" Astaghfirullahu! Tidak! Kamu tahu aku bukan wanita seperti itu!" jawab Fatma sedih dan takut. Brian mendekati wajah Fatma, sontak Fatma memejamkan kedua matanya dan perlahan menggerakkan kepalanya ke kanan.
" Aku menginginkannya sayang! Apa kamu mengizinkannya?" tanya Brian berbisik ditelinga Fatma. Fatma merasakan tubuhnya bergetar mendengar bisikan Brian, entah mengapa tubuhnya begitu menginginkan sentuhan dari suaminya seperti malam itu. Tanpa dapat dihentikannya, kepala Fatma mengangguk tanda setuju. Senyuman tipis merekah dibibir Brian, setelah membaca do'a dan meniup kepala Fatma, segera dia dengan lembutnya mengecup bibir Fatma lalu menciumnya. Kemudian disentuhnya dahi, hidung dan bibir Fatma dengan jari telunjuknya. Brian mengusap bibir Fatma dengan lembut dan seksi, hingga Fatma merasa tubuhnya mergetar lembut.
" Hisap jariku sayang!" bisik Brian lembut. Dengan malu-malu Fatma membuka matanya dan menghisap lembut ujung jari telunjuk Brian. Brian memejamkan matanya sejenak manikmati sensasi mulut Fatma. Tanpa menunggu lama, Brian mencium bibir Fatma dan bermain di dalamnya dengan penuh kelembutan agar istrinya itu merasa nyaman dan bergairah. Sementara itu tangan Brian bergerilya ke beberapa titik di tubuh Fatma, menyentuh dan mengusap dengan lembut. Dari mulai leher, dada hingga ke perut, membuat Fatma merasakan sesuatu yang baru lagi pada tubuhnya. Fatma menahan suara yang ingin keluar dari bibirnya dengan susah payah. Perlahan tapi pasti bibir Brian berpindah ke telinga, lalu turun ke tulang selangka dan terus menurun, sementara tangannya sudah tiba di daerah sensitiv Fatma, seketika Fatma bergetar dan desahan lolos dari bibirnya tanpa dapat ditahannya.
" Ahhh, Yan!" ucap Fatma pelan, dia sangat malu mendengar suaranya sendiri.
" Lepaskan, sayang! Jangan ditahan! Aku suaramu sangatlah seksi!" rayu Brian. Fatma sudah tidak mampu menjawabnya. Brian tersenyum senang, gairahnya semakin menggelora, dia terus bermain di bawah dengan lembut dan hal itu semakin membuat tubuh Fatma serasa tak terkendali. Brian telah membuat dirinya sangat bergairah dan basah. Akhirnya sentuhan demi sentuhan dari Brian membuat Fatma mendesah bahkan mendesis akibat kenikmatan yang telah halal itu. Berkali-kali Fatma mendapatkan pelepasannya akibat permainan Brian yang sangat lembut tapi memabukkan yang ingin memuaskan istri kecilnya. Fatma merasakan tubuhnya lemas hingga Brian menghentikan sejenak permainannya untuk memulihkan istrinya. Brian mengecup kening Fatma dengan sangat mesra.
" Apa kamu puas sayang?" tanya Brian lembut. Fatma tersipu, dia merasa sangat malu pada Brian karena merasa vulgar saat menanggapi pertanyaan itu, Fatma perlahan menganggukkan kepalanya.
" Aku tidak mendengarnya sayang!" goda Brian pura-pura tidak melihat Fatma.
" Kamu selalu menggodaku!" kata Fatma sebel masih dalam kelelahan.
" Suamimu sedang bertanya, sayang!" kata Brian menuntut.
" I...ya!" jawab Fatma malu.
" Iya, apa?" tanya Brian masih terus menggoda.
" Iya! Aku...pu...as!" jawab Fatma sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Hahaha! Kenapa kamu harus malu, sayang! Kita adalah suami istri!" ucap Brian senang karena telah berhasil menggoda istrinya. Fatma memutar tubuhnya membelakangi Brian, tapi dengan cepat Brian menahannya.
" Aku akan melakukannya, sayang!" bisik Brian. Sontak wajah Fatma menegang, kekhawatiran akan rasa sakit itu kembali menerjangnya.
" Pelan-pelan!" jawab Fatma takut.
" Aku akan sangat pelan dan hati-hati, sayang!" kata Brian. Kemudian Brian memposisikan tubuh mereka yang telah toples di bawah selimut.
" Buka matamu, sayang! Aku ingin kamu melihatku dengan penuh cinta!" kata Brian lembut. Fatma perlahan membuka matanya, dilihatnya pria tampan dan mempesona sedang menindih tubuhnya. Setelah Brian membuat tubuh Fatma siap, dia kembali membaca do'a dan mencium dahi istrinya lalu mencium bibir Fatma agar ketakutannya berkurang, perlahan dia melakukannya seperti saat malam itu.
