Pagi ini langit ibu kota begitu mendung, beberapa kali terdengar Guntur yang bergemuruh dan kilat menghiasi langit yang semakin kelabu. Belum terjadi hujan . gadis yang begitu manis itu mencoba keluar dari kerumunan orang yang berdesakan di dalam sebuah kereta api . genap sudah sepuluh menit ia berusaha, dengan tidak sabar ia menjinjing tas tangannya. Sedang tangan kirinya sibuk memasukan sebuah novel roman yang ia bawa. Didalam kereta tadi ia tidak sempat membaca banyak halaman hanya dua puluh lima dari 436 halaman yang ada. Denga sibuknya ia mengobrak abrik isi tas kulit kuningnya, ia mencari Train cart pass nya yang ia butuhkan untuk keluar dari stasiun. Dengan sedikit kapayahan akhirnya gadis itu menemukan train pass miliknya yang ternyata berada siantara bedak baby dan lipgloss miliknya. Gadis itu berusaha melangkah lebih cepat dan keluar begitu saja dari stasiun tanpa menyadari ia telah melakukan sebuah kesalahan.
Tepat saat gadis itu menuruni tangga di depan stasiun yang tidak beratap , hujan deras tiba-tiba turun mengguyurnya. Namun dia harus cepat tiba di kantor atau dia akan terlambat. Akhirnya gadis itu berlari kecil di bawah guyuran hujan, sedikit kesulitan akibat heels merah mengkilat yang dikenakannya. Ia juga takut air yang sudah menggenang di jalan mengenai kaki dan rok mini hitannya. Ingatlah, yang berlariu saat hujan buakan hanya dirinya.
Tak hilang akal, gadis itu berlari-lari di sepanjang emperan toko agar sedikit terhindar dari air hujan, walaupun blouse merah muda berlengan panjang miliknya tidak begitu terselamatkan dari guyuran hujan.
Gadis itu berhenti sebentar saat mengetahui fakta bahwa ponselnya bergetar, tanda ada sambungan telpon masuk. Bergerak cepat gadis bersurai mahogany itu mengambil ponsel flip warna hijau miliknya dari dalam tas kulit.
"yes mam.. aku sedang dalam perjalanan kesana," ucapnya mendahului penelponnya.
"cepatlah atau dia akan mengamuk" jawaban dari sebrang.
"oke," jawabnya singkat setelahnya gadis itu memutus sambungan dan kembali memasukan handpone flip nya kedalam tas.
Gadis itu berlari lagi, tapi kemalangan kembali menimpa dirinya. Saat ia berlari, kaki kirinya sedikit tidak seimbang sehingga dirinya terjatuh yang menyebabkan heels sepatunya patah. Gadis itu mendesis menahan emosi. Mini skirt yang ia lindungi, blouse merah muda yang ia cintai dan tas kulit yang baru dibelikan kakaknya semua kotor. Damn!!!!
^^^^
Gadis itu berhasil memasuki lobby perusahaan saat jam menunjukan pukul. 09.15 dan ia sudah sangat puas berlari mengejar waktu. Terlihat sudah begitu lenggang suasana di beberapa tempat karena para karyawan sudah memulai pekerjaan hari ini. Gadis itu salah satu karyawan yang bekerja sebagai asisten sekertaris direktur.
Gadis itu segera berlari menuju lift yang terbuka dan menekan angka 13, lantai dimana dirinya bekerja. Sedikit berjinjit saat gadis itu berjalan keruangannya. Sudah dipastikan ia akan terkena omelan dari sang direktur yang super perfect, akibat keterlambatannya ini. Gadis itu masuk begitu saja kedalam ruangan tanpa di persilahkan kemudian ia membuka suara, "selamat pagi, sir" ucapnya cukup keras.
Beberapa pasang mata milik orang yang ada didalam ruangan tersebut langsung tertuju kepadanya. Gadis itu menyunggingkan senyum manis, blouse merah mudanya terbuka dua kancing secara tidak sengaja dan menampakan buntalan yang tertup oleh bra rendanya, kakinya ia posisikan menyilang agar menutupi heels nya yang patah. Rambut mahogany nya sedikit basah akibat air hujan, bedak yang ia kenakan masih bertahan dan liglos pink yang ia pakai tidak memudar. Bebrapa air mengalir dari lehernya dan menghilang di antara bra renda miliknya. Hal itu membuat si gadis terlihat …'Sexy' pikir Septy, teman gadis itu yang menelpon di tengah jalan tadi.
"pembicaraan kita hentikan terlebih dahulu, silahkan keluar" ujar sang diirektu dengan nada mengintimidasi.
Gadis itu berjalan kearah direktunya. Tepat saat gadis itu berada di hadapan direkturnya , ia sedikit menunduk, menujukan wajah menyesal.
"maaf atas keterlambatanku, sir" ujarnya sungkan.
