Abra hanya tersenyum mengangguk, sebagi jawban untuk mulai bergerak. Sekali lagi gadis itu bergerak dengan lambat. Gadis itu terlihat menikmati waktunya, Abra hanya memegangi pinggul Shila saat ia hampir mendapatkan pelepasannya. Gadis itu meremas dadanya sendiri dan itu membuat Abra kehilangan kendali.
Shila masih mengerang dan mendesah lirih setelah mendapatkan orgasmenya, ia ambruk di dada bidang Abra.
"Abra, aku tidak tau cara untuk membuatmu mencapai puncak bersama" wajahnya memerah
"Kau ingin aku untuk itu?" Tanya Abra dengan senyum miring.
Shila hanya mengangguk.
"Lilitkan kakimu di pinggangku, kita menuju kamar mandi, sayang" bisik Abra sambil mengecup kening Shila pelan.
'dan kepastian malam ini kau akan mengandung anak ku, manis'.
^^^^^
Ketika pagi hari datang, posisi tidur mereka sangat dekat. Bahkan Shila telah merebahkan kepalanya diatas dada bidang Abra. Nafas hangat lelaki itu mengenai puncak kepala Shila. Gadis itu tersenyum, wajahnya sedikit memerah.
Matahari telah masuk melewati celah tirai gorden, menandakan jika gadis itu harus bangun dan membuat sarapan untuk diri nya dan Abra. Dengan perlahan ia beranjak dari dekapan hangat Abra.
"Aahk" pekiknya pelan, saat gadis itu merasakan nyeri di bagian vaginanya.
Ia membekap mulutnya berharap Abra tidak mendengar suaranya. Namun saat Shila mencoba berjalan lagi, dengan tiba-tiba tubuhnya terangkat diatas kedua lengan kokoh Abra.
"Kau bisa meminta bantuanku sayang" ujar Abra ringan.
Shila hanya bisa menunduk menyembunyikan wajah memerahnya. Ia merasa malu melihat keadaan mereka yang sama sekali tidak mengenakan pakaian barang sehelai.
"Apa kau malu, Shila?" Tanyanya saat meletakan gadis itu di atas wastafel di depan sebuah kaca, "tapi semalam kau sangat menikmati, ini" ujar Abra tanpa malu menunjuk junior nya yang sudah menegang.
Melihat Abra yang mulai menyiapkan air hangat untuknya membuat Shila Tidak enak hati, ia merasa harusnya dia lah yang menyiapkannya untuk Abra.
"Sir, maafkan aku sudah membuatmu menyiapkan air untukku," ujarnya menyesal.
"Sir? Air untukmu? Semalam kau memanggilku bukan seperti itu sayang dan air ini bukan untukmu" ujar Abra santai.
Shila menunduk malu juga kecewa, jika air itu bukan untuknya untuk apa dia ada di dalam kamar mandi ini, dan untuk panggilan jelas ia malu kalau harus memanggil dengan nama seperti semalam saat mereka bercinta.
Abra yang sudah berada di hadapanya tersenyum, ia tau gadis nya sedang merasa kecewe.
"Air ini bukan untukmu, tapi untuk kita karena aku juga ingin berendam untuk melemaskan, dia" ujarnya sambil mengangkat tubuh Shila.
Shila yang terkejut dengan cepat melingkarkan kakinya di pinggang Abra. Saat tiba di Abra menurunkan Shila dan menyusul masuk kedalam bathtub.
"Ayo kemari Shila," perintah Abra.
Shila akhirnya memilih duduk membelakangi Abra.
"Kau merasakan nya? Kenapa dia tidak mau tidur?" Tanya Abra yang memeluk Shila dari belakang.
Shila tau jelas apa yang ditanyakan oleh Abra. Ada benda keras yang menyentuk bokongnya, dan ia tau jelas kearah mana pertanyaan ini akan berlanjut.
"Apa yang harus aku lakukan, Abra?" Tanya Shila malu.
"Kau tau apa yang harus kau lakukan, sayang" bisik Abra parau.
Shila dengan ragu menjauh dan membalik tubuhnya menghadap kearah Abra yang terlihat tersenyum.
Dengan berpegangan tepian bathtub ia merangkak ke arah pangkuan Abra. Berdiri dengan lututnya dan duduk diatas pangkuan lelaki dominan itu.
