Setelah berdiskusi dengan Aliya dan orang tuanya, Zivanna langsung pulang ke rumah. Dia akan menyampaikan kabar ini kepada kedua orangtuanya. Menurutnya ini adalah masalah yang sangat besar. Karena menyangkut harga diri seseorang. Zivana tahu pasti kedua orang tuanya akan sangat kecewa pada Devano. Bagaimana Tidak? Selama ini orang tuanya sudah mendidik mereka dengan pendidikan agama sejak kecil. Tetapi kali ini Devano menorehkan luka yang amat dalam pada kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum." Zivana masuk ke dalam rumah dan melihat kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi.
"Waalaikumsalam nak. Zivanna dari mana? Kok sampai sore begini baru pulang?"
"Maaf Bunda, Zivanna Tadi mampir dulu ke rumah teman."
"Oh ya sudah."
"Zivanna mandi dulu ya Bun. Setelah itu Zivanna mau memberitahu kepada ayah dan bunda tentang sesuatu hal."
"Tentang apa sih?"
"Tentang kak Devano Bund. Ya sudah masuk dulu ya. Nanti Zi akan menceritakan semuanya pada kalian." Ayah dan Bundanya Zivana saling memandang satu sama lain. Mereka jadi penasaran tentang apa yang akan disampaikan oleh putri mereka. Tapi melihat putrinya yang tampak lelah, mereka membiarkan Zivana untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum bercerita kepada mereka.
Setelah menghabiskan waktu 30 menit di dalam kamarnya, akhirnya Zivana keluar untuk menemui kedua orang tuanya. Dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Karena Aliya tidak bisa menunggu dengan kondisinya yang sekarang ini. Ia merasa iba pada gadis itu. Ia bisa merasakan kesedihan yang Aliya rasakan.
"Ayah Bunda, maaf menunggu lama." Zivana duduk di kursi bersebelahan dengan kedua orangtuanya.
"Tidak apa-apa nak. Apa yang akan kamu katakan?"
"Ayah bunda sebelumnya Zivana minta maaf, mungkin berita yang Zi bawa kali ini akan mengejutkan kalian. Tetapi Zivanna harus menyampaikan kabar ini pada kalian. Agar masalah ini cepat selesai."
"Ada apa sebenarnya dengan Devano? Apa ini ada hubungannya dengan dia yang tiba-tiba saja pergi ke Singapura?"Ayah Zivanna yang mengatakan demikian. Beliau memang sempat curiga dengan putranya yang tiba-tiba saja pergi tanpa berpamitan kepada mereka.
"Iya ayah. Ini ada hubungannya dengan kepergian Kak Vano ke Singapura. Kak Devano sudah menghamili seorang gadis yah."
"Astaghfirullahaladzim." Ayah Zivanna sangat terpukul. Beliau sampai memegang dadanya karena terasa sesak dengan berita yang baru saja ia dengar. Sedangkan ibunya, meneteskan air mata. Karena tidak menyangka Putra yang selama ini ia didik tega untuk melakukan hal serendah itu.
"Bagaimana kamu bisa tahu Zi?"
"Kebetulan tadi Zivanna ke rumah wanita yang dihamili oleh kak Vano. Tadi Zi sempat syok Bun. Tetapi Zi mencoba untuk memposisikan diriku pada wanita itu. Perutnya sudah semakin besar, dia sudah mencoba untuk mencari Kak Vano selama ini. Tetapi tiba-tiba saja kak Vano menghilang tanpa kabar."
"Tapi ini tidak ada unsur pemerkosaan kan? Itu artinya mereka sama-sama suka kan?" Ayahnya Zivanna terlihat sangat emosi.
"Iya Ayah. Tetapi walaupun itu adalah kesalahan si wanita itu, tetap saja Kak Vano harus bertanggung jawab."
"Baiklah, kamu telepon Vano sekarang. Ayah akan suruh Devano untuk pulang malam ini juga. Ayah tidak mau tahu. Dia harus menikahi Gadis itu. Bikin malu keluarga saja."Ayah Zi memijit pelipisnya. Masalah ini membuat pikirannya kacau.
"Iya ayah. Tetapi tak Devano pasti tidak akan pulang kalau dia tahu ayah menyuruhnya untuk bertanggung jawab. Sepertinya kak Devano memang sengaja menghindar dari bertanggungjawab."
"Dasar anak kurang ajar. Kurang apa selama ini Ayah memanjakannya. Apa yang dia inginkan selalu ayah penuhi. Begini balasannya pada orang tua?"
"Sabar Ayah. Kita tidak boleh menyelesaikan masalah ini dengan emosi. Kita harus mencari jalan keluar agar Devano mau pulang tanpa ia curiga kalau kita sudah mengetahui masalah yang sebenarnya." Bunda Zi mencoba untuk menenangkan sang suami.
"Lalu bagaimana caranya? "
Zivana mengatakan pada kedua orang tuanya tentang ide yang sudah disusun sejak sepulang dari rumahnya Aliya tadi. Zivanna rasa dengan cara ini Devano akan mau untuk pulang ke jakarta.
"Benar katamu Zi. Selama ini ayah terlalu banyak memanjakannya. Hingga lupa mengajarkan dia bagaimana untuk mandiri dan bertanggung jawab. Dia hanya tahu bagaimana untuk menghabiskan uang tanpa tahu bagaimana susahnya untuk mencari. Jika semua fasilitas yang dia punya Ayah blokir, otomatis dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan ancaman seperti itu dia akan pulang ke Indonesia."
"Jangan lupa bilang kepada Om Farhan untuk jangan meminjam uang pada kak Vano ya Yah."
