Chapter 16 - Berkumpul

Matahari sudah hampir menyelesaikan tugas nya, sebentar lagi senja akan tiba, Langit melirik jam tangannya dan menatap warna jingga di atas sana, dia masih setia bersamdar di tembok sekolah yang bukan tempat dia menimba ilmu

Seorang gadis keluar dengan headset putih di telinga nya, gadis itu melangkah perlahan sambil terus menyimak kata kata di dalam bukunya,sesekali dia menutup buku itu dan mcoba berkomat kamit sendiri, wajahnya yang serius dan tenang membuat senyum Langit ters berkembang

Langit menghadang jalan Bumi, membuat gadis itu terpaksa menghentikan langkahnya, dia mengangkat wajah dan tersenyum mendapati wajah pemuda yang sudah dia kenal

" kau.. " ucap Bumi sambil menyunggingkan senyum, Langit membalas senyuman itu

" bagaimana kelas sastra mu ? " tanya Langit basa basi, membuat satu alis Bumi naik

" kau sendiri ? " Langit nyengir saja, dia memasang wajah malu

" mm.. aku akan membuat satu puisi bagus suatu hari nanti " kalimat Langit membuat Bumi heran

" apa kau sedang membuat janji, atau sekedar harapan ? " bingung Bumi

" anggaplah itu harpan ku dan janji ke padamu " ujar Langit menunjuk pelan ke arah dada Bumi yang terhalang buku di dekapannya

" baiklah aku menunggu karya emas mu " Bumi meladeni janji Langit, pria itu membuat wajah bingung, dia tak tahu apa dia bisa melakukan ucapannya yang spontan tadi, daripada bingung Langit harus mengganti topik pembicaraan mereka

" oiya aku antar undangan untuk mu, undangan ulang tahun Max " selembar undangan diberikan pada Bumi, gadis itu menerimanya dan meneliti isi undangan itu

" kau akan datang kan ! " suara Langit terdengar sedikit memaksa, Bumi masih serius membaca isi undangan itu

" mm.. acaranya malam hari, aku harus memikirkannya dahulu " balas Bumi apa adanya

Mereka berjalan menyusuri trotoar, sesekali mereka terlibat obrolan ringan yang membuat kedua wajah ceria itu kian jelas, mereka tertawa sesaat lalu tersenyum, Langit dan Bumi menjadi dekat dengan begitu saja

" apa aku boleh mengantar mu pulang ? " pinta Langit di jawab wajah datar Bumi

" kenapa kau harus mengantar ku pulang, aku biasa berjalan kaki dan pulang sendiri " balas Bumi sedikit ketus, tapi Langit tak menyerah

" ayolah.. " sekarang pemuda itu sedikit merengek, membuat Bumi mengeryit dengan tingkah nya yang memohon untuk dikabulkan permintaanya itu, mengantar Bumi pulang

" sekali ini boleh ya aku antar kau pulang " pinta Langit menangkupkan kedua tangannya dengan wajah memohon, Bumi tak bisa lagi menahan tawa karena gemas dengan raut aneh yang dibuat oleh wajah tampan Langit

" haha.. kau akan menyesal setelah tahu rumah ku " gumam Bumi masih dengan wajah cerianya, Langit menarik tangannya, kini wajahnya sudah kembali seperti semula, pemuda itu tersenyum tipis

" kenapa aku harus menyesal " balas Langit mengiring langkah Bumi

" waktu bersama dengan mu semakin lama, bukan menyesal aku malah mensyukuri nya.. " Bumi menoleh ke arah Langit, begitupun pemuda itu, mata mereka bertemu dan saling menatap dalam, keduanya membuat garis ragu di bibir, menarik senyuman tipis

Degg.. degg.. degg..

