Mendengar penuturan Marco dan wajah merah cucunya, nenek Margono tersenyum. Sikap posesif Marco pada Chloe mengingatkannya pada sikap kakek Margono dulu padanya waktu mereka masih muda.
"bisa saja kamu mengatakan itu untuk membela istrimu, lagi pula tidak ada buktinya" kata Felicia dengan angkuh.
Marco tersenyum miring "aku punya bukti" Marco menoleh pada istrinya "boleh minta tolong ambilkan laptopku di....."
"oke π" jawab Chloe sambil melesat keluar ruang keluarga.
Hanya hitungan detik Chloe telah kembali dengan ransel laptop. Sudut bibir Marco berkedut melihat betapa cepatnya istrinya bergerak, sepertinya malam ini dia bisa menemani istrinya untuk menghabiskan tenaga bersama lagi.
Jari-jari Marco langsung menari dengan lincah di atas keyboard begitu laptop menyala, dan beberapa menit kemudian di tivi muncul gambar rekaman cctv di lorong kamar hotel tempat mereka menginap semalam.
Waktu yang tertera menunjukkan dari saat Chloe masuk ke kamar milik Marco, lalu menyusul gambar Andrew dan Marco yang memasuki kamar masing-masing sampai gambar tadi pagi ketika Chloe dan Andrew tanpa sengaja bertemu di dalam lift, bahkan gambar di dalam lift juga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi apa pun yang tidak senonoh yang menunjukkan indikasi perselingkuhan antara Chloe dan Marco.
Semua orang menghela nafas lega setelah melihat rekaman cctv, kecuali Felicia.
Felicia menggertakkan giginya dan itu tidak luput dari penglihatan Chloe "Fel hatimu terlalu penuh dengan kecemburuan, membuat penilaianmu terhadap orang menjadi kabur" tutur Chloe.
"jangan berlagak sok lugu kamu, bukankah saat itu kamu mendekati Andrew karna kamu iri aku dekat dengannya ? dengan tampang polosmu dan gaya centilmu kamu menipu semua orang agar mereka mencintaimu, hatimulah yang tidak murni" Felicia menyerang Chloe dengan penuh kebencian "sejak awal kamu tahu kalau aku adalah teman terdekat Andrew, dan kamu tau kalau aku mencintai dia, tapi kamu sengaja menggodanya, kamu bahkan memanfaatkan kesempatan ketika aku sekolah di luar negeri untuk menikahi Andrew, kamu yang terlihat polos dan acuh sebenarnya penuh skema jahat" Felicia menumpahkan semua kepahitannya selama ini pada Chloe di depan keluarganya.
"Fel.....kamu salah, Chloe tidak pernah merayuku, aku lah yang sejak awal jatuh cinta padanya" Andrew mencoba membela Chloe.
"seandainya dulu aku tidak mengundangmu ke ulang tahun kakek maka kamu tidak akan pernah mengenalnya" kata Felicia pahit "aku sudah bertahun-tahun dekat denganmu, bertahun-tahun jatuh cinta padamu tapi kamu sama sekali mengabaikanku"
"tunggu....Andrew" sela om Caleb "kamu mengatakan mencintai Chloe, lalu bagaimana kamu akhirnya menikah dengan Felicia ?....apa kamu berniat mempermainkannya ?"
"itu....." Andrew ragu-ragu untuk menjawab, dia melirik Felicia.
"ayah....itu bukan salah Andrew, Chloe yang membatalkan pernikahan bukan Andrew" Felicia mencoba membela suaminya
"om.....itu sudah berlalu, tidak perlu di ungkit lagi, toh sekarang aku sudah menikah, Felicia juga akhirnya menikah dengan orang yang dia cintai seumur hidupnya, yang perlu kita selesaikan kesalahpahaman perselingkuhan" Chloe tidak ingin membicarakan hal yang pernah membuatnya melakukan kebodohan dengan mencoba bunuh diri.
"hhmmm.....meski kakek juga tidak suka dengan insiden itu, tapi kakek sekarang ingin mendengarkan penjelasanmu, sampai sekarang kakek masih merasa malu tiap kali bertemu dengan orang tua Andrew karna kekacauan yang telah kamu buat" kakek Margono akhirnya angkat bicara "saat itu kamu ngotot tidak mau menjelaskan alasanmu, membuat orang membuat spekulasi yang tidak-tidak, sekarang kita selesaikan semuanya, agar ke depannya tidak ada lagi kesalahpahaman lagi dalam pernikahan kalian"
Chloe menghela nafas "oke...karna kalian memaksa, tapi jujur aku tidak ingin mengatakan alasannya karna aku tidak mau membuat orang lain di permalukan" selesai mengatakan itu Chloe menatap Andrew dan Felicia.
Telapak tangan Andrew berkeringat ketika mendengar penuturan Chloe, hati nuraninya merasa bersalah. Andrew melirik Felicia yang duduk tak bergeming.
"kakek tentu masih ingat malam hari ketika aku dan ayah datang menemui kakek untuk membatalkan pernikahan ?" kata Chloe pahit, dia merasa sakit hati mengingat hari itu ayahnya di tampar oleh kakek karna keputusannya untuk membatalkan pernikahan. "hari itu, pagi harinya seharusnya aku pergi dengan Andrew untuk mencoba gaun pengantin untuk terakhir kalinya, Andrew berjanji akan menemaniku jadi aku pergi ke apartemen Andrew untuk menjemputnya, tapi ketika aku sampai di sana..." Chloe menggantung kata-katanya dan menatap kakeknya seakan memohon belas kasihannya untuk tidak melanjutkan "kakek yakin mau mendengarnya ?" tanya Chloe akhirnya
Kakek Margono menatapnya dingin "lanjutkan !"
