" Iya, sayang! Aku ini seorang pengusaha yang kompeten! Modal segitu hanya bisa mendirikan perusahaan kecil saja!" rajuk Nabil. Ratu menatap Nabil, Nabil memperlihatkan wajah sedihnya.
" Sudahlah, sayang! Yang penting kamu mencintaiku apa adanya!" ucap Nabil dengan nada kecewa, lalu dia melancarkan lagi aksinya dengan mencumbu Ratu hingga berkali-kali, karena dia tahu jika kelemahan wanita itu sama dengan wanita-wanita lain, yaitu adalah bermain di tempat tidur.
Keesokan harinya Fatma terbangun dengan tubuh sedikit lelah, dilihatnya suaminya tidak ada disampingnya. Apakah dia kecewa dan marah karena semalam? batin Fatma sedih. Kemudian dia bangun dan mandi junub lalu berjalan menuju ke kamar yang dipakai sebagai mushalla, sayup di dengarnya suara seseorang sedang mengaji. Dilihatnya suaminya sedang melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an dengan indah di dalam kamar tersebut. Fatma meneteskan airmata, Astaghfirullah! Dia telah berburuk sangka pada suaminya. Fatma masuk dan duduk di depan suaminya. Brian menghentikan bacaannya setelah selesai membaca Surat Al Waqi'ah, dia tersenyum melihat istrinya.
" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma.
" Wa'alaikumsalam! Kamu sudah bangun?" tanya Brian sambil mengecup kening istrinya yang biasa dilakukannya setelah membaca Al Qur'an ataupun shalat.
" Iya! Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Fatma sedih sambil mencium punggung tangan suaminya.
" Kamu terlihat sangat lelah! Jadi aku tidak tega membangunkanmu!" jawab Brian.
" Kamu sedih?" tanya Brian yang melihat bekas airmata di mata Fatma.
" Iya!" jawab Fatma menganggukkan kepalanya.
" Maaf! Aku tidak bermaksud seperti itu!" kata Brian kemudian dia mengecup kening istrinya sebagai tanda maaf.
" Ehm! Assalamu'alaikum!" sapa Iris tiba-tiba diikuti Fahmi dan Briana.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian dan Fatma.
" Duh! Pagi-pagi udah bikin mata ternoda!" ucap Briana.
" Masih kecil dilarang melihat!" sahut Brian, membuat Briana sebel.
" Aku sudah 20 tahun, Kak! Bukan anak kecil lagi!" balas Briana.
" Terus kalo bukan anak kecil, apa? Orang dewasa? Berati sudah siap nikah!" goda Brian.
" Maaaa! Kakak!" rengek Briana.
" Kak Zara!" Briana pindah ke kakak iparnya.
" Jangan menggoda adikmu terus!" ucap Fatma menatap suaminyasambil mengelus rambut Briana.
" Weekkkk!" ejek Briana yang merasa menang karena kakaknya itu langsung terdiam jika Fatma yang menegurnya.
" Lo..."
" Yan!" ucap Fatma lembut sambil menyentuh paha suaminya, Brian menghembuskan nafas dengan kasar, dia selalu tidak bisa marah jika Fatma yang dihadapinya.
" Kita shalat?" tanya Fatma, lalu mereka semua melakukan shalat subuh berjamaah dengan Brian sebagai imam. Di dekat rumah mereka tidak ada masjid, karena perumahan itu adalah perumahan elite milik orang-orang bule, Fahmi membelinya karena Iris suka sekali dengan lingkungan situ. Setelah selesai shalat mereka kembali ke dalam kamar masing-masing untuk bersiap-siap sarapan pagi.
" Sayang!" sapa Brian memeluk istrinya dari belakang.
" Ya?" jawab Fatma yang sedang mengambil baju ganti dari dalam lemari.
" Kapan kamu akan siap?" tanya Brian sambil membuka khimar Fatma dan mengecup leher putih mulus dan jenjang itu.
" Yan! Geli, ih!" ucap Fatma yang merasakan tubuhnya berdesir mendapat sentuhan dari bibir Brian.
" Aku udah nggak tahan sayang!" rajuk Brian. Fatma berjalan ke arah ranjang dengan Brian yang masih menempel ditubuhnya.
" Yan! Aku masih mempersiapkan diriku! Aku tidak mau sesuatu yang harusnya indah berubah menjadi hal yang buruk! Aku tahu jika suatu dosa besar menolak seorang suami yang menginginkan istrinya melayaninya, tapi aku tidak pernah menolakmu'kan?" tutur Fatma lembut. Brian memutar tubuh istrinya lalu menangkup wajahnya.