"beri tau pada ku alasan keterlambatanmu" Tanyanya dengan nada angkuh.
"karena diluar hujan, tadi ak…"
"bagus! Alasanmu karena hujan? Kau pikir hanya kau saja yang kehujanan, huh? Lagi pula jika kau tidak terlalu idiot, seharunya kau bisa mampir ke swalayan dan membeli payung bukan malah memilih berlari di emperan toko seperti seekor kera," ujarnya dengan nada jengkel di tempat duduknya.
Gadis itu menatap polos kearah direkturnya lalu bertanya, "apa tadi anda ada dibelakang ku? Apa tadi anda membeli payung terlebih dahulu?"
"emm" gumamnya sebagai jawaban.
"oh astaga.. kenapa anda tidak menawariku agar sepayung denganmu?" tanyanya dengan nada ragu.
"kenapa aku aku harus menawarimu? Memangnya kau siapa" tanyanya sengit.
Gadis itu memajukan bibirnya, menghembuskan napas kasar sedikit kecewa, "sir, apa anada amnesia? Aku kan bawahanmu."
Selang beberapa detik lagi sebelum sang direktur mebuka suara, Septy menariknya ke arah pintu dan membawanya keluar dari ruangan. Menyuruhnya menunggu diluar, setelahnya gadis bernama Septy itu kembali menghadap direktur mereka.
"kenapa kau membawanya keluar, Miss. Smith" Tanya pria berambut hitam legam berkilau itu.
Gadis itu hanya meringis menanggapi pertanyaan itu ia berjalan mendekat ke tempat duduk sang direktur, "tidak akan terlalu sopan jika aku mengataknnya terlalu keras," ucapnya dengan nada menyindir penuh kemenangan.
^^^^^^
Gadis berambut ikal yang sudah berada diluar ruang kerjanya itu sedang berdiri bersandar di dinding yang menghadap langsung ke sebuah jendela. Tadi dia sudah di beritahu oleh Septy untuk menunggu di luar dan membiarka sahabatnya itulah yang akan menghadapi si direktur tampan, Abraham Bronson. Gadis itu berkedip beberapa kali menyadari bahwa hujan sudah reda. Gadis itu mendekat kesebuah kaca, masih dengan heels patahnya. Ia menarik slot dan membuka jendelanya. Angin yang tidak terlalu kencang menerpa wajah dan tubuhnya.
Entah mendapatkan ide dari mana dengan semangatnya gadis itu menaikan rok bagian depannya , dengan harapan roknya akan lebih mudah mengering. Sedangkan pada saat itu juga sang direktur tampan keluar dari ruangan. Ia memperhatikan gadis itu terlebih dahulu. Begitu mengenaskan, menurut pengamatannya yang ia mulai dari bagian tubuh bawah gadis itu hingga ke atas, heels patah, betis putih yang terciprat air kotor, rok yang basah dan kotor. Parahnya gadis itu membuka rok bagian depannya, lalu blouse yang transparan karena air hujan hingga memperlihatkan bra putih berenda yang berhias strawberry merah, tidak salah jika Septy mengusirnya keluar terlebih dahulu.
"celana dalamu tidak sexy, Miss. Hill" ucapnya seraya mendekat.
Gadis yang dipanggil Mis. Hill itu tersentak dan dengan terburu mengenakan roknya seperti semula lalu berbalik menghadap ke arah direkturnya berada. Gadis itu menatapnya sebentar, mempertemukan ambernya dengan hazel direkturnya untuk sepersekian detik, lalu merapihkan mini skirtnya.
"aku hanya ing…"
"ingin apa Miss. Hill? Mengeringkan rokmu tapi memperlihatkan celana dalammu yang bahkan anak bayi pun tak ingin memakainya" ujarnya dengan nada dan wajah yang datar.
Gadis itu hanya tersenyum kecut menanggapi komentar direkturnya itu, karena perkataan sang direktur mungkin ada benarnya.
Hening, tidak ada suara lagi, yang ada hanyalah suara hembusan angin yang masuk lewat jendela kaca yang di buka oleh Miss Hill. Setelah hening cukup lama berikutnya sang direktur menghela napas panjang.
"maaf," lirih Miss. Hill, "lain kali aku akan…"
"Shila," panggil suara dari arah pintu. Septy sudah berjalan dari arah pintu ruangan menuju ketempat mereka. Ia menjinjing sebuah shoping bag berwarna putih. Kedua orang berlawanan jenis itu menatap kerah si gadis Smith. Ia menyerahkan shoping bag pada Shila dan gadis itu menerimanya.
"didalamnya ada Blazer kau bisa mengganti blouse mu dengan itu, kau tau Shila. Pakaianmu begitu menggoda" ucap Septy, ia mengerling pada Shila.