Chloe menghela nafas lalu melirik Andrew yang saat ini menundukkan kepalanya "ketika aku masuk aku melihat Andrew dan Felicia sedang bergulat dengan sengit di tempat tidur tanpa selembar baju di badan mereka" lanjut Chloe lirih, dia mengepalkan tangannya tanpa sadar.
Mendengar kata-kata Chloe pasangan tua Margono serta om Caleb dan istrinya merasa syok.
"untuk lebih jelasnya apa yang terjadi di antara mereka, sebaiknya kalian bertanya langsung pada mereka, kami pulang dulu" kata Chloe sambil berdiri dari kursinya dan menarik suaminya untuk mengikutinya.
"Chloe....." kakek Margono mencoba menghentikannya, tapi nenek Margono mencegahnya.
πππππ
Setelah Chloe dan Marco pergi ruang keluarga menjadi hening.
"nenek rasa, apa yang di katakan Chloe benar" akhirnya nenek Margono memecah keheningan "tidak seharusnya kita mengungkit hal-hal yang telah berlalu, sekarang kita sudah tahu kebenarannya dan toh akhirnya Felicia dan Andrew telah menikah, Chloe juga sudah menikah, kesalahpahaman juga telah di selesaikan jadi nenek harap kalian tidak menyesali keputusan yang telah kalian buat ketika menikah, kalian bicarakan masalah rumah tangga kalian, kakek dan nenek tidak akan ikut campur" kemudian nenek Margono beranjak dari tempat duduknya di ikuti oleh suaminya.
Sekarang di ruang keluarga tinggal om Caleb, tante Rosi, Felicia dan Andrew, suasana kembali hening.
"jadi Andrew bisa jelaskan apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu ?" tanya om Caleb akhirnya "apa yang di katakan Chloe benar ?" Om Caleb menatap tajam pada anak dan menantunya.
Andrew mengangguk pasrah dan menjawab "iya ayah"
"lalu mengapa kalian tidak mengatakannya sejak awal, saat Chloe memutuskan pertunangan kalian hanya diam menonton, tanpa ada niat menjelaskan semuanya dan Felic, mama ingat ketika kamu meminta untuk menikah dengan Andrew kamu mengatakan bahwa sebenarnya Andrew melecehkanmu lalu apakah itu benar ? atau itu hanya skemamu untuk merebut Andrew ?" tante Rosi yang sejak awal hanya diam akhirnya juga angkat bicara.
"itu......" Felicia melirik Andrew
"katakan saja dengan jujur, semua telah terungkap, tidak perlu lagi di tutupi" kata Andrew dingin.
"aku....aku....tidak tahu kalau Chloe hari itu akan datang ke apartemen Andrew, saat aku keluar dari bandara aku hanya punya niat untuk bertemu Andrew dan mengungkapkan perasaanku......."
"Fel......" potong Andrew
Felicia meremas tangannya gelisah "aku tidak rela Andrew menikah dengan Chloe, karna aku jauh lebih mencintai dia, jadi aku memberikan obat perangsang pada minuman Andrew" air mata mengalir di pipi putih Felicia.
Om Caleb dan tante Rosi bersandar dengan lemas di kursi, mereka sungguh tidak menyangka bahwa anaknya akan melakukan trik kotor untuk merebut laki-laki yang akan menikahi sepupunya. Wajar kalau Chloe lebih memilih diam dan membiarkan orang lain salah paham terhadapnya, karna dia menganggap apa yang di lakukan oleh sepupu dan tunangannya adalah sebuah aib.
"nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa di sesali lagi, sekarang kalian harus menanggung konsekuensi terhadap apa yang telah kalian lakukan, kalian berdua bereskan urusan rumah tangga kalian kami juga tidak akan ikit campur, kecuali satu hal, kami tidak menerima perceraian" setelah mengatakan itu om Caleb berdiri dan pergi, tante Rosi juga melakukan hal yang sama, dia pergi dengan ekspresi kecewa.
πππππ
Sementara itu Marco dan Chloe dalam perjalanan pulang. Sepanjang jalan Marco melirik istrinya mencoba membaca ekspresinya, tapi karna dia memalingkan mukanya menghadap jendela Marco tidak bisa melihatnya dengan jelas.
"kapan ingatanmu kembali ?" tanya Marco
"saat kamu berbuat hal yang tidak senonoh dengan sepupumu" jawab Chloe tanpa berpaling dari jendela.
"jadi, apa kamu masih sakit hati dengan perselingkuhan manatan tunanganmu ?" Marco mengabaikan sindiran istrinya, meski dia merasa tidak nyaman di katakan melakukan hal yang tidak senonoh dengan Jocelyn.
"aku lebih sakit hati saat melihatmu memakan bibir sensial sepupu cantikmu" Chloe masih tidak meliriknya sama sekali.
"maaf" jawab Marco tegas, Chloe kaget mendengar permintaan maafnya yang sungguh-sungguh, seorang egomaniak seperti dia "saat itu aku sedang tidur, dan aku sedang memimpikanmu" Chloe akhirnya menoleh dan melihat rona merah di wajah suaminya, apa-apaan ini ? jangan bilang saat itu dia sedang mimpi mesum "aku bermimpi kