Chapter 32 - Ke Salon Biar Cantik

Chloe membuka matanya dengan berat dia meraba meja di samping tempat tidur mencari ponselnya, namun ketika dia berniat menggeser tubuhnya untuk menggapai ponselnya sebuah tangan besar menariknya ke dalam pelukannya.

"kamu sudah bangun ?" tanyanya dengan suara serak

"hhmmm...."gumam Chloe

"kalau begitu kita akan melanjutkan" tiba-tiba badan besar suaminya sudah di atasnya

"tu...tunggu dulu, apa maksudmu ? kita sudah melakukannya sepanjang malam" protes Chloe, dia sudah tidak ada tenaga lagi untuk melakukannya, pinggangnya sakit, kakinya juga sakit.

"Marco ini pelecehan namanya"

"ini hukuman bukan pelecehan" dan Marco langsung menutup bibir Chloe dengan bibirnya.

Chloe kewalahan dan berusaha mendorong badan suaminya dengan tangannya, namun semua usahanya sia-sia, dan sekali lagi, eh bukan dua kali lagi dia menjadi santapan suaminya.

"bagaimana rasanya ciuman dengan sepupumu yang cantik dan seksi ?" goda Chloe setelah mereka berbaring lelah.

"eehhmmm....tidak seenak bibirmu" jawab Marco sambil berbaring miring menghadap istrinya dengan tangan menyangga kepala.

"ppfftt...siapa yang percaya" cibir Chloe

"lalu ciuman siapa yang lebih enak, aku atau Andrew ?" tanya Marco balik

"Andrew...? kami tidak pernah berciuman" jawab Chloe serius

"oya...? lalu siapa yang bertekad tidak akan cuci muka selama sebulan setelah di cium ?" Marco mengangkat sebelah alisnya dan menatap Chloe dengan tuduhan.

"oh....itu, Andrew mencium pipiku bukan bibirku lagi pula akhirnya malamnya aku cuci muka, kalau tidak bagaimana aku bisa tidur nyenyak" jelas Chloe dengan cemberut "tapi.....tunggu.....dulu....." Chloe akhirnya memiringkan badannya menghadap suaminya "bagaimana kamu tau kalau aku tidak akan cuci muka sebulan setelah di cium Andrew ?" selidik Chloe.

Marco terdiam, ah....sial dia keceplosan.

Marco masih berpikir bagaimana dia akan membuat alasan, Chloe menatap dengan curiga "Marco....kamu membaca buku harianku ?"

"en..." jawab Marco jujur

Chloe langsung melompat dan duduk di atas perut suaminya "brengsek....Marco apa kamu tidak tau apa itu privasi ?" tanya Chloe galak

"en.....kita suami istri seharusnya tidak ada rahasia lagi kan ? bahkan bagian dalammu saja aku sudah lihat" seringai Marco

"bagian dalamku apa ?" tanya Chloe bingung, dia menunduk dan sadar bahwa dia masih telanjang "brengsek cabul" teriak Chloe sambil beranjak dari perut suaminya, tapi Marco menarik pinggangnya.

"karna kamu sudah mengambil inisiatif, jadi aku tidak keberatan kamu melanjutkan" kata Marco dengan senyum licik.

"brengsek Marco.....kamu memang serigala....." umpat Chloe, namun akhirnya dia di tarik oleh suaminya dan sekali lagi di.....makan.

šŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’ž

Marco dan Chloe bergabung di meja makan untuk sarapan dan tidak mengejutkan saat mereka turun tangga bersama dan duduk berdampingan di meja makan.

Melinda melirik pasangan ini lalu melirik tante Rani dan mereka saling mengedipkan mata penuh arti.

"kalian membuat kode apa lagi ? jangan berpikir aku tidak memperhatikan mata kalian yang kejang pagi-pagi" kata Chloe sambil menyendok nasi fan meletakkannya di piring Marco.

"apa ? kode apa ?" elak Melinda "kami tidak melakukan apa-apa" Melinda dan tante Rani kembali saling mengedipkan mata, Chloe memutar bola matanya.

"jadi...kalian sudah berdamai ?" tanya tante Rani penuh arti.

"damai ? kami memang tidak bertengkar kok" jawab Chloe santai

"tidak bertengkar ?...lalu arti tutup mulutmu selama dua hari itu apa ?" tuduh tante Rani dengan mata membelalak

"oh.....itu aku cuma lagi males bicara, hemat energi"

"bukannya itu karna kebiasaanmu, sejak dulu kalau ada masalah kamu akan mendiamkan semua orang" kata Melinda

"kakakmu benar, kamu harus belajar dewasa, kamu sudah berumah tangga, kalau ada masalah atau kesalah pahaman kamu harus membicarakannya berdua, bukan saling mendiamkan, ketika bicara pun harus berkepala dingin jangan pakai emosi" tambah tante Rani "dan dasar sebuah pernikahan yang harmonis adalah saling jujur dan percaya"

"ya....ya....ngerti...lihat cara kalian bicara, sudah jelas kalian memihak ke arah mana, seakan anaknya ibu adalah Marco bukan aku" gerutu Chloe

"sejak Marco menikah sama kamu dia sudah menjadi anak ibu, jadi ibu tidak akan pilih kasih" jelas tante Rani

"selamat pagi..." tiba-tiba sosok perempuan berambut pirang memasuki rumah dan langsung ke berjalan ke arah meja makan.

"bi....kenapa kamu datang sepagi ini ?" tanya Melinda

"aku numpang sarapan, terus mau menculik Chloe" jawab Febiola langsung menarik kursi dan duduk di samping Melinda

"kalian mau pergi bareng ?" tanya Marco was-was.

Chloe dan Febiola mengangguk bersamaan

šŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’ž

Usai sarapan Chloe dan Febiola pergi mencuci piring Melinda menemani tante Rani ke pasar, sedangkan Marco duduk di ruang tamu dengan laptop di meja.

Selesai mencuci piring Chloe dan Febiola keluar dari dapur sambil saling merangkul dan tertawa cekikikan, Marco melirik mereka dengan dengan muka masam.

"kamu tidak pergi kerja ?" tanya Chloe heran saat melihat suaminya masih duduk di ruang tamu dengan baju kasualnya.

"kalian mau pergi kemana ?" tanya Marco balik tanpa menjawab pertanyaan istrinya.

"mau ke salon, terus mau ngemall" jawab Chloe riang.

"kamu tidak kerja ?" tanya Marco lagi, Chloe menggeleng "kamu tidak kerja selama tiga hari, tidak kangen dengan toko ?" Chloe menggeleng lagi "kalau begitu aku akan menemani kalian"

Ngeeeekkk.....

Chloe dan Febiola saling pandang "yakin mau menemani kami?" tanya Chloe memastikan, Marco menatap matanya dan mengangguk dengan yakin.

Chloe dan Febiola saling pandang lagi dan mereka mengangkat kedua bahunya.

Akhirnya mereka naik di mobil Marco, dengan tegas Marco memaksa istrinya untuk duduk dengannya di kursi depan, dan membiarkan Febiola duduk sendirian di kursi belakang.

Mereka baru keluar dari kompleks perumahan saat ponsel Marco berdering, "tolong angkat telponku" pinta Marco sambil melirik ponsel yang tergeletak di samping kursi, nama Tuan Suri muncul di layar

"ini papa" kata Chloe ragu, kalau papa yang menelpon bukankah itu hal yang penting.

"kalau begitu ambilkan headset"

Chloe mengambil headset dan memasangkannya di telinga suaminya.

Setelah mendengar percakapan mereka lewat telpon Chloe tahu ada hal mendesak yang harus di bereskan di kantor "kamu pergi bantu papa gih, kami bisa pergi sendiri" kata Chloe sambil tersenyum manis.

Melihat senyum istrinya ekspresi Marco makin suram, dia melirik kaca spion sebentar lalu beralih kembali melirik istrinya "itu bisa di bereskan nanti, aku akan temani kalian" jawab Marco keras kepala, dia tidak bisa mengatakan kalau dia cemburu melihat istrinya dan si rambut jagung itu pergi hanya berdua.

Tapi seakan bisa membaca pikiran suaminya Chloe berkata "Marco, selesaikan urusan kantor, tidak perlu mengkhawatirkan aku dan Febi, lagi pula hubungan kami murni persahabatan tidak ada yang lain"

Mendengar komentar Chloe, Febiola yang tengah mengutak-atik ponselnya tersenyum dan menjawab "seandainya aku tahu kamu akan menikah dengan pria posesif seperti ini, aku akan memakanmu sejak lama C..."

"bi..." pelotot Chloe, gadis ini bukannya membantu malah memprovokasi serigala pencemburu.

Marco melirik Febiola yang tersenyum jahil dari spion dengan pandangan membunuh "di mana kamu mau turun ?" tanya Marco kembali mengalihkan perhatiannya pada istrinya.

"salon Lady di depan mall"

Marco mengerutkan keningnya "bukannya tadi kalian mau ke mall, kenapa sekarang jadi salon ?"

"ya kami mau ke salon dulu baru ke mall" jelas Chloe

Marco melirik istrinya tidak suka, untuk apa dia berdandan sebelum ke mall ? siapa yang akan dia temui ? "mau apa kamu ke salon ?"

Mereka sudah hampir sampai di depan salon "tentu saja untuk perawatan, aku mau facial, creambath, massage" jawab Chloe dengan senyum menawan

"untuk apa kamu melakukan semua itu ?" tanya Marco dengan wajah semakin suram

"tentu saja biar aku tambah cantik, bukannya semua pria suka kalau wanitanya cantik ?"

Marco mendengus "aku tidak butuh itu, bagiku kamu terlihat cantik saat berbaring telanjang di bawahku"

"MARCO....KAMU CABUL.....TIDAK TAU MALU..." teriak Chloe dengan pipi mengembung dan wajah merah, dia meninju lengan suaminya dengan sekuat tenaga lalu berbalik membuka pintu tepat saat mobil berhenti di depan salon. "ayo bi"

Febiola mengikuti Chloe turun dari mobil dengan seringai di wajahnya, saat melihat jemari Chloe yang memerah setelah memukul lengan suaminya, Febiola meraihnya dan berkata dengan kuawatir "tanganmu merah, apa itu sakit ?" Chloe mengangguk

"Hei...apa yang kalian lakukan ? Chloe kembali ke mobil" teriak Marco marah melihat kedua wanita yang bertingkah mesra di tempat parkir.

Febiola menyeringai makin lebar, dengan penuh provokasi dia meraih pinggang Chloe dan membawanya masuk ke salon.

"Hei...damn.....rambut jagung lepaskan istriku" teriak Marco sambil membuka pintu mobil, tapi ponselnya berdering tidak berhenti membuatnya kembali duduk di balik kemudi, melihat bahwa yang menelpon tuan Suri akhirnya dengan kesal dia melirik pintu salon yang telah tertutup dan menginjak pedal gas dengan marah.

šŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’žšŸ’ž

Setelah memanjakan diri di salon Chloe dan Febiola berkeliling mall tanpa niat untuk belanja, mereka hanya keluar masuk toko tanpa membeli apa pun, tapu saat melintas di depan outlet baju olahraga Chloe melihat baju renang, dia berhenti dan menoleh pada sahabatnya "berenang yuk ?"

"dimana ?" tanya Febiola malas, dia tidak terlalu suka berendam di air dengan banyak orang asing

"Marco punya sebuah kamar griya tawang dengan kolam pribadi di hotel sebelah" jelas Chloe

"benarkah ?....oke.....kita pergi" jawab Febiola semangat.

Dan akhirnya mereka berdiri di depan meja resepsionis untuk meminta kunci, namun pihak hotel menolak memberikannya. Akhirnya dengan terpaksa Chloe menelpon Marco.

Marco tengah mendengarkan Jason mengeluh di kantornya sambil membaca dokumen yang di letakkan Laura di atas meja saat ponselnya berdering, melihat bahwa yang menelpon istrinya sudut bibirnya langsung tertarik ke atas.

"hallo.....apakah kamu merindukanku ?" sapa Marco tanpa basa basi

"jangan ge er" jawab Chloe cepat "Marco....aku ada di hotel, bisa kamu bicara sama resepsionis untuk memberikanku kunci kamar griya tawangmu ?"

"tentu, berikan telponnya pada resepsionis"

Chloe menyerahkan ponsel dan menunggu beberapa saat Marco berbicara dengan resepsionis, dan kemudian kunci kamar di serahkan padanya

"suamiku saya terima kasih" kata Chloe manis, membuat Marco yang mendengar di seberang tersenyum

"ucapan terima kasih saja tidak cukup, nanti kamu harus memberikan pembayaran yang lebih memuaskan" goda Marco

"tentu saja, ok aku pergi dulu daa...."

Marco tersenyum sampai ujung bibirnya hampir mencapai telinga

"Chloe yang menelpon ?" tanya Jason saat melihat senyum kakaknnya. Marco mengangguk, mengabaikan panggilan Jason pada istrinya "memang apa yang dia lakukan yang membuatmu bahagia ?" tanya Jason penasaran

"dia di hotel menungguku" senyum Marco masih belum hilang

"hotel ? kenapa bukan di rumah ?" Marco tidak menjawab adiknya "yakin di hotel dia menunggumu bukan untuk bertemu orang lain ?" tambah Jason

"tentu saja menunggu.....ku....eh....brengsek.....kenapa tidak terpikir olehku" Marco seakan baru menyadari sesuatu, dia mengambil ponselnya dan menelpon istrinya tapi tidak di angkat, Marco mengulangi lagi dan tetap sama.

Segera dia berdiri dan bergegas ke luar kantor. Jason melihat kakaknya melongo.

Marco sampai di hotel tidak sampai satu jam, dia langsung bergegas masuk ke dalam lift, tapi sebelum pintu menutup seseorang masuk.

Marco melirik pria yang baru masuk dan pria itu juga tengah meliriknya

"Andrew ?"

"Marco ?"

Mereka menyapa bersamaan

"kamu ke lantai berapa ?" tanya Andrew sebelum memencet tombol.

"aku ke griya tawang di lantai teratas" jawab Marco acuh

"eh.....aku juga ke griya tawang" jawab Andrew.

Sebuah tanda alarm berdering di kepala Marco, ekspresinya langsung berubah menjadi semakin dingin.