" Aaaaa! Sakit, yan!" ucap Fatma, airmatanya ingin keluar tapi ditahannya.
" Sekali lagi sayang!" kata Brian. Astaghfirullah! Sempit sekali! Ya Allah! Bagaimana kami bisa bersatu jika istriku selalu merasa sakit begini? Brian merasa tubuh dan hatinya bertarung. Hatinya tidak tega mendengar dan melihat istrinya yang merasa kesakitan, tapi tubuhnya sangat menginginkan penyatuan ini. Apa yang harus hamba lakukan Ya Allah? Sekali lagi Brian melakukannya, kali ini dia melakukan dengan sangat pelan.
" Sa...kit, Yan!" keluh Fatma saat milik Brian belum juga berhasil menyatu, padahal dia telah membuat istrinya basah.
" Maaf, sayang! Kita akan melakukannya lain kali lagi!" kata Brian melepas tubuhnya dari tubuh istrinya.
" Maaf, Yan!" ucap Fatma, dia tahu jika suaminya itu kecewa, tapi dia merasa kesakitan saat milik Brian berusaha menerobos.
" Sudahlah! Masih ada hari esok!" jawab Brian tersenyum dan mencoba menghibur istrinya, walaupun sebenarnya dia sangat kecewa. Brian bangun dari tempatnya setelah mengecup kening Fatma lalu dia pergi ke kamar mandi dan meredam gejolak birahinya disana. Kenapa miliknya sempit sekali? Atau milikku yang terlalu...Arghhhh! Brian menatap miliknya dengan seksama, dia menghela nafas dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku telah berdosa lagi, Ya Allah! Aku mengecewakan suamiku! Secara tidak langsung aku telah menolak dia! Maafkan aku, Yan! Aku masih takut dan merasa tidak akan kuat menahan rasa sakit itu! batin Fatma sedih, sebutir airmata lolos dari sudut matanya.
Plakkk! Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat dipipi Nabil, wajah pria itu memerah karena marah. Bekas jari tangan wanita itu membekas dipipinya dan membuat pipinya menjadi merah.
" Sialan!" ucap pria itu lalu menampar kembali wanita itu hingga si wanita terhuyung dan sudut bibirnya pecah hingga mengeluarkan darah. Dijambaknya rambut wanita itu dan ditatapnya dengan tajam.
" Ini adalah pertama dan terakhir kali lo nampar gue!" kata Nabil lalu menepis wajah wanita itu. Tapi wanita itu seakan dibutakan oleh cintanya kepada Nabil, dia tidak terlihat marah akibat perbuatan Nabil.
" Maafkan aku sayang! Aku marah karena kamu ninggalin aku gitu aja kemarin!" kata wanita itu berdiri lalu memeluk Nabil dari belakang.
" Aku kerja!" jawab Nabil cuek.
" Aku tahu! Tapi aku ingin kita selalu bersama!" kata wanita itu. Nabil tersenyum smirk dan memutar tubuhnya, dipeluk dan diciumnya bibir wanita itu dengan senyum palsunya.
" Aku harus mengumpulkan uang untuk mendirikan perusahaan sendiri, sayang!" kata Nabil dengan wajah memelas, sambil membelai rambut wanita itu.
" Kenapa dengan perusahaanmu? Bukannya kamu adalah Direkturnya?" tanya wanita itu.
" Perusahaan ini milik Bosku, sayang! Aku ingin memiliki perusahaanku sendiri, karena itu aku harus bekerja keras mengumpulkan uang untuk modal!" kata Nabil merayu dan memulai triknya. Wanita itu menatap Nabil, dengan mautnya Nabil mencumbu wanita itu hingga membuatnya mengeluarkan semua rintihan dibibirnya. Ruangan yang tadinya sepi itu berganti ramai dengan desahan, erangan dan desisan dua orang anak manusia yang diakhiri dengan jeritan dari keduanya.
" I love you, Nabil!" ucap wanita itu lemas.
" I love you too, Ratuku!" jawab Nabil dan sukses membuat Ratu melambung di udara. Ratu tidur memakai lengan Nabil sebagai bantal dan mengelus dada Nabil.
" Memangnya kamu butuh dana berapa, sayang?" tanya wanita itu.
" Dana apa sayang?" tanya Nabil pura-pura lupa.
" Untuk mendirikan perusahaan?" tanya Ratu.
" 50 M, sayang!" ucap Nabil.
" Sebanyak itukah?" tanya Ratu kaget.