Chereads / JANGAN PERGI CINTA / Chapter 5 - MENCARI KEBERADAAN ALIYA

Chapter 5 - MENCARI KEBERADAAN ALIYA

Melihat Aliya yang begitu rapuh meninggalkan rumahnya, membuat pikiran Indira melayang ke masa lalu di mana dia juga pernah mengalami hal seperti itu. Masa di mana dia benar-benar berada di titik terendah dalam hidupnya.

"Aliya!!" Indira berlari mengejar Aliya, Entah kenapa ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengejar gadis itu sampai di depan gerbang rumahnya. Aliya sudah tak terlihat. Apalagi kalau tidak salah Aliya bilang mau pergi jauh. Jangan-jangan dia akan melakukan hal nekat. Pikiran buruk Kania sudah mulai kemana-mana.

"Kemana itu Aliya?" Kania merasa khawatir, sebelum ada kejadian seperti ini, dia sudah menganggap Aliya seperti anak kandungnya sendiri. Mengingat posisi Aliya yang sama dengan dirinya di masa lalu, membua ia merasa iba pada Gadis itu. Sekarang dia sudah bisa berpikir dengan jernih setelah tahu putranya tidak pernah melakukan perbuatan terlarang itu. Sakit memang karena Aliya tega memfitnah Bima. Tapi sekarang dia sudah kembali tenang dan lega.

Indira segera menghubungi orangtua Aliya tentang pengakuan Aliya barusan. Dan memastikan apakah Aliya sudah sampai di rumah atau belum.

"Pah, katanya Aliya belum sampai rumah. Ini sudah sore Pah. Kemana dia ya Pah? Mama khawatir," ucap Indira pada Satya.

"Mama sudah hubungi Bima? barangkali Bima tahu tempat yang biasa Aliya kunjungi?"

"Kenapa mama tidak kepikiran dari tadi?"

"Mama sedang panik makanya lupa."

******

Sudah tiga hari Bima mencari keberadaan Vano untuk membuktikan bahwa dirinya tak bersalah. Gara-gara pernyataan Aliya, Mamanya sampai sekarang tidak mau berbicara dengannya. Dia hampir frustasi dan enggan sekali untuk pulang ke rumah. Beberapa kali Aliya menghubunginya. Namun tak pernah dia terima. Bima sebenarnya kasihan pada sahabatnya itu. Tapi apa masih pantas Aliya disebut sahabat? Sedangkan dia begitu tega memfitnah dirinya?

"fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān"

Sayup sayup terdengar suara seorang gadis yang membaca Al-qur'an di masjid kampus. Suaranya begitu lirih namun masih bisa di dengar oleh Bima yang saat itu telah selesai mengerjakan shalat ashar. Dia pernah mendengar suara ini sebelumnya. Bukan suaranya yang membuat hatinya bergetar. Karena suara gadis itu sangat lirih. Namun kepribadian sang gadis yang membuatnya terpesona. Zivana Aurelia. Seorang mahasiswi berjilbab yang menarik perhatian Bima.

Bima ingin mengenal Zivana lebih jauh. Tapi saat mengingat dirinya yang harus menikahi Aliya jika dia tidak bisa mendapatkan Vano, membuat Bima ragu mendekati gadis itu.

"Hei Pak ustadz hati-hati zina mata."

"Astaghfirullah.. Gan gan ngagetin aja lo."

"Habisnya sejak tadi saya lihat Pak ustadz ngliyatin mbak cantik yang sedang membaca Al-Qur'an itu. Ada apakah gerangan Pak ustadz?"

"Udah deh ga usah sok formal gitu deh."

"Hahaha.. Kenapa ga coba nyatain perasaan aja sama dia Bim? Barangkali dia juga suka sama lo. Daripada lo cuma diam-diam ngliyatin dia aja."

"Udahlah Gan ga usah dibahas lagi. Siapa juga sih yang tertarik?"

"Halah ga usah bohong lo. Gue sering lihat lo diem-diem merhatiin dia lho."

"Sok tahu lo. Udah ah yuk ke basecamp. Anak-anak udah pada nungguin."

"Lha itu si eneng manis ga ditungguin Bang?"

"Lo belum pernah ditimpuk pake sepatu ya, Gan? Ngeledek terus dari tadi."

"Ampun bang.. jangan donk.. Sayang banget si Eneng dianggurin. Buat ane aja ya bang."

