Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 22 - Awal dari impian

Chapter 22 - Awal dari impian

Langit meraih kertas pink yang terselip di bukunya, dia mulai menulis perlahan disana

Bumi pulang ke rumah dengan kantung bawaanya, Mars dan Pluto tertawa bersama mendapati tiga box mie ayam berikut minuman dinginnya, mereka makan bersama dan tertawa riang seperti biasa

Langit menghentikan tulisannya dan mulai serius menonton pertandingan anggar di youtube, dia mengikuti step by step cara atlet profesional itu mengayuhkan pedang

Bumi mengantar kedua adiknya dengan senyuman dan kecupan hangat di pagi ini, mereka saling melambaikan tangan dan tersenyum lepas

Langit bangun terlambat dan segera memakai seragamnya dengan terburu buru, bi Ipah dan pak Amir hanya menepuk dahi melihat tingkah Langit yang panik karena telat berangkat ke sekolah, pak Amir akan mengantar dengan kecepatan tinggi hari ini

***

Bumi sangat senang ketika membaca isi dari amplop yang baru saja dia terima, gadis itu berputar putar dan tak bisa melepas senyum, dia sekali lagi melihat kertas ditangannya dan mencium berkali kali

" wah, kau sepertinya sedang senang ! " suara Langit yang berat mengagetkan Bumi

" kau, kenapa kau ada di sini ? " Bumi tak percaya pemuda ini ada di atap lagi kali ini, apa dia memperhatikan tingkah ku ? pikir Bumi menahan malu

" apa kau dapat berita baik ? " ujar Langit ingin tahu dengan isi tulisan di kertas yang segera di sembunyikan Bumi

" bukan urusan mu ! " ketus Bumi hendak meninggalkan langit

TAP !! kaki langit menancap di tembok, dia memblok jalan Bumi, pemuda itu bahkan belum menyelesaikan ucapannya dan urusannya masih panjang, jadi dia tak akan membiarkan Bumi berlalu dulu

" kau mau kemana ? " tanya Langit dengan senyum nya yang membuat wajah Bumi kesal

" bukankah urusan kita sudah selesai ? " hardik Bumi jelas tak suka

" siapa bilang ! aku masih punya janji pada mu " ucapan Langit membuat dahi Bumi berkerut, apa maksud nya

Langit menyodorkan kertas pink yang kini tak lagi kosong, dia menyerahkan karya pertamanya pada Bumi, pemuda itu terlihat bangga dengan tugasnya yang telah usai, Bumi tersenyum sinis, dia merampas kertas di jari Bumi dengan kasar

" kau ini ! " sergah Bumi mengambil sebuah bangku dan mendaratkan diri, dia mulai membaca tulisan tangan Langit, bibirnya menyembunyikan senyum dan seketika timbul rasa bahagia di hatinya, entah kenapa Bumi menyukai tingkah konyol Langit kali ini

" apa bagus ? " tanya Langit ragu ragu

" lumayan " jawab Bumi singkat

" serius ! " seru Langit tak percaya

" yaa.. " balas Bumi kian singkat

Langit memasang wajah cemberut melihat respon Bumi yang biasa saja, tidak kah dia bisa merespons perbuatanku dengan lebih manis ? batin Langit berharap

" ah baiklah, aku harus... " Bumi baru hendak melangkah membelakangi Langit, tangan Langit menarik pangkal siku Bumi, dia mendorong tubuh gadis itu terdesak ke tembok dinding atap, sontak Bumi terkejut dengan tingkah spontan Langit, dia menatap lama wajah Langit yang termangu menusuk dadanya

Deg.. deg.. deg..

ah rasa ini masih saja sama, batin keduanya berusaha menepis

" Bumi... " bisik Langit membuat jarak mereka kian dekat, wajah Bumi hanya menengadah membalas tatapan tajam Langit

Tangan Bumi mencoba melepas cengkraman genggaman kuat Langit, membuat kedua tangan mereka saling melepas

" apa yang kau lakukan " gusar Bumi menghindari pandangan, dia berusaha menutupi salah tingkahnya

