetahui kalau Titah lah guru privat bahasa Arab nya.
"Iya.." seru Rivan.
"Serius elu, wah elu pasti bercanda kan?"
"Kaga, gua kaga bercanda."
Aku dan Rivan pergi dari ke kelas untuk mencari Titah, kata Rivan biasanya setelah belajar di pesantren Titah berada di dapur. Setelah aku dan Rivan sampai di dapur Titah tidak ada di sana, ternyata dia berada di ruang batik.
"Kok pawon van, ngapain kita ke dapur?" tanya Kamil.
"Biasa Titah kalau jam segini di sini nyiapin makan siang." jawab Rivan.
"Van.."
"Iya, mpok Leha.."
"Eh iya, iya, iya.., ed dah.., elu mah ya kebiasaan." kata mpok Leha yang latah.
"Assalamu'alaikum mpok Leha."
"Wa'alaikumussalam van."
"Ade ape van, tumben ke dapur?" tanya mpok Leha.
"Kula mencari Titah, mpok.." jawab Rivan.
"Oh cari neng Titah ya, neng Titah kaga ade di mari, neng Titah pergi ke ruang batik tadi habis dari mari." jawab mpok Leha.
"Oh begitu ya mpok, ya sudah saya pamit mau ke ruang batik saja langsung." kata Rivan.
"Ya van.." sambung mpok Leha.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Sesampainya di ruang batik Rivan langsung menceritakan semuanya pada Titah. Titah pun setuju mengajarkan aku pelajaran bahasa Arab.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Eh Rivan, loh kok.." kata Anissa yang mencari Frensky.
"Loh kok, kowe golek sapa Nis?" tanya Rivan.
"Mboten van." jawab Anissa.
"Mbak Titah endi, ana ra neng jero ruang bathik?" tanya Rivan lagi.
"Ana van." jawab Anissa.
"Oh oke, thanks." kata Kamil.
"Nisa endi ta kok suwe ya ambil kainnya?" tanya Aisyah.
"Sabar mbak, bokmenawa sedhela iseh." jawab Dina.
"He'e.. Bener kuwi mbak, sing sabar kan mau nissa anyar metu saka ruang bathik." jawab Titah juga.
"Iya, iya.." seru Aisyah.
"Eh Rivan ta sing mau memberikan salam, apura ya ra delok kowe neng kana, oh ya ada apa van, tumben marang ruang bathik, kowe arep melu membatik uga?" tanya Dina.
"Suwun apunten mbak sakdurunge, kawula mboten bermaksud kagem menganggu tapi menika loh kawula teng utus mas Fitroh kagem mengantarkan murid enggal nya Titah." jawab Rivan.
"Murid enggal kawula maksudnya mas?" tanya Titah.
"Dados kados menika loh Titah, kawula teng utus mas Fitroh mengantarkan Kamil kagem gegulang basa arab."
"Oh mekaten.." seru Titah, Dina dan Aisyah.
"Inggih.." seru Rivan juga.
"Kira-kira mulai kapan ya saya akan belajar bahasa arab sama kamu?" tanya Kamil.
"Nanti sore juga sudah bisa di mulai kok mil, saya tunggu di rumah pak kyai Abdullah ya." jawab Titah.
"Oke.." seru Kamil.
Aku dan Rivan pamit pergi dari ruang batik, di luar ruang batik Kamil dan Rivan memutuskan untuk berpisah dan juga mengerjakan urusan mereka masing-masing. Kamil pergi ke asrama santri putra, sedangkan Rivan pergi mencari Frensky setelah urusannya dengan Kamil selesai.
Di sore harinya, setelah shalat ashar aku pergi menuju ke rumah pak Kyai Abdullah untuk belajar bahasa arab bersama dengan Titah.
Satu bulan kemudian..
Aku dan Titah bertemu kembali di ruang batik dan Titah mengetes aku berbicara bahasa arab.
"Sekarang kamu sudah lancar bahasa arab alhamdulillah." kata Titah.
"Iya alhamdulillah ya, terimakasih ya Titah kesumawardani." sambung Kamil.
"Kok kamu tahu nama lengkap saya dari siapa?" tanya Titah.