"Ya tentu saja. Biar kapok itu anak. "
"Zivana segera menelpon Devano setelah diskusi mereka untuk menyelesaikan masalah Devano dan Aliya.
"Halo." Terdengar suara serak diujung telepon. Sepertinya Devano baru bangun tidur.
"Halo Kak Vano. Baru bangun ya kak?
"Iya ada apa?"
"Ayah mau bicara sama kakak."
"Ayah? "
"Halo Vano. Jangan coba-coba untuk menutup telepon Ayah."
"Iya Ayah ada apa?"
"Kamu ini bagaimana sih? ayah sudah membiayai kuliahmu, tapi kamu Seenaknya cuti begitu saja. Emangnya kamu tidak memikirkan kami? "
"Maaf Ayah. Saat ini Vano benar-benar tidak bisa konsentrasi kuliah. Vano ingin menyendiri dulu."
"Pokoknya Ayah tidak mau tahu. Kamu harus pulang ke Jakarta malam ini juga. Kemarin Ayah sudah memberikan kamu kelonggaran. Tapi sekarang tidak akan ada lagi kelonggaran untukmu."
"Tapi yah.. ?"
"Pokoknya malam ini juga ambil penerbangan ke Jakarta. Atau kalau tidak, semua fasilitasmu akan Ayah cabut. Termasuk kartu kredit yang kamu bawa akan Ayah blokir."
"Ya jangan dong yah."
"Ya sudah kalau memang kamu masih mau menggunakan fasilitas itu, malam ini juga kamu pulang ke rumah. Pokoknya Ayah tunggu. Kalau sebelum subuh kamu belum sampai di rumah, besok pagi semua kartu kreditmu akan Ayah blokir." Tanpa menunggu jawaban dari Devano, ayahnya Zivanna menutup teleponnya. Dia yakin kali ini Devano akan menyerah dan akan pulang ke rumah.
"Bagaimana ayah? apakah Devano mau pulang?" Dia tidak sempat menjawab. Tetapi ayah yakin dia pasti akan pulang. Anak itu tidak akan bisa hidup tanpa uang. Jadi sudah pasti dia akan memilih untuk pulang."
"Semoga saja ya. Lalu bagaimana langkah kita selanjutnya? "
"Sudah berapa bulan usia kandungan pacarnya Vano? "
"Sudah 3 bulan ya. "
" Astaghfirullahaladzim. Ya Allah berikanlah aku kekuatan dan kesabaran menghadapi anakku yang satu ini. Salah apa Ayah sampai punya anak seperti ini."
"Sabar ya Yah. Mungkin ini ujian untuk keluarga kita."
"Mungkin Ayah yang salah terlalu memanjakannya. Ayah terlalu senang memiliki anak laki-laki. Ayah pikir dia bisa menjadi penerus Ayah di perusahaan. Tetapi kenyataannya dia malah berbuat sesuatu yang sangat mengecewakan Ayah."
"Semoga Kak Vano bisa berubah ya yah. Semoga saja dia mau bertanggung jawab pada Aliya. Kasihan Aliya, Dia terlihat sangat lemah. Bahkan tadi sempat pingsan waktu tahu Zi adalah adiknya Kak Vano. Beberapa bulan mereka sudah mencari keberadaan Kak Vano. Tetapi tidak membuahkan hasil. Bahkan ia sempat putus asa untuk tidak lagi mencari Kak Vano dan ingin membesarkan anaknya sendiri. Dia sangat menyesal atas apa yang diperbuatnya Yah. Zivanna tahu Aliya bukan perempuan murahan yang bergonta ganti pacar. Dia hanya mencintai kak Vano. Tetapi Kak Vano yang malah merusaknya."
"Zivanna anak ayah, sekarang harapan satu-satunya Ayah adalah kamu. Tolong jaga dirimu baik-baik ya nak. Jagalah mahkotamu. Jangan sampai kamu berikan pada seseorang sebelum waktunya. Dengan masalah ini kamu tentu banyak belajar kan? "
"Iya Ayah, Zivana belajar banyak dari masalah yang dihadapi kak Vano sekarang. Ini menjadi pelajaran berharga untuk Zivanna agar lebih hati-hati lagi dalam bertindak. Makanya selama ini Zi tidak pernah mau pacaran. Selain karena agama melarang, juga agar kita terhindar dari perbuatan zina."
"Kamu tidak usah terburu-buru untuk mencari pendamping. Selesaikanlah dulu kuliahmu. Sekarang Ayah berharap kamu bisa menggantikan posisi ayah di perusahaan. Karena sepertinya Vano sudah tidak bisa diharapkan lagi. "
"Tetapi akan lebih baik jika pemimpin perusahaan itu laki-laki Ayah. Dan Kakak Vano berhak untuk menggantikan Ayah."
"Iya mungkin akan Ayah pertimbangkan tapi nanti jika ayah melihat dia benar-benar berubah. Kalau sifatnya masih seperti ini, Ayah tidak akan bisa memberikan perusahaan ke tangannya."
"Kita berdoa saja semoga kak Vano benar-benar berubah ya, Yah. Semoga semua masalah ini bisa cepat selesai.
Tak lama kemudian ada sebuah pesan masuk lewat pesan Whatsapp.
"Zi, katakan pada ayah aku akan pulang malam ini juga. Tapi tolong jangan blokir kartu kredit ku. Aku tidak bisa hidup tanpa itu." Zivana tersenyum membacanya. Dia membalas dengan cepat.
"Ya Kak. Cepatlah pulang. Kalau tidak kamu akan menyesal nanti."