Chapter 20 - Bermimpi

Bumi melangkah cepat berjalan di depan langit, dia hanya ingin segera keluar dari rumah mewah ini, airmatanya terus mengucur deras, kata kata nyonya rumah masih terngiang panas di telinganya, Bumi menyadari semua kalimat kotor itu memang pantas untuknya, dia memang sampah !

Harusnya aku tau tempat ku, teman teman dan kebaikan hati mereka membuat ku lupa akan siapa diri ku yang sebenarnya, aku harusnya sadar dengan semua kondisi ku, seharusnya tak di sini tempat ku, Bumi.. sadarlah !

Bumi menghentikan langkahnya dan menghirup udara malam dengan tarikan panjang, Langit ikut berhenti di belang punggung Bumi, dia memperhatikan gerakan Bumi di depan sana, gadis itu menghirup udara seolah ingin melepas beban di dada nya

" fiiiuuu… " Bumi menghela nafas panjang, Langit mengeryit heran, dia pikir kini Bumi lebih tenang mengatur emosi nya

" Bumii.. " panggil Langit lirih, gadis itu terlihat terkejut, dia tak menyangka Langit akan mengikutinya sampai di sini, dia sudah berjalan cukup menjauh dari rumah kaya keluarga Eduardo, Bumi menoleh cepat hingga jas hitam Langit hampir saja terjatuh, lengan Bumi sigap meraihnl dan menempelkan di pundaknya, walau basah dia membutuhkan ini untuk menghalangi lekukan tubuhnya yang kian jelas karena dress basah nya

PLOOOKK !!

Dus kecil berwarna putih jatuh ke atas trotoar dari saku dalam jas milik Langit, keduanya menoleh serempak, perlahan Bumi berjongkok dan meraih kotak itu, sebuah merk handphone ternama, mata Bumi mendelik ke arah Langit, bibirnya berdecak kesal, dengan mata tajam gadis itu menyorot wajah Langit

" kau juga mau menghina ku ! kenapa kau begitu baik pada ku, pada adik adik ku, pada keluargaku, kenapa kau melakukan semuaa inii !!! " teriak Bumi kesal, Langit hanya bisa terdiam, wajah gadis di depannya jelas penuh amarah dengan mimik kesal dan sendug menyatu

" aku tahu aku miskin, dan kau juga mereka, kalian semua orang kaya !! aku tahu diri.. aku sadar semua itu ! " lanjut Bumi masih dengan suara tinggi nya ,Bumi mendorong dus kecil itu di dada Langit, memaksa pemuda itu menahan jatuhnya kotak kecil yang menempel di dadanya, Bumi tertenduk dalam, air matanya terjatuh lagi

" aku sadar dengan diri ku, dengan keadaan ku, aku tahu semua itu.. " lirih Bumi menahan diringa di dekat dada Langit, pemuda itu hanya bisa meraut kasihan dan bingung, walau ragu ragu tangannya merangkul bahu Bumi, dia memeluknya dan Bumi tak menolak

" apa aku pantas meski hidupku miskin, apa kalian boleh memperlakukan ku seperti ini, apa aku seburuk itu, apa aku memang sampah.. " gumam Bumi pelan dan twrus menangis dalam pelukan Langit, pemuda itu hanya bisa menenangkan seraya menahan matanya yang brkaca kaca

" aku hanya orang bodoh dan miskin.. huhuhu… "

" aku bodoh berada di sana ! " Bumi masih terus bergumam tak jelas dan sesekali berteriak, tangisannya semakin pecah di malam hari yang dgin ini, ditambah pakaian mereka yang basah, Langit hanya bisa mengelus pelan gadis yang bersedih di pelukannya

" huhuhu… " Bumi berusaha menghentikan tangisannya dan mencoba mengangkat badannya di pelukan Langit, gadis itu menatap wajah cangguh Langit, dia menatap lama wajah tampan pemuda di hadapannya

" Langiit.. apa kau juga sama seperti mereka, apa kau kasihan pada ku ! " ketus Bumi menatap serius mata Langit, dia mencari jawaban terjujur dari sorot mata dalam itu, Langit membalasnya, wajahnya pun tak kalah serius