"kau..?! kenapa tidak bilang dari tadi?" Tanya Shila, kemudian hal pertama yang ia lakukan adalah menyilangkan tangannya di depan dada.
Sedang sang direktur sudah beranjak, berjalan dari tempatnya dengan segera Septy membuka suara, "huh, anda sudah ingin kembali, sir?"
"aku tidak ingin menghabiskan waktuku hanya untuk chit chat tidak penting, segeralah bekerja," ucapnya tanpa ekspresi lalu berbalik, berjalan dan menghilang di balik pintu.
"bukankah dia terlihat eccentric?" Tanya Septy.
Gadis itu hanya bisa mengangguk anggukan kepala mengonsentrasikan pikirannya pada shopping bag, "Mungkin."
"cepat ganti bajumu," ucap Septy, ia menyunggingkan senyum.
"oke, terimakasih atas pinjaman Blazernya" ucap gadis itu lalu segera berlari ke kamar mandi.
"gadis itu dia melupakan yang satu itu," ujarnya seraya berjalan kearah jendela yang masih terbuka.
^^^^^
eberapa jam sudah berlalu sejak acara keterlambatan Shila. Sekarang ia memakai Blazer nevy yang di pinjami Septy yang tentu saja agak kebesaran dibadannya, sedangkan blouse nya iya serahkan pada Septy dan gadis itu berjanji jika blouse itu sudah bersih akan segera ia berikan. Sedang untuk heels merah nya ia mencoba untuk mengelemnya kembali, heels itu ia letakan di meja tanaman di lorong depan ruangannya.
Di dalam ruang di lantai 13 itu hanya di tempati oleh Shila, Septy dan juga Direkturnya yang berada di dalam ruangan kaca yang kedap suara. Ruangan itu cukup besar ada rak rak dan almari penyimpanan berkas, sofa untuk menyambut tamu yang datang. Gadis sedang berkutat dengan computer dimejanya, dari meja direktur meja gadis itu sangat terlihat. Beberapa kali gadis itu di perhatikan oleh sang Direktur bahkan hal itu di sadari oleh Septy yang sejak tadi duduk di samping Shila.
Shila, sepertinya feelingku memang benar-benar tepat, Direktur kita menyukaimu," ucap Septy berbisik namun matanya sambil melirik sang Direktur.
"jangan terlalu banyak bermimpi, sayang" ucapnya sambil terus berkutat dengan computer dihadapannya.
"jangan salahkan aku jika kamu tidak mendengarkan ucapanku, tapi jika kau percaya padaku kau harus nya menyerangnya duluan," ucap Septy dengan penuh antusiasme.
"aku rasa dia terlalu galak padaku, walau pada yang lain juga, tapi lebih parah denganku" ujar Shila, sekarang ia duduk menatap Septy yang ada di sampingnya.
"kau istimewa makanya dia memperlakukanmu berbeda" ujar Septy dengan wajah menggoda.
"berhentilah sekarang dan lanjutkan pekerjaan kalian," ujar Abra yang sudah berada didepan meja mereka tanpa disadari.
epty segera kembali ke pekerjaan nya tanpa menunggu amukan dari direkturnya itu, sedangkan Shila memalingkan wajahnya. Abra tidak berhenti disitu, ia mengikuti arah wajah Shila. Sekarang ia berdiri di belakang kursi Shila dan wajahnya sudah berada tepat disamping wajah sila. Hambpir saja hidung gadis itu mengena pipi Abra.
"Miss. Hill sebaiknya kau mencari sesuatu untuk mengaitkan Blazermu, dari tempatku aku bisa melihat bra setrawberry rendamu," ucapnya berbisik di telinga Shila. Napasnya masuk telak kedalam telinga gadis itu mengalirkan getaran aneh dan geli.
Belum cuku disitu, Direktur tampan itu memegang juntaian ranbut yang ada di pipi kanan Shila. Ia meletakan nya di belakang telinga gadis itu "aku suka rambut barumu" ucapnya lagi. Barulah ia benar-benar pergi. Sedang gadis itu menunduk dalam dan hal selanjutnya yang gadis itu lakukan adalah mengekori banyangan Abra, ya benar sekali gadis itu menyukai Direkturnya.
Pria itu dikarunia wajah tampan khas pria Amerika yang sepertinya sudah dikutu semakin tua semakin terlihat tampan . tambut sehitam malam, bibir tebal menggoda, hidung mancung dan mata hazel yang indah serta senyum manis, membuat Abra mempu membuat dirinya lemas hanya dengan tatapannya, belum lagi badan sexy dan dada bidangnya. Gadis itu mengaguminya dan membuatnya nalangsa…
Sepersekian detik setelah iner selfnya berbicara dan ia membayangkan yang tidak seharusnya, gadis itu terlihat menggigit bibirnya dan kegiatan itu tak luput dari pengelihatan sang Direktu bermata hazel itu.