Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 25 - Mencuri perhatian

Chapter 25 - Mencuri perhatian

Meraih sesuatu dikocek celana bahannya, ia menarik tangan kanannya dan mengeluarkan kassa kecil berwarna biru muda dengan bahan lembut, melap kacamata tebal itu satu persatu, lalu tangan kirinya yang mencengkram sandaran kursi menggunakan kekuatan otot kembali kekeh mempertahankan kursi milik nya,

Lubang hidungnya mengembang dan mengempis, mukanya tegas juga bibirnya yang terlihat dengan garis tebal itu semakin membuat nya terkesan seseorang yang menjengkelkan juga jutek.

Tak seperti di film telenovela lawas yang identik seseorang dengan penampilan culun memiliki watak yang lugu lemah dan tak berdaya, itu hanya ada di sinetron dramatis saja.

Wanita dihadapan Bumi berbeda, dengan sedemikian rupa jelas Bumi memilih mengalah dan berdiri, tas yang sudah ia letakkan di meja segera ia raih.

Seorang pria di samping keduanya bangkit, membuka kedua headset di telinganya, dan mengepalkan tangan kanannya, pria itu mendekat setengah langkah ke kedua gadis cantik dan culun itu, matanya bersinar, wajahnya tampan juga penampilannya yang sangat keren dan modern.

Si kacamata tebal yang hanya berjarak sekian senti semakin salah tingkah, ia menggerakkan ujung bibirnya, dan menggigit bagian bibir nya, dia semakin salah tingkah, matanya hanya tertunduk dan hanya mampu memandang ubin.

" Duh si ganteng dan keren ini, pasti.. dia kasihan dengan ku! " pikirnya dalam hati, si gadis berkacamata tebal itu, dengan tetap menggigiti ujung bibir juga tangannya yang tak bisa diam memegangi tali tas juga resletingnya yang dibuka tutup.

Pria itu semakin mendekat,

Brukk..

Suara tepukan meja, " kau mengganggu ketenanganku! " tatapan nya dengan mata yang melotot juga wajah yang memerah, itu benar-benar kemarahan, wajah tampan yang sebelumnya seperti air mengalir yang menyejukkan kini terlihat seperti api yang siap membakar.

"Kau!!" ucap pria tampan yang mengenakan jaket biru dongker yang tebal namun berbahan halus, dengan mengepalkan kembali tangan kanannya yang sehabis memukul permukaan meja, ia membalikkan badannya ia membuka jaket yang dikenakan meletakkan di bahunya lalu beranjak meninggalkan keduanya.

Sontak saja kejadian itu membuat mahasiswa lainnya memperhatikan ketiganya,

"Wahh, yang benar saja ada si buruk rupa alias si culun yang berani mengganggu si cantik dan tentu saja seperti di dongeng-dongeng ada seorang pangeran tampan yang membantu si cantik", ucap sekelilingnya,

"Perkara kursi saja bisa membuat mereka terlibat pertarungan yang sengit, semestinya si buruk rupa merelakan saja kursi itu tentu masalah ini akan beres," lanjut mereka

"Harap penulisan di formulir menggunakan huruf kapital yang jelas dan mudah dipahami, serta menggunakan bolpoin hitam! jika sudah terisi dengan lengkap kumpulkan di meja sebelah kanan!" pembimbing terdengar memberikan arahan.

Tak ada waktu, Bumi segera menduduki kursi milik si pria yang ditinggal, ia meletakkan tas gendongnya di meja dan mengeluarkan alat tulis terlihat ia memang anak yang pandai dengan begitu cekatan ia mengisi tiap kolom formulir.

Mereka sekarang bersebelahan, si kacamata tebal terus melirik sesekali, tentu secara diam-diam. Saat bumi melihat ke arahnya ia seolah sedang fokus dengan formulir miliknya,

Ternyata ia tak hanya memperhatikan nama si gadis cantik di sebelahnya, tetapi ia juga menghafal setiap isi formulir gadis itu. Kacamata nya yang tebal itu membuat matanya sangat baik untuk melihat, bahkan saat tulisan di kolom terkecil pun mampu ia baca dengan lancar dan benar.

Selain cantik sepertinya ia juga pintar, penampilannya sih biasa saja! Ucap si kacamata tebal yang terlihat pintar berkomentar seperti juri di ajang pencarian bakat. Dari matanya yang terus membesar dan sedikit melotot itu, seperti nya ia memiliki rasa iri terhadap gadis itu ia iri saat si tampan membela gadis itu dengan membentaknya.