" Bumi.. "

" ....itu semua kulakukan karena aku jatuh cinta pada mu ! "

***

Bumi mengembalikan jas Langit, dan pemuda itu menerinanya dengan mimik wajah menahan semua resah, dia tak tahu harus tersenyum atau bersedih saat mengantar Bumi kali ini, ini bisa jadi pertemuan baik mereka yang terakhir kalinya

Langit teringat akan kalimat Bumi tadi, belum lama saja, sebelum mereka berakhir di depan pintu rumah gadis ini

" Langit terimakasih kau sudah baik pada ku, tapi aku tak bisa jatuh cinta pada mu.. " saat itu Langit ingin sekali berteriak dan kesal, tapi dia tak bisa. Melihat wajah sendu Bumi hanya membuat perasaannya kian getir, dia mengerti akan ketakutan di hati gadisnya

" aku mendapat pelajaran berharga malam ini, aku sadar akan kehidupan dan posisi ku, kau... aku.. kita tidaklah sama " lanjut Bumi mengejutkan Langit, pemuda itu ingin menyanggah tapi suaranya hanya tercekat di tenggorokan

" kita akhiri saja pertemanan ini, sampai malam ini " ucap Bumi dengan wajah serius, gadia itu bangkit hendak meninggalkan tempat mereka duduk

" Hei ! " teriak Langit menghentikan langkah Bumi, gadis itu menoleh meraut wajah datar mendapati soror tajam Langit

" katakan terima kasih mu dengan benar, kau bahkan meminjam jas ku ! izinkan aku mengantar mu malam ini, untuk hubungan baik kita yang berakhir " melihat wajah memohon milik Langit Bumi tersenyum tipis, dia mengangguk pelan

Langit memohon diri dan melambaikan tangan kepada dua bocah yang menyambutnya dengan senyuman lebar

" Langit " panggil Bumi dengan suara pelan, Langit segera menoleh dan memaksakan senyuman

" aku akan menjadi penulis hebat, itu impian ku, kau.. semoga menemukan minat dan mengejarnya, kita akan bertemu lagi di kemudian hari dengan hidup yang lebih baik ! " ujar Bumi seraya mengulurkan tangan, lama Langit memandangi wajah Bumi dia menarik bibirnya enggan

apa arti uluran tangan ini ? apa hubungan ini akan resmi berakhir ? tanya batin Langit curiga, bahkan hubungan ini pun baru saja bertemu pangkalnya, belum pernah terjalin dan sekarang telah berakhir ! wajah Langit teraut bimbang, dan bibirnya tersenyum sinis

mau tak mau dia harus menerima uluran tangan gadis dihadapannya ini, mereka saling menatap wajah dalam dan meninggalkan senyuman hangat di malam dingin ini

pemuda itu segera masuk ke dalam mobil mewahnya, pak Amir dan bi Ipah sudah menunggu, duduk di kursi depan, keduanya terlihat heran mendapati wajah tak bahagia anak majikannya, keduanya mengeryitkan dahi bingung dan segan untuk bertanya

Langit merebahkan tubuhnya, jarinya mengusap usap bibirnya yang terasa kaku karena memaksakan senyuman tadi, dia berpikir sekali lagi, bahkan berkali kali

" minat, impian... hidup yang lebih baik ? " sungguh Langit tak mengerti arti ucapan Bumi, apa minat Langit ? apa impian Langit ? hidupnya pun sudah sangat baik, pemuda itu berusaha mencerna lagi salam perpisahan mereka

impian dan minatnya adalah Bumi, dan gadis itu tak menerima pernyataan cinta nya malam ini ? jika Bumi mengejar mimpinya sebagai penulis, harus kah Langit terus mengejar Bumi ? itu terdengar masuk akal, Langit menggelengkan kepalanya, dia meraih ponsel nya di saku celana, ah sedikit basah tapi tak mengganggu performa benda mahal itu

Langit menyandingkan miliknya dan sekotak lagi yang masih di segel

" dia bahkan menolak nya.. " bibir Langit mengukir senyum getir lagi..

***

jangan buang waktu masa muda mu, cari minat dan mulai lah meraih nya - Bumi dan Langit -