"Tunggu sayang, dia ingin masuk kedalam rumahnya" ujar Abra dengan alis yang dimainkan naik dan turun. Shila dengan malu-malu mengangguk. Dan Abra mengahkan kemaluannya memasuki vagina Shila.
"Aahhh..hgg" erang keduanya saat ujung junior Abra mengenai g-spot Shila.
"Ahh..hh ngh" seru Shila dengan kepala menengadah.
Napas keduanya memburu dengan keadaan terdiam dengan tubuh menyatu.
"Kau mau bergerak untukku, Shila? Punyamu sangat jahat" ujar Abra dengan wajah memelas.
Gadis itu mulai bergerak naik kemudian turun dengan teratur dan lama kelamaan semakin cepat. Membuat air di dalam bathtub tumpah keluar.
"Aahh ah ..ah... Ah Abra" desahnya tak teratur. Abra yang melihat itu dengan cepat menahan pinggul Shila untuk berhenti membuat gadis itu bingung dan ingin menangis menahan gairah nya.
"Ahh...ah..ah.. Abra!" Jeritnya saat Abra dengan cepat memompa vaginanya dari bawah tanpa henti. Kenikmatan yang diciptakan pun tidak dapat ditahan.
"Ohh saya..ang kau sempit sekali..ahk" seru Abra dengan geram dan menambah kecepatan nya memompa Shila.
Keduanya bergerak berlawanan arah dengan menggila. Shila yang polos berusaha mencari kepuasannya sendiri. Menggila, mengerang, berkeringat, terbuai akan gairah masing-masing.
^^^^^
Dua hari setelah malam panas mereka semua berjalan seperti biasa. Abra terlihat pergi meninggalkan ruangan bersama dengan seorang lelaki paruh baya, sepertinya clean nya.
Pria itu baru tiba lagi di ruang nya saat jam 6 sore dengan penampilan sedikit berantakan. Sesekali Shila memperhatikan yang dilakukan Direktur tampan itu.
"Shila, apa kau lihat dia terlihat sangat sexy saat berantakan seperti itu" ujar Septy.
"Kurasa jika berkeringat itu jauh lebih sexy" balas Shila membuat Septy penasaran.
"Kurasa kau sudah pernah melihatnya" bisik Septy menyadarkan Shila dengan apa yang baru saja ia katakan.
Wajah gadis itu terlihat memerah, kilas balik bayangan saat di bathtub kembali melintas. Abra benar-benar membuat nya tidak bisa berjalan dan memenuhinya dengan benihnya.
"Kau memerah, Miss. Hill?" Ujar Abra yang sudah berada di depan meja kerja gadis itu.
Shila menatap kearah Septy yang sudah kembali fokus pada pekerjaan nya.
"Apa disini panas?" Lanjut Abra menggoda.
Shila hanya bisa menunduk saat Abra berjalan melewati nya dan keluar dari ruangan.
"Aku akan pulang Shila, pulanglah bersama Direktur kita itu, barang kali kalian akan membuat cerita dewasa malam ini" ujar Septy yang sudah merapikan mejanya.
"Kau bisa..."
"Abra!" Seru seorang wanita cantik yang baru saja masuk kedalam ruangan itu. Membuat Shila dan Septy memandang kearah nya.
"Maaf, ada yang bisa kami bantu?" Tanya Shila ramah.
"Hai, apa kalian melihat Abra?" Tanya nya dengan nada ceria.
Shila merasa dadanya sesak, siapa wanita di depan nya ini. Sampa semua teralihkan oleh kedatangan Abra dari arah pintu masuk.
"Abra, aku merindukan mu" seru wanita itu memeluk Abra dengan erat. Bahkan mengecup bibir Abra sesekali.
"Ah sebaiknya kita pulang dulu, sir" seru Septy dengan cepat.
Abra menatap Shila yang sejak tadi hanya menunduk. Merapikan mejanya.
"Kau lembur Miss. Hill" ujar Abra berdiri didepan meja Shila.
"Aku tidak bisa, sir" balas Shila tanpa menatap wajah Abra.
"Aku ada janji dengan keluarga ku, untuk makan malam" lanjutnya dengan senyum yang dipaksakan.
Gadis itu membungkuk dan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu dan Abra yang sibuk mencerna penolakan yang baru pertama ia dapatkan.