Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 13 - Bertenu dengan yang lain

Chapter 13 - Bertenu dengan yang lain

Langit berangkat ke sekolah dengan banyak kotak besar donat yang rasanya sudah sangat akrab di lidah pencinta kue bolong tengahnya itu, tak lupa beberapa botol air mineral

" Den, ini mau di bawa semua ? " tanya bi Ipah ternganga melihat kotak kotak besar donat dan dus minuman mineral, Langit mengangguk

" ah, bibi ambil untuk di rumah " pinta Langit, tapi bi Ipah segera menggeleng cepat

" tidak den bagus, perut bibi mules kebanyakan makan roti ini " tolak bi Ipah seraya memegang perutnya, dia sudah menghabiskan selusin donat berdua saja dengan pak Amir supir Langit sejak tadi malam

" bibi yakin ? " tawaran Langit yang tulus segera di tolak bi Ipah cepat, mata Langit pindah pada wajah pak Amir yang mulai mengangkat kotak dus itu ke bagasi mobil, pria itu pun menggeleng cepat dengan wajah memelas, sepertinya baik bi Ipah ataupun pak Amir keduanya sudah mabuk donat kali ini

" yasudah bawa saja ke sekolah " pinta Langit kemudian

Pak Amir segera merapihkan semua dus di bagasi mobil, kardus air mineral di bawah dan dus dus donat di atas hingga memenuhi jok mobil belakang, ketika sudah di rasa rapi dan aman, pak Amir bersiap masuk ke mobil dan membawa anak juragannya dengan hati hati menuju ke sekolah

Cuaca hari ini sedikit mendung, Langit meraih coat hitam yang tergantung di belakang punggung, dia segera memakai dan merapatkannya, badannya kini terasa hangat, dia menyandarkan diri di jok mobil, mengambil posisi nyamannya

Bayangan kakak beradik di luar jendela mengejutkan Langit, seorang gadis dengan seragam yang cukup familiar akhir akhir ini di mata Langit, dan dua orang lagi yang masih kecil, mereka bernaung di satu payung bersama

" pak pelan saja.. " pinta langit pada pak Amir, sopir pribadinya itu segera menurut dia menurunkan kecepatan menjadi sangat minimal

Langit menurunkan kaca mobil dan melihat jelas wajah tertawa Bumi di luar sana, ketiga nya terlihat tertawa riang sesekali mereka memainkan percikan air hujan

Bumi tertawa riang melihat tangan Pluto terus saja menadahi air dari sudut payungnya, sesekali bocah laki itu memercikkan dengan sengaja ke arah Mars, sontak gadis kecil itu protes dan mereka terlibat perang percikan air, walau percikan itu lebih banyak mengenai Bumi tapi kelakuan kedua adiknya cukup menghibur pagi yang dingin ini

" pak, berhenti ! " pinta Langit, matanya tak bisa beralih dari ketiga orang yang tertawa riang di sisi jalanan, pemuda itu ikut tersenyum seolah bisa merasakan tawa dan kehangatan kebersamaan mereka

Bumi melambaikan tangan tatkala sekolah anak usia dini sudah di depan mata nya, bocah laki yang memiliki tingkah usil itu segera berlari masuk, tersisa Bumi dan seorang gadis kecil lagi, hingga akhirnya hanya tinggal Bumi seorang karena gadis kecil itu memasuki gerbang sekolah dasar, mereka saling melambaikan tangan mengucapkan perpisahan

" pak Amir tunggu sebentar " perintah Langit lagi, pak Amir melirik jam di layar mobil, dia mengelus dada tenang ketika pukul yang ditampilkan masih ada waktu tersisa sebelum bel sekolah berdering

Langit meninggalkan mobilnya menuju gerbang sekolah di depan sana, dia bertanya pada security perihal gadis kecil yang baru saja melintasi gerbang itu

" neng Mars ya ? dia sama kakak nya, adenya juga sekolah di depan sana, kalo boleh tau aden siapa nya ya ? " security meneliti penampilan tak biasa Langit, karena ini adalah kawasan rakyat jelata penampilan Langit tentu terlihat mencolok, belum lagi mobil sedan mengkilap yang terparkir di depan sana membuat mata orang terpaku menatap nya

