Yan Yiren berjalan dengan tegap melewati keramaian kantor hari ini. Meski ada beberapa mata yang memandangnya, namun masih banyak orang yang fokus pada pekerjaannya masing-masing. Saat sudah sampai di depan pintu, Yan Yiren mengetuknya terlebih dahulu. "Tok tok tok!"
Tanpa menunggu jawaban presdir untuk masuk, ternyata presdir itu membukakan sendiri pintu ruangan itu.
Yan Yiren tertegun sejenak, "Presdir, Anda mencari saya?"
Presdir Chen tersenyum penuh makna, "Yiren, kau sangat rendah hati."
Yan Yiren masih tidak paham dengan sesuatu yang dimaksud presdirnya. Presdir Chen pun meninggalkan tempat tanpa lupa menyuruh Yan Yiren masuk.
Yan Yiren ragu sejenak sambil membuka pintu untuk masuk. Dilihatnya seorang lelaki berkaki panjang duduk di sofa dengan elegan dan tampak sedang serius. Sosok itu membuatnya tertegun, kemudian ia memilih untuk memperlihatkan senyum ramahnya.
Seketika lelaki itu berdiri. Nama lelaki itu adalah Ji Hanjiang. Jas mahal buatan tangan itu membuatnya tampak rapi dan bergaya cukup keren, menambah kesan ceria pada dirinya.
Ia tersenyum dan membuka lengannya untuk Yan Yiren, "Masih tak mau kemari?"
Yan Yiren telah menahan keluhnya sejak seharian. Sekarang ia ingin mengeluarkannya dengan lari dan masuk ke pelukan Ji Hanjiang.
Ji Hanjiang memeluk erat Yan Yiren, lalu menundukkan kepala sampai ke leher Yan Yiren, "Siang tadi kau ke rumah keluarga Yan, kan? Kau pasti dianiaya oleh mereka, kan!"
Sebenarnya Yan Yiren tidak ingin membuat dirinya merasa jengkel, namun kenyataan membuatnya tidak bisa menyembunyikannya. Ia menutup mata dan menjawab dengan anggukan samar.
Ya, Yan Yiren tidak bisa menyembunyikan apapun dari kekasihnya itu.
Ji Hanjiang tahu kelebihan dan kelemahan Yan Yiren, ia memahami ketidakberdayaannya dan sangat memahami ketidak beruntungannya.
Oleh sebab itu, hati dan jiwa Ji Hanjiang bisa diandalkan oleh Yan Yiren sebagai tempat bersandar.
"Kira-kira kapan kau ajak aku menjenguk Nenek?" Tanya Ji Hanjiang sambil mengecup ringan wajah Yan Yiren.
Yan Yiren selalu tidak setuju membawa Ji Hanjiang menemui keluarganya, padahal Ji Hanjiang ingin membuatnya terbebas dari perlakuan kasar keluarganya. Setidaknya ia bertindak tanpa alasan yang masih dapat dibenarkan.
Yan Yiren sedikit sensitif. Ia pun memikirkan neneknya yang sakit, "Kata dokter, Nenek sekarang butuh istirahat sampai sembuh. Nanti kalau kondisi Nenek sudah membaik, aku akan mengajakmu mengunjunginya, oke?"
Ia mengangkat kepalanya dari pelukan, memandang Ji Hanjiang dengan penuh hati-hati.
Hal ini sempat membuatnya merasa takut, takut jika Ji Hanjiang marah.
Ji Hanjiang menghela napas dan mengusap-usap kepala Yan Yiren, "Tak apa, aku bisa memahaminya. Lakukan saja sesuai dengan yang kau katakan."
Setelah mereka melepas pelukan, Yan Yiren bertanya, "Kenapa kau datang ke kantor kami?"
"Perusahaan Ji ada iklan untuk kerjasama. Aku juga ingin mengunjungimu, jadi aku datang sendiri kemari." Jawab Ji Hanjiang sambil mencubit dagu Yan Yiren yang halus, "Kenapa? Kau tidak senang?"
"Tentu saja... senang."
"Gadis bodoh." Ji Hanjiang membungkuk untuk mencubit pipi lembut Yan Yiren "Perusahaan Ji menunjukmu untuk mengurus iklan ini."
Yan Yiren seketika paham, "Tuan Ji, bukankah ini namanya kau memanfaatkan kepentingan perusahaan untuk urusan pribadi?"
Ya, Ji Hanjiang memanfaatkan proyek ini untuk memamerkan hubungannya dengan Yan Yiren!
"Ya, kau boleh menganggapnya seperti itu." Tambah Yan Yiren.
Rapat pun dimulai setelah pertemuan kedua orang itu. Rapat ini pun berlangsung sampai jam tiga sore. Semua orang di ruang rapat pun meninggalkan tempat. Ji Hanjiang tampak menggandeng tangan Yan Yiren sambil meninggalkan ruangan.
"Yiren, nanti malam kita makan bersama. Aku akan menjemputmu."
"Oke." Yan Yiren tersenyum, kemudian ia berjinjit untuk memberikan wajah tampan Ji Hanjiang sebuah kecupan.
Kemudian ia melangkah dengan cepat.
Melihat Yan Yiren pergi, Ji Hanjiang hanya menggelengkan kepala dan tertawa.
Yan Yiren tidak mengantar Ji Hanjiang keluar kantor karena tidak ingin hubungan cinta ini diketahui para rekan kerjanya. Maka, ia langsung kembali ke meja kantornya.
Belum lama ia duduk, Presdir Chen mengajak sekretarisnya membeli sepaket gelas teh untuk para karyawan sebagai hadiah atas kerja kerasnya.
Para karyawan berterimakasih. Mereka sedikit merendah lalu menyanjung Presdir Chen, dan mulai menikmati minuman teh itu.
Sedangkan Yan Yiren duduk di kursinya sambil menikmati secangkir kopi. Ia tidak ikut karyawan lain yang sedang mencuri perhatian kepada Presdir Chen.
Presdir Chen menghampiri Yan Yiren. Ia menepuk pundak wanita itu dan tersenyum gembira sambil berkata, "Perusahaan kita bisa mendapat kerjasama iklan dengan perusahaan Ji. Terimakasih atas konstribusimu, Yan Yiren. Mari kita semua tepuk tangan kepadanya!"