Ketika mereka sampai di rumah sakit nenek Margono sudah di pindahkan ke kamar VIP.
Chloe membuka pintu namun kakek Margono menghadangnya dan menarinya keluar
"apa yang terjadi pada nenek ?"
"plaakkk....." kakek Margono tidak menjawab tapi dia memukul kepala Chloe
"aduuh.....kakek apa-apaan ?" protes Chloe sambil mengangkat tangannya menangkis pukulan kakeknya, namun kakek Margono tidak menjawab dia terus memukuli Chloe sampai seorang perawat menghampiri.
"pak maaf, ini rumah sakit jangan membuat gaduh"
"aku harus memberi pelajaran cucu nakal yang satu ini, pembuat masalah" kata kakek Margono sambil terus mengayunkan tangannya dengan wajah geram.
Chloe dengan lincah menghindari pukulan kakeknya, hal itu justru membuat kakek Margono makin bersemangat mengayunkan kedua tangannya.
"kakek ! Chloe ! berhenti membuat keributan" Melinda muncul dengan wajah suram "ini rumah sakit kalian jangan membuat orang lain tidak nyaman, Marco..." Melinda menoleh menatap Marco yang bersandar di tembok dengan santai sambil melipat tangannya, seakan menonton sebuah pertunjukan "kenapa kamu tidak menghentikan mereka ?" omel Melinda
"eh...kenapa harus di hentikan ?" tanya Marco heran
Melinda memijat pelipisnya dengan gusar "kakek ! Chloe ! kalau kalian tidak berhenti aku akan panggil security" ancam Melinda "suster....." Melinda berteriak memanggil perawat.
"oke...oke...kakek berhenti" kakek Margono akhirnya berhenti memukuli Chloe "sekarang kamu yang berurusan dengan anak nakal ini" kakek Margono meninggalkan Chloe dengan kesal, dia masuk ke kamar nenek Margono.
"apa yang terjadi ?" tanya Chloe pada kakaknya
Melinda menarik adiknya "ayo bicara di kantin" Melinda menatap adik iparnya "aku pinjam istrimu dulu, kamu tidak usah ikut" ekspresi Marco langsung berubah dingin "aku tidak akan bawa lari dia, aku akan kembalikan, kamu tunggu di sini" kata Melinda menenangkan, lalu menarik Chloe pergi bersamanya.
Setelah mereka pergi Marco mengetuk pintu kamar lalu masuk dan dia melihat kakek Margono, tante Rani dan Felicia ada di dalam kamar.
"Marco.....kamu di sini ? mana Chloe ?" tanya tante Rani begitu melihat Marco
"dia pergi dengan kak Mei" jawab Marco sambil duduk di damping kakek Margono "bagaimana keadaan nenek ?" tanya Marco
"dia sudah lewat masa kritis, sekarang dia tidur" jawab kakek Margono sambil memijat keningnya "Marco, kamu harus mendisiplin istrimu"
"en..."
"kali ini kesalahan yang dia buat tidak akan semudah itu di maafkan, kalau sampai terjadi apa-apa dengan nenek aku akan menguliti anak itu" geram kakek Margono.
"ayah, kita masih belum tau kebenarannya, kita harus tanya Chloe dulu" bela tante Rani
"huh...kamu terlalu memanjakannya, itu sebabnya dia berani membuat ulah" kakek memelototi tante Rani
"bukankah ayah lebih memanjakannya ?"
"huh...." kakek Margono terkunci lidahnya, dia hanya bisa mendengus, karna yang di katakan tante Rani memang benar, kakek dan nenek Margono paling memanjakan Chloe.
Marco mendengarkan dalam diam, dia tidak paham duduk permasalahan yang mereka bahas, apa alasan kakek memintanya untuk mendisiplin istrinya, tapi karna itu amanat dari kakek tentu dia akan melaksanakannya dengan senang hati he....he.....he...
💞💞💞💞💞
Sementara itu di kantin rumah sakit
"kamu sudah makan ?" tanya Melinda saat mereka masuk kantin
"sudah sedikit, tapi aku mau beli kunyit asam saja" jawab Chloe sambil berjalan menuju tempat minuman dingin.
Melinda menyerahkan roti pada adiknya lalu mereka duduk berhadapan "kenapa nenek bisa kena serangan jantung, bukankah nenek tidak ada riwayat sakit jantung, lalu kenapa kakek begitu marah sama aku ?" tanya Chloe begitu dia duduk.
Melinda menatap adiknya lama, lalu menghela nafas. Dia menyesap minumannya dan kembali menatap adiknya.
"kenapa kamu menatapku seperti itu, membuatku takut saja" canda Chloe.
Melinda memelototi adiknya dan kembali menghela nafas. "C...apa kamu masih berhubungan dengan Andrew ?"
Chloe mengerutkan alisnya "berhubungan dalam konteks apa maksudmu ?"
Melinda menatap lurus mata adiknya "yah...berhubungan dalam semua konteks" jawabnya ambigu
Bibir Chloe berkedut, sepertinya dia bisa menangkap maksud pertanyaan kakaknya "kalau berhubungan yang mengarah ke hal romantis tidak ada, kalau berhubungan dengan kerjaan ehmm.....sepertinya ada ?"
"apa maksudmu dengan kerjaan ? sejak kapan kamu kerja kantoran ?" tanya Melinda heran
"heh.....waktu aku ngobrol sama kakek kamu belum pulang, jadi tanyakan sendiri sama orang tua itu" jawab Chloe masam.
