Miya mendaratkan duduk nya di kursi kosong tepat di sebelah Bumi
" apa kau sudah terima undangan dari Max ? " tanya Miya dengan senyuman di bibirnya, Bumi mengangguk pelan
" serius ? jadi dia menunggu mu hingga petang ? " wajah Miya melongo tak percaya
" wahh.. sepertinya dia sungguh sungguh mendekati mu, dia menunggu hingga kau selesai hanya untuk memberikan undangan ? padahal dia bisa menitipkannya pada ku " ujar Miya dengan wajah takjubnya yang terus meraut tak percaya
" apa kau menyisakan makanan untuk sarapan ku ? " Miya mengganti sorot matanya ke arah box putih yang sudah kosong di atas meja, Bumi mengangguk lagi tangannya dengan cepat meraih kotak bekal di kolong meja
" ayoo kita sarapan " ajak Bumi sambil menyodorkan sendok ke arah Miya, gadis itu melongo takjub melihat isi bekal yang dibawa sobat nya pagi ini
" wahh.. nasi goreng dengan sosis, telur dan sayuran lengkap ! " teriak Miya dengan wajah bahagianya
" empat sehat, lima sempurna ! " sambung Miya mengeluarkan dua kotak susu ke atas meja
" ayoo kita makan !! " kuduanya berebut menyendok dan melahap dengan wajah riang
" waaah.. enak ! " Miya mengacuhkan jempol nya membuat wajah Bumi kian cerah bersinar seperti mentari pagi ini
" aku kenyang ! " Miya sendawa lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan, dia melirik sekitar memperhatikan bahwa tak ada yang menangkap tingkah konyolnya tadi
Bumi membereskan kotak bekalnya dan membersihkan meja, dia menusuk kotak susu dan menyeruputnya perlahan
" apa kau sudah punya baju untuk ke pesta Max ? " tanya Miya menyelidik, tapi anggukan kecil Bumi membuat matanya membesar, sepagi ini dia dibuat berapa kali bengong tak percaya
" serius ! " ujar Miya menepuk paha Bumi, membuat temannya itu tersedak
" maaf maaf.. " Miya menyodorkan tissu dan membuat raut tenang wajah Bumi berubah kesal
" maaf.. maaf.. aku Cuma bertanya ko, kalau kau tak punya gaun aku akan meminjamkannya pada mu " ujar Miya membalas tatapan kesal Bumi, dia hanya ingin berniat baik saja, tapi tingkah terkejutnya membuat Bumi tersedak dan meraut wajah kesal, Miya memasang wajah memelas membuat Bumi mengendurkan urat dahinya menjadi datar kembali
" aku tahu kau berniat baik, tapi kalau aku mati tersedak bagaimana, kau tak punya teman semanis aku lagi nanti ! " ujar Bumi mencoba melucu, tapi Miya hanya membalas dengan cibiran saja
" aku akan menjemput mu ya, jangan lupa pakai gaun terbaik mu, karena Max pasti sangat menanti kehadiran tamu istimewa nya " nasehat panjang Miya hanya dibalas kerutan di dahi Bumi, maksudnya apa ? dia tak mengerti
" Max itu sudah berjuang untuk bisa dekat dengan mu, mungkin kini saat nya kau menerima kebaikan orang lain, bukan hanya dari ku, tapi dari seorang pria " lanjut Miya dengan wajah seriusnya, dia memamerkan senyum lebar dan tatapan menggoda
" siapa tahu kalau pria itu akan jadi guardian angel mu, yang menolong mu dari keterpurukan, yang membuat mu bangkit dan semangat ! dia saja sabar menunggu kau hingga jam tambahan mu selesai ! " ketus Miya mengerlingkan mata penuh arti
Bumi menyenderkan punggungnya, siapa sebenarnya yang di bicarakan oleh Miya ? Max atau… ??