Langit sepertinya tersadar, kenapa dia memaksa Bumi terus bersama dengannya, bukankah hubungan mereka sudah berakhir ? walaupun bahkan belum di mulai

" ah maaf " gumam Langit pelan, dia jelas salah tingkah, wajahnya meraut aneh

" mm.. aku hanya mau memberi tahu mu, ka, kalau aku.. " Langit masih terlihat ragu ragu

Bumi memasang badannya, dia berdiri tegap saling berhadapan dengan Langit, gadis itu menatap serius wajah Langit yang merah dan tinggah cangguh mereka, bibir Bumi tersenyum kecil, dia seakan mengerti dengan perasaan aneh dan tingkah cangguh mereka

" aku bermain anggar dan akan ikut kompetisi " ucap Langit pada akhirnya

" aku menemukan impian ku yang sempat terlupa kan, terimakasih kau mengingatkan ku " ujar Langit ragu ragu mengangkat wajahnya dan mendapati sorot tajam mata Bumi

Mereka saling menatap dalam, keduanya membiarkan deru angin sepoi sepoi dan detak jantung yang berdegup kencang, walau salah tingkah mereka tetap enggan melepas pandangan bersama

Bumi mencondongkan badannya mendekati wajah heran Langit, walau perlahan gadis itu memakan jarak mereka hingga wajahnya jelas dekat dan tak mampu lagi di tangkap sorot mata Langit, kini bibir mungil yang sedikit terbuka saja yang terlihat oleh Langit

Cupsss...

Bumi mendaratkan bibirnya di atas bibir Langit yang kaku, pemuda itu terlihat menegang, dia tak mampu bergerak, hanya matanya saja yang melotot tak percaya

Bumi tersenyum kecil menatap wajah tegang Langit, dia pun sedang menahan wajahnya yang kian menghangat

" terima kasih.. " ucap Bumi merona malu, Langit mengul*um bibirnya, dia tersenyum tak percaya, hatinya seketika berbunga bunga, pemuda itu menyusul punggung Bumi, dia tak bisa menahan gejolak gembira dalam dadanya

Bumi berlari kecil meninggalkan Langit, dia tak bisa menahan rasa malu dan senang yang membaur menjadi satu

" heii.. apa kau mau jadi pacar ku ! " ujar Langit di belakang punggung Bumi yang sebentar lagi menghilang di balik daun pintu, tapi gadis itu menahan langkahnya, dia mundur dua langkah dan membalikkan badan, wajahnya diterpa mentari sore, membuat mata Langit sedikit menyipit untuk bisa menangkap jelas ekspresi wajah gadis cantik itu

" Langiitt.. ayo menggapai impian dan menikah !!! " ujar Bumi berteriak, Langit menahan senyumannya mendengar suara Bumi yang jelas, pemuda itu tertawa diam, tangannya menahan di ujung bibir, dia tak percaya dengan seruan Bumi yang di luar nalarnya

" ish.. dia sedang melamarku ? " gumam Langit pelan, dia jelas tersipu malu, tangannya melambai ke arah Bumi, mata mereka tak bisa bertemu lama karna cangguh, pemuda itu membalas seruan Bumi dengan kedua telapak tangan mendindingi mulutnya

" ayoo berhasil dan menikah !! " balas Langit tak mau kalah, Bumi kini yang tersipu malu, dia tak percaya kalimat mereka jelas saling bertautan

Matahari sore yang tadi bersinar terang tiba tiba diburu awan mendung, rintik hujan mulai berjatuhan, Bumi meraih payung yang bersender di rak tak jauh dari pintu, gadis itu membuka kunci payung, setidaknya kali ini dia harus berbuat sedikit kebaikan pada Langit, pemuda itu sudah sangat baik padanya

Bumi mengangkat payung dan menghampiri posisi Langit, mereka saling tersipu malu dan melempar senyum, keduanya tak mampu berkata kata lagi, hanya bisa salah tingkah dan menatap ragu ragu

" mari menunggu hari itu !! " ujar keduanya menenggerkan diri di kursi beton dengan satu payung bersama

THE END

meraih impian bersama dengan orang tercinta adlaah sejarah yang indah - Langit dan Bumi -