"Tahu dong, ada deh.. Aku tahu nama lengkap kamu dari siapa hehe.." jawab Kamil.
"Ha.. Kok jadi aku, kamu." kata Titah lagi yang kaget mendengar Kamil berbicara dengan halus.
"Kenapa?" tanya Kamil.
"Tidak apa-apa hanya saya heran saja seorang preman yang baru sebulan masuk ke pesantren darussalam ini sudah bisa ngomong aku, kamu, biasanya elu, gua." jawab Titah dengan heran.
"Ya kan sesuai apa yang kamu bilang kemarin."
"Memang nya kemarin aku bilang apa?" tanya Titah lagi.
"أنت تقول لا تخف من التغيير للأفضل لأن الله الخالق يقبل وضعنا سواء كان صالحًا أو سيئًا ، صحيح أم لا؟"
"نعم صحيح"
"Em nanti malam habis sholat isya kamu sibuk gak?" tanya Kamil lagi.
"Enggak, kenapa?" tanya Titah juga.
"أريد أن آخذك إلى مكان جميل ججداً"
"حسنًا ، لكنني لست وحدي برفقة نادل هاه؟"
"حسنا، إنها ليست مشكلة، سأدعو أيضا ريفان"
"Oke.." seru Titah.
"Sampai jumpa nanti malam ya." kata Kamil.
"Iya.."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Dan di saat aku akan kembali ke asrama putra, aku melihat Titah yang sedang belajar di kelas, dia terlihat begitu sangat cantik sekali. Aku semakin di buat jatuh cinta padanya, sungguh wanita yang sempurna.
" Endah na bidadari kuring. " kata Kamil dalam hati yang memperhatikan Titah yang sedang belajar di dalam kelas nya.
" Si unta arab ngapain neng kelas dik Titah? " tanya Frensky dalam hati yang memperhatikan Kamil di depan kelas Titah.
"Mas.." Rivan menegur Frensky yang dari tadi memperhatikan Frensky melihat ke arah Kamil di depan kelas Titah.
"Nggih.." jawab Frensky singkat.
"Ngapain?" tanya Rivan.
"Punika sampeyan perhatikan deh pun unta arab" jawab Frensky.
"Kamil ngapain mas punapa mesam mesem sugih mekaten?"
"Mboten ngertos, ampun-ampun piyambakipun nggadhahi pamanggih jorok meneh dhateng dik Titah"
" Janten teu sabar palay nyatakan tresna ka Titah di taman, kuring bayang pan tiheula ah.. " kata Kamil di dalam hati lagi.
Di dalam khayalan Kamil..
"Kamu sangat populer di kepalaku.
Bahkan saat aku tidur
Kepalaku tetap disibukkan olehmu.
karena kamu selalu singgah dalam mimpiku.
Gawat! Kamu itu seperti sel aktif di otakku
tak pernah berhenti!" Kamil membacakan puisi cinta untuk Titah di dalam khayalan nya.
"Maksudnya apa?" tanya Titah.
"هل تريد الزواج مني؟"
"نعم أريد أن أتزوجك"
Di dunia nyata..
"Tuh kan senyam senyum.." kata Frensky mencurigai Kamil.
"Ya sudah yuk mas samperin." ajak Rivan.
"Yuk.." sambung Frensky.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Eh pak ustaz Fitroh.." seru Rivan.
"Hmm, kalian kok di sini, gak masuk ke kelas?" tanya pak ustaz Fitroh.
"Iya pak ustaz, nanti dulu itu loh pak." kata Frensky lagi yang menunjuk ke arah Kamil.
"Itu apa?"
"Itu si Kamil, pak kok senyam senyum di depan kelasnya dik Titah, pasti sedang berkhayal mesum."
"Astaghfirullahalazim janganlah kamu berburuk sangka pada temanmu tidak baik Frensky." kata pak ustaz Fitroh menasihati Frensky.
"Tahu.." sorak Rivan.
"Oh iya, astaghfirullahalazim ya gusti Allah ampunilah aku."
"Ya sudah masuk yuk cepat." pinta Fitroh.
"Iya pak ustaz." kata Rivan dan Frensky bersamaan.