"Jangan.. Enak aja.. Jatah gue tuh."

"Cieee... keceplosan juga nih abang.. hahaha."

"Dasar rese lo. Udah ayo cabut."

"Eh kayaknya Hp lo bunyi tuh Bim."

"Iya nih, bentar ya." Bima mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar. Bima lantas menjauh dari Gani untuk mengangkat telponnya.

"Halo.. Assalamualaikum Ma."

"Waalaikumsalam. Bim, sebelumnya mama minta maaf ya karena mama kemarin marah-marah sama kamu. Tapi hari ini mama sudah tahu kebenarannya."

"Iya ma tidak apa-apa. Maksud mama kebenaran apa?"

"Tadi Aliya ke sini dan mengatakan semuanya pada Mama. Dia menyesal sudah memfitnahmu."

"Alhamdulillah.. Sekarang Mama percaya sama Bima kan?"

"Iya Nak, maafin mama. Harusnya mama tahu, kamu tidak akan melakukan hal seperti itu."

"Tidak apa-apa Ma. Yang penting mama percaya sama aku, itu sudah cukup, Ma."

"Terimakasih sayang.. Tapi Bim, Aliya tadi bilang dia mau pergi. Mama tadi berusaha mengejarnya tapi dia sudah tidak ada. Perasaan mama tidak enak. Lalu menelpon Tante Eva. Dan ternyata Aliya belum pulang, Bim. Mama koq jadi khawatir sama Aliya."

"Yang bener Ma?" Walau Bima sempat membenci Aliya, namun rasa sayang pada gadis itu belum sepenuhnya hilang. Dia masih menganggap Aliya seperti adiknya. Apalagi sekarang Mamanya sudah tahu yang sebenarnya.

"Iya, Bim. Kamu bisa bantu cari dia. Om Arman dan Papa juga lagi mencari Aliya sekarang."

"Iya Mah. Bima akan cari Aliya. Makasih ya Ma."

"Hati-hati ya, Nak. Kabari Mama kalau ada apa-apa."

"Iya Ma."

"Gan, sorry gue ga bisa ikut ke basecamp. Gue ada urusan mendadak. Salam buat temen-temen ya."

"Mau kemana lo?"

"Adalah pokoknya.. Udah ya gue cabut dulu." Bima berlari menuju ke tempat parkir. Tanpa ia sadari ada seorang gadis yang melihatnya dari kejauhan.

***

Bima mencari Aliya ke tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi. Dan sampai malam hari, jejak gadis itu tak ia temukan. Bima semakin khawatir. Mengingat Aliya sedang hamil. Bima menghubungi Papanya, namun mereka juga belum menemukan keberadaan Aliya.

'Kamu kemana sih Al? Kenapa selalu saja berfikiran pendek? Ga mikir apa akibatnya dari keputusan konyolmu ini?' Bima menggerutu dalam hati.

Dia kenakan lagi helmnya dan melaju lagi bersama motor kesayangannya. Tiba-tiba saja perut Bima keroncongan. Dia lupa belum makan dari tadi siang. Akhirnya ia mencari warung makan terdekat.

Kebetulan ada warung tenda nasi padang. Dia ingat Aliya suka sekali makan nasi padang.

"Aku mau rendangnya dua ya Bim." Bima tiba-tiba ingat ucapan Aliya yang selalu minta rendang dua, setiap kali ia mentraktir gadis itu.

Bima masuk ke warung makan nasi padang. Dia makan sendirian. Dia ingat bagaimana Aliya selalu saja makan dengan lahap dan bercerita banyak hal padanya. Bima merasa ada yang hilang.

"Tolong... Pak tolong.. Itu di depan ada yang pingsan." Bima mendengar teriakan salah satu pengunjung kalau ada yang pingsan di depan warung. Bima spontan menghentikan makannya. Dia dan pemilik warung segera keluar melihat orang yang pingsan.

"Mana mbak yang pingsan?"

"Itu Pak di sana." Pengunjung itu menunjuk ke dekat tempat parkir. dan benar ada gadis yang tergeletak di sana.

"Aduh ada-ada saja. Itu pingsan apa mati?Mana di depan warung saya lagi. Bisa berabe ini."

Pemilik warung hanya diam saja, membuat Bima geram. Akhirnya Bima yang menghampiri gadis yang pingsan itu.

"Aliya.."

*****