Formulir dihadapnya belum terisi satu pun, ia hanya sibuk memegangi pulpen dan berpura-pura membaca setiap butir formulir, sementara Bumi gadis yang sebelahnya beranjak bangkit dan membawa tas gendongnya serta menggenggam formulir itu bersiap kedepan dan segera menuju meja sebelah.

Sekarang si kacamata tebal kehilangan jejak Bumi, karena ia harus mengisi formulir lebih dulu, tangan nya segera dipintanya bergerak cepat mengisi setiap butir kolom.ia harus merelakan gadis yang ia perhatikan pergi.

"Itu kan si gadis yang dimenangkan oleh mahasiswa tampan itu, memang yah sepertinya persaingan di kampus ini akan semakin sengit, semua pasti menyukai si tampan itu", ujar mahasiswa yang asik bergunjing tepat didepan Bumi berdiri.

"sitampan, laki-laki itu benar-benar tampan juga manis tapi terlihat ia sedikit angkuh dan sombong, belum lagi wajah seperti itu sepertinya seorang playboy", celetuk teman di sebelahnya.

"ya juga, tapi tetap saja dia tampan dan keren, apalagi jika ia memberikan senyum padaku dan pada kita" gadis berambut sebahu itu terlihat sedikit berkhayal

"ya selagi janur kuning belum melintang, dia masih milik semua, haha" temannya yang mencoba bergurau dan tertawa lebar.

"that right! Untuk gadis yang lumayan cantik tadi, ga terlalu percaya diri, belum tentu ia disukai. Mungkin hanya kebetulan saja!"

Bener!

Bumi yang sedikit tercengang dengan percakapan beberapa gadis itu, ia memasang tatapan kosong dan memeluk buku catatannya, ia hanya mampu bersembunyi di balik poni hitamnya, poni yang sudah menusuk matanya itu, namun poni itu semakin membuatnya imut dan menggemaskan tentu juga membuatnya sangat sangat cantik.

"Hushh.." mahasiswa yang lain memberikan isyarat, seolah ingin menghentikan percakapan seru yang berlangsung, mereka bertiga saling pandang-pandang dan menyikut satu sama lain agar mereka tahu jika gadis yang dibicarakan ada disana, ketiga nya seakan mengerti isyarat itu dan ketiga mahasiswa itu mempercepat langkahnya dan perlahan menjauh seakan menjaga jarak dengan gadis yang dibicarakan. Namun tak berarti mereka menghentikan bergosip, rasanya mereka hanya move saja dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Sekarang Bumi bisa sedikit mempercepat langkahnya untuk mengumpulkan formulir miliknya, kupingnya yang mulai panas, terasa sedikit gatal, untung saja rambutnya terjuntai menutupi kedua daun telinganya sehingga tidak membuat kuping panas yang mulai memerah itu terlihat.

Tapp..

Tapp..

Langkah kaki Bumi semakin pasti,

Belum sampai di meja yang hendak dituju, Bumi terhenti menyaksikan sosok di lapangan yang berada di sebelah aula, disana ada jendela kaca besar yang menyorot.

Terlihat beberapa mahasiswa yang dihukum dengan mengangkat salah satu kakinya dan juga memberi hormat pada tiang bendera , mata Bumi semakin membelok.

Langkahnya yang pasti menjadi juntai, dan berat ia merasa melihat dan mengenali seseorang yang sedang berdiri dengan satu kaki.

Ia pun mengernyitkan pandangan ya, tangan kirinya membantu dengan mengangkat poni nya karena takut mengganggu pandangannya yang ingin menelisik, dan membesarkan bola matanya seolah ingin tahu pasti apa benar ia mengenali salah seorang sosok disana?

Badannya bergerak ke arah kiri dan kanan mencari angle yang pas, namun jarak yang cukup jauh tak bisa membuat Bumi mengenali sosok yang di hukum itu.

"Hei, cepat!! Maju" dengan nada tegas dan juga disertai gerakan menepuk bahu kanan milik Bumi,

Bumi yang memegang buku catatan itu, terkaget dan buku nya pun terjatuh. Ia segera merendah dan membungkuk hendak mengambil buku itu, saat itu membungkuk seseorang yang memgagetkannya membantu ia meraih buku catatan itu,

Bumi menoleh dan mendapati seorang, seseorang yang mengejutkannya itu meraih buku lebih dulu