Suara kendaraan yang lalu lalang, langit senja yang menjingga, Langit tak bisa berhenti menatap wajah Bumi yang juga membalas tatapan dalamnya, keduanya seperti menikmati desiran perasaan yang terasa aneh dan asing

****

Sebuah rumah berukuran kecil dengan pintu kayu nya, rumah tanpa penghalang pagar, di depan ada beberapa tanaman sayur yang bisa di konsumsi, Bumi menatap wajah Langit yang menatap lurus rumah nya

" apa kau terkejut ? " tanya Bumi sambil membuat senyuman kecil, Langit tersadar dari tatapan lamanya pada bangunan sederhana di depan sana

" ah, kita sudah sampai ? " tanya Langit berpura pura, Bumi mengangguk pelan

" iya, itu rumah ku, ah tepatnya tempat aku dan adik adik ku tinggal " ujar Bumu tanpa perasaan sungkan memberitahu Langit apa adanya, Langit memaksakan senyum dengan rasa miris di dalam dadanya

Bumi tersenyum kecil, dengan ragu Langit mengangkat tangannya, mungkin dia harus segera pergi ?

" kakaaaaakk !! " dua orang berhambur dan segera berebut memeluk Bumi, keduanya menyambut riang wajah kakaknya yang baru saja pulang di petang hari ini

" kakak hari ini pulang lama sekali kak ! " Pluto merengut

" kakak aku punya kue enak untuk mu, ayoo cepat masuk.. " Mars menarik lengan Bumi, dia sudah tak sabar untuk membawa kakak nya masuk dan ikut bergabung bersama mereka menikmati kue enak

Bumi mengikuti tarikan tangan Mars, dan kini Pluto pun ikut bergabung, dia meninggalkan Langit di belakang sana

" aah.. Langit. Apa kau mau bergabung ? " Bumi menoleh ke belakang mendapati pemuda yang mengantarnya melongo mengintip diantara palang pintu, tatapan Bumi membuat kedua adiknya tersadar ada orang lain di sini

" kakak!! " seru Mars dengan nada tinggi, Langit tersenyum saja

" kakak yang di sekolah kan ?! ayo masuk kaa.. " Mars segera menghampiri Langit dan meminta pemuda itu ikut bergabung, ternyata mereka sedang menikmati donat pemberian Langit, dan lihatlah ! bahkan toppingnya sudah meluber

" kakak donat nya enak sekali ! " ujar Pluto dengan wajahnya yang penuh cokelat, pria kecil itu mengacuhkan jempol dan mengucapkan terimakasih pada Langit

" jadi kau memberikan ini pada adikku " ujar Bumi tak percaya, Langit terlihat bingung harus menjelaskan bagaimana

" ah, kebetulan yang ku berikan itu adalah adik mu, sebelumnya aku tidak tahu " jawab Langit berbohong, Mars menaikkan alisnya mendengar penjelasan Langit yang tak jujur

" walau begitu aku ucapkan terima kasih " balas Bumi dengan senyum lebarnya, pemuda itu membalasnya walau fokus Langit masih mencoba melipat kakinya yang kaku, dia mencoba mengikuti gaya penghuni rumah, tapi lagi lagi kakinya sulit di tekuk hingga membuatnya terlihat kaku

Mars dan Pluto tertawa renyah melihat Langit yang kesulitan duduk di lantai dan melipat kaki, apa karena kakinya terlalu panjang, atau celana jeans nya yang kaku, yang jelas tingkah pemuda tampan itu sudah menambah satu kecerian lagi di sini

Pluto membuka lipatan kakinya dan mengajari Langit langkah perlangkah tapi tetap saja itu sulit untuk Langit, dia baru pertama kali mencoba nya

Bumi menahan tawa yang akhirnya pecah juga, gadis itu memberi jalan lain, dia melipat kakinya dan duduk di atas betis, Langit mengerutkan dahi, sepertinya posisi itu lebih sulit dan riskan untuk kejantanannya di masa depan, dia menggeleng cepat dan memutuskan untuk berjongkok saja

" hahahahaaa... " mereka kompak tertawa bersama

****

Jangan terlalu lelah berpikir, kadang mengalir apa adanya itu malah lebih membahagiakan ! - Bumi dan Langit -

Jangan lupa Vote, suka, dan komen ya... baca juga novel ku yang lain dengan cara klik nama ku di detail sampul depan, ada..

aku kamu dan masa itu

bukan salah jodoh

kampung ghaib

jalan terjal

dukung semua yaa supaya lebih semangat lagi menulis nya..