"kapan terakhir kali kalian ketemu ?" selidik Melinda
Chloe mengangkat kedua bahunya sambil menjawab acuh tak acuh "seharusnya kemarin"
"apa yang terjadi antara kalian di bali ?" Melinda mulai ke niat awalnya membawa Chloe ke kantin.
"bali ?" Chloe mengerutkan keningnya "selain aku mengalahkannya waktu di pantai tidak ada apa-apa lagi yang terjadi, kenapa kamu tiba-tiba tanya tentang bali ?" Chloe menatap mata kakaknya penuh selidik
"lalu bagaimana perasaanmu sama Andrew sekarang ?" Melinda masih tidak menyerah
"hmmm....susah menjelaskan, setiap kali aku melihatnya kadang perasaanku biasa saja kadang kalau melihat dia menatapku tanganku gatal ingin menghajarnya" jelas Chloe sambil mengigit roti
"apa kamu jujur ?" desak Melinda
"kenapa aku harus bohong" Chloe menyelidik mata kakaknya "hei....pertanyanmu makin mencurigakan, katakan ada apa sebenarnya ?"
Melinda mengambil ponselnya dari dompetnya, membuka email dan menunjukkan sebuah foto pada adiknya.
Chloe melirik ponsel di atas meja lalu terkekeh.
"apa yang lucu ?" sergah Melinda "ini penyebab nenek kena serangan jantung"
"bagaimana nenek bisa melihat ini ? kamu menunjukkannya padanya ?"
"bukan aku ! , hari ini kakek dan nenek pergi ke kantor untuk bertemu dengan om Caleb, entah bagaimana nenek ke ruangannya Felicia dan melihat foto ini ketika dia membuka emailnya, Felicia mengatakan itu di kirim anonim" jelas Melinda
Chloe melihat kembali ponsel kakaknya dan melihat yang pengirimnya juga anonim. "lalu kakek ?"
"tentu saja dari Felicia, ketika kakek bertanya penyebab nenek pingsan"
"lalu dia langsung ngamuk begitu saja ? cih...dasar orang tua, kemampuannya sebagai CEO sudah berkarat, masa tidak di cari kebenarannya dulu, malah main hajar saja" gerutu Chloe
"jadi ???" Melinda menatap mata adiknya, membawa kembali ke pokok utama pembicaraan mereka.
"itu hanya foto, kejadiannya tidak seperti itu, kebetulan saja yang ngambil foto berdiri di sudut yang tepat untuk membuat seolah-olah aku menyodorkan diri untuk di cium" jelas Chloe santai.
"kamu sudah pernah lihat ini ?" tanya Melinda saat melihat reaksi adiknya yang santai. Chloe mengangguk "kapan ?" lanjut Melinda.
"hmm..."Chloe mencoba berpikir "aku lupa"
"jadi seseorang juga mengirimnya padamu ?"
"tidak, Marco yang menerima"
"lalu ?"
"dia bukan orang bodoh, tentu saja dia tau kalau itu hanya tipuan kamera"
Mendengar penjelasan adiknya Melinda mengambil ponselnya dan mulai memperbesar gambar, dia tentu saja menangkap maksud tersirat adiknya, kalau dia tidak bisa memastikan bahwa itu tipuan kamera berarti dia masuk kategori 'orang bodoh', siapa yang mau di bilang seperti itu oleh adik sendiri ?.
💞💞💞💞💞
Melinda dan Chloe kembali ke kamar nenek Margono di rawat.
Melinda masuk lebih dahulu lalu menyusul Chloe, ketika mereka masuk semua orang yang ada di ruangan menatap mereka.
"jadi apa sekarang aku di ijinkan masuk ?" tanya Chloe dengan mata bulatnya yang menggemaskan.
"siapa yang mengijinkanmu masuk ? keluar...." usir kakek Margono tanpa ampun.
Chloe mendesah "oke karna keberadaanku tidak di terima aku pergi" jawab Chloe tanpa beban, lalu dia menatap suaminya "kamu mau tinggal atau ikut aku pulang ?"
"tentu saja ikut kamu" jawab Marco sambil tersenyum dan berdiri dari tempatnya.
Chloe sudah berbalik hendak meninggalkan ruangan "hei.....berandal kamu pergi begitu saja ?" teriak kakek Margono
Chloe menoleh dan menjawab "lho....kakek yang menyuruhku pergi kan, jadi kenapa aku harus tinggal ?"
Kakek Margono semakin geram dengan gaya santai Chloe "kamu tidak mau menjelaskan apa yang salah dengan otakmu ?"
Chloe mengangkat kedua bahunya "untuk apa ? memang perlu ?, lagi pula sekarang bukan saatnya...sudah lah.....kakek aku pulang dulu, kakek jangan lupa minum adem sari biar gak emosi, terus tangannya di urut-urut pake minyak gosok soalnya pasti capek habis mukuli cucu imut kesayanganmu, ibu...." Chloe berpaling menatap tante Rani sambil mengerling "tolong jaga nenek ya, nanti kalau nenek bangun kasi tau kalau aku singgah tapi di usir sama kakek tua jahat itu"
"pergi kamu....pergi....kelakuanmu dan ayahmu sama saja" usir kakek Margono makin geram mendengar kata-kata Chloe.
"tentu saja, aku kan anak ayah dan jangan lupa cucu kakek, jadi kelakuan kami nurun dari kakek" kekeh Chloe meninggalkan kamar, di susul oleh suaminya, di ikuti oleh pelototan marah Kakek Margono.