" oh saya.. saya teman kakak nya " jawab Langit mencoba jujur, matanya meneliti gedung sekolah yang terlihat sangat biasa ini, tentu saja sangat jauh berbeda dengan sekolah dasar dimana dulu dia pernah belajjar, sekolah Mars ? yaa.. nama gadis kecil tadi adalah Mars, dia adiknya Bumi wah benar benar nama yang pas

Langit mencoba menyisir keadaan, dia mengangguk angguk kecil mendapati gedung sekolah ini kurang terurus, ada banyak jajanan yang mangkal di depan pintu gerbangnya yang juga mencuri perhatian Langit, apa itu ? mereka makan banyak sekali jenis gorengan ? dengan saus encer ? Langit tak mengerti kenapa mereka bisa menelan dengan lahap, Langit tak bisa membayangkan untuk bisa menelan makanan itu, tiba tiba dia teringat akan bawaanya hari ini

" pak, bisa bertemu Mars sebentar saja, di sini " pinta Langit

wajah satpam sekolah itu meneliti dengan curiga, tapi pemuda tampan ini tidak mengandung se atom pun unsur yang bisa di curigai, pak satpam memutuskan akan memanggil Mars

" disini aja ya ! " pinta satpam tegas, Langit tersenyum setuju

Ketika pak satpam bergerak masuk ke dalam gedung sekolah, Langit membalik badan ke mobilnga, dia membuka bagasi di ikuti pak Amir, sopirnya itu lebih sigap akan keperluan anak juragannya

" pak ambil dua kotak donat dan sedus air mineral " ucap Langit dan segera di jawab anggukan tunduk pak Amir, dia segera mengangkut dan meletakkan permintaan adennya di kursi kayu tepat di depan pos satpam

" Mars ada yang mau bertemu dengan mu " ujar satpam di balas wajah bingung Mars

" iya pak " walau bingung, gadis kecil itu menurut saja. Mereka menemui pemuda tampan yang sudah berdiri di gerbang sekolah

" hallo Mars nama ku Langit " Langit mengulurkan tangan dan membuat senyuman ramah, Mars tak mau menjangkau tangan pemuda asing itu, dia menatap bingung wajah Langit

" ah aku teman Bumi, aku mau memberikan hadiah kecil untuk mu " Langit menarik tangannya dan menunjukkan apa yang dia bawa

" apa ini ? " tanya Mars makin bingung, pak satpam mengelap air liurnya, dia sontak mengiler mencium wangi donat terkenal ini

" ini aku bawakan untuk mu, dan bapaj boleh ambil.. " ujar Langit pada Mars dan mempersilahkan wajah kepengen satpam yang sud tak sabar

" beneran ? " tanpa tedeng aling aling pak satpam membuka satu dus sonat dan siap melahap nya

" oiya aku titip satu lagi untuk adik mu ya ! " ujar Langit meminta pak Amir mengambil satu dus lagi

" kau tau Pluto juga ? " tanya Mars heran

Langut memasang telinganya, Pluto ? apa itu nama adik laki laki nya ? apa keluarga mereka terdiri dari susunan planet ? atau.. orangtuanya peneliti luar angkasa ? pikiran Langit menduga duga sendiri, tapi bagaimana pun Langit menyukai nama nama mereka

" iya.. ini untuk Pluto, sampaikan salam ku pada nya ya " balas Langit ramah, dia bersiap meninggalkan sekolah Mars

" kakak, terima kasih !! " teriak Mars di belakang punggung Langit, pemuda itu tersenyum lebar, dia menoleh dan melambaikan tangan pada Mars

" sampai jumpa lagi ! " balas Langit memasuki mobilnya, Mars tersenyum kecil dan melambaikan tangan ragu

" ihu sawa may, antew amaw, anaw owang aya yaao ( itu siapa Mars, ganteng amat, anak orang kaya yaaa ) " Mars mengeryitkan dahi tak mengerti dengan suara satpam yang tak jelas karena mulutnya penuh dengan donat