****
Bumi memperhatikan pantulan dirinya di cermin, dress hitam dnegan aksen tille di ujungnya, makeup natural yang dia oleskan seadanya, semua terlihat pas dan cocok untuk seorang gadis seperti Bumi
" waah.. kakak cantik ! " puji Mars mendapati kakaknya yang jarang sekali bahkan belum pernah tampil rapi seperti malam ini
" apa kakak akan pergi dengan kak Langit ? " tanya Pluto dengan wajahnya yang menggoda, Bumi menggeleng pelan, menjawab pertanyaan kepo Pluto
" memangnya kau tak mau pergi dengan ku ! " suara pemuda dari depan pintu yang terbuka mengejutkan yang lainnya, Langit masuk dengan membuka sepatunya, dia berjongkok di hadapan Bumi, tangannya membawakan heel berwarna perak
wajah langit terangkat, menengadah mendapati tatapan terkejut dari Bumi
" aku lupa membawakan sepatu mu kemarin " ujar Langit sambil berjongkok, dia menyentuh telapak kaki Bumi dan menuntunnya memakai sepatu perak di bawah sana
Mars dan Pluto menutup wajah, entah kenapa adegan ini sepertinya belum cocok untuk mereka tonton
Sentuhan telapak hangat Langit membuat Bumi nyaman, dia menurut saja ketika kakinya mengenakan sepatu dengan heel sedang yang dibawakan Langit, setelah selesai pemuda itu segera bangkit dan membuat senyuman lebar, senyuman yang menyita perhatian Bumi, senyuman yang menawan
" cantikk.. " puji Langit entah pada sepasang sepatu di kaki Bumi, atau kepada wajah yang tersenyum kecil di hadapannya
Mars mengintip di balik jari jari tangannya, Pluto menyenggol bahu kakaknya Mars dengan sikutnya, keduanya masih ragu untuk melepaskan telapak tangan di wajahnya
Keduanya saling tersenyum Bumi dan Langit
Bumi dengan dress nya yang menawan lengkap dengan hell perak yang menyita perhatian mata ketika menatapnya
Langit yang tersenyum dengan kemeja dan jas nya yang rapi, dia sungguh pemuda tampan nan rupawan
" ayo kita pergi " ajak Langit meraih jemari Bumi, pria itu degan canggung menggandeng tangan Bumi, mereka bersiap meninggalkan rumah Bumi
" pak Amir, bi Ipah aku titip anak anak " ujar Langit pada dua pekerja nya yang sibuk menurunkan banyak kotak dus dari bagasi mobil, Langit membuka kan pintu meminta gadisnya segera masuk
Pluto dan Mars berlari kecil, mereka mengintip di balik palang pintu, kedua nya tertawa kecil bersama

***
Miya keluar dari salah satu salon ternama, dia bergegas memesan taksi dan meminta pak sopir segera mengantarnya ke alamat rumah Bumi, gadis itu berkali kali mengecek tampilannya dari layar handphonenya, dia ingin memastikan jika tampilannya telah sempurna
Gadis itu segera keluar ketika sopir menghentikan kemudinya, dengan wajah riang Miya bersiap berlari menuju pintu rumah Bumi di depan sana, baru saja dia hendak berteriak, ketika bibir merahnya baru saja terbuka matanya menegang tak percaya melihat pemuda dan seorang gadis yang bergandengan di depan sana, ada mobil sedan mengkilat yang terparkir tak jauh dari mereka
Miya menegaskan penglihatannya, jantungnya seketika berdetak kencang, wajahnya kian menegang, dia tak percaya dengan sosok di depan sana
" Langiiit.. " gumam Miya tak percaya, dia hanya bisa mematung, kakinya terasa berat terangkat, dan seorang gadis yang dia gandeng, wajahnya begitu familiar untuk Miya
" Bumii.. " suara Miya semakin bergetar, dia mundur beberapa langkah tak percaya, adegan di depannya jelas membuat tubuhnya seketika kaku, dadanya berdegup kian kencang, tidak mungkin ! Miya enggan percaya, tapi.. itulah kenyataanya, mata Miya seketika memanas, sepanas perasaan di dadanya saat ini
Bumi menangkap sosok di depan sana yang mematung, dia menyunggingkan senyum, tangannya terangkat dan melambai
" Miyaa !! " teriak nya kencang, Langit ikut menoleh ke arah tatapan mata Bumi, ah ternyata ada seorang lagi yang ikut bergabung, begitulah pikir Langit
Bumi menghampiri Miya, sentuhan telapak Bumi di pergelangan tangan Miya membuatnya tersadar, dia mencoba membuat wajahnya setenang mungkin, walau hatinya panas terbakar
" Miya ayo kita pergi " ujar Bumi mendapati raut bingung Miya
" Miyaa.. heii !! " sapa Langit mengejutkan Miya sekali lagi, rangkulan Bumi di pundaknya memaksa gadis itu mengikut saja ketika di bimbing ke dalam mobil mewah yang pasti ini adalah milik Langit, mana mungkin Bumi !
" kau datang tepat waktunya, ayo kita berangkat ! " ujar Langit bersiap menggas mobilnya, dia tersenyum riang sambil menoleh ke arah Bumi yang duduk di sebelahnya, Bumi pun demikian, dia membalas senyuman hangat Langit, keduanya membuang pandangan bertemu mereka dengan cepat, keduanya terlihat cangguh dan salah tingkah, membuat mata mereka saling menghindari
Miya mengerjapkan mata melihat tingkah dua orang di depannya saat ini, jelas dia menangkap ada yang salah pada tingkah kedua remaja itu, apa yang Langit lakukan di rumah Bumi ?
sejak kapan mereka jadi sedekat ini ? Miya menggelengkan kepala cepat, pikirannya menolak sugesti sugesti yang mungkin sudah terjadi antara Langit dan Bumi, Miya tak mau menerima nya, dia menolak apapun jenis kedekatan mereka berdua !