" Aku mencintaimu!" ucap Brian sambil mencium bibir Fatma dengan lembut dan dalam. Fatma tersenyum mendapatkan ciuman dari suaminya yang menurutnya sangat ahli dalam segala hal. Ponsel Fatma berbunyi, tapi Brian tidak melepaskan ciumannya.
" Emmmm!" ucap Fatma menunjuk ponselnya, Brian tidak menghiraukannya, bibir Fatma terasa sangat manis baginya, jika dia menyesapnya terasa kenyal dan sangat lembut hingga dia ingin selalu menelannya. Akhirnya Fatma hanya bisa pasrah dengan perbuatan suaminya, malah membalasnya dengan lembut pula. Tangan Brian ternyata tidak bisa diam, dia menelusuri tubuh Fatma hingga Fatma melotot merasa ada yang menyentuh dadanya. Fatma merasa tubuhnya bagai tersengat aliran listrik akibat sentuhan Brian yang lembut tapi kuat itu. Brian membuka khimar Fatma dan membuang begitu saja. Bibirnya berpindah ke leher Fatma.
" Yan! Kamu ada meeting pagi ini!" ucap Fatma yang berusaha menahan desahan dari bibirnya dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Tapi Brian tidak perduli, tubuh Fatma membuatnya ketagihan, setiap jengkal dari tubuh Fatma terasa pas dan nikmat di bibir dan tangannya. Ponsel Brian berdering, tapi tetap saja Brian tidak menghiraukannya.
" Aku harus keramas lagi, Yan!" ucap Fatma lembut, tidak ada jawaban, tangan Brian menarik bagian bawah longdress Fatma dan Fatma tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
" Tuan Muda! Nyonya Muda! Sarapan sudah siap! Nyonya menyuruh saya memanggil untuk makan!" kata Mbok Yem setelah mengetuk pintu kamar Brian, tapi Brian tidak juga menghiraukan.
" Yan,,,! Di..panggil...ma...ma!" ucap Fatma terbata akibat sentuhan Brian di bagian tubuhnya yang membuat aliran darahnya seakan memanas. Tetap saja Brian tidak perduli dengan ucapan istrinya, darahnya telah memanas akibat tubuh Fatma yang dirasakan bibirnya.
" Tuan Muda!" panggil Mbok Yem lagi dan mengetuk pintu lagi.
" Nyonya Muda!" panggil Mbok Yem. Kok, nggak keluar atau nyahut? Apa mereka tidur lagi? batin Yem. Brian merasa kesal karena harus mengakhiri permainannya dan harus menidurkan miliknya yang telah terbangun. Sialan! Bisa gila gue kalo gini terus! batin Brian lalu pergi ke kamar mandi tanpa melihat Fatma. Maafkan aku, Yan! Kamu hanya perlu menungguku sebentar saja! batin Fatma sedih. Dia merasa telah mengecewakan suaminya berkali-kali, Fatma membuka pintu kamarnya.
" Iya, Mbok! Sebentar lagi kami turun!" jawab Fatma sambil tersenyum.
" Iya, Nyonya! Pak Danis sudah menunggu juga! Saya permisi!" kata Yem.
" Iya, Mbok! Trima kasih!" jawab Fatma lalu menutup pintu kamarnya. Brian keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian setelah mandi keramas. Fatma melihat suaminya yang hanya diam dan memakai pakaian, dia masuk ke dalam kamar mandi dan mandi keramas juga. Setelah selesai dengan pakaiannya, Fatma duduk di meja rias dan sesekali mencuri pandang suaminya yang sedang asyik dengan laptopnya.
" Kita sarapan?" tanya Fatma kemudian.
" Hmm!" jawab Brian, lalu mematikan laptopnya dan meletakkannya di atas meja. Fatma berjalan mendekati suaminya dan melihat dasi Brian sedikit miring.
" Dasimu sedikit miring!" kata Fatma memegang bahu Brian yang akan berjalan ke arah pintu. Brian berhenti lalu memutar tubuhnya menghadap Fatma. Fatma menjinjit dan Brian sedikit membungkukkan tubuhnya, lalu Fatma merapikan dasi Brian. Wajah mereka berdekatan, jantung keduanya berdetak kencang.
" Sudah!" ucap Fatma setelah tersadar.
" Hmm!" jawab Brian, lalu berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya. Fatma berjalan keluar diikuti Brian, setelah sampai di tangga, tangan Brian memeluk pinggang Fatma yang sontak membuat gadis itu kaget tapi berusaha tenang.
" Pengantin baru lama sekali turunnya!" goda Briana. Mata Brian kangsung melotot ke arah Briana dan adiknya itu langsung menundukkan kepalanya. Mereke makan dengan tenang lalu pamit untuk pulang.
" Sering-sering kesini, ya!" kata Iris.
" Ins Yaa Allah, ma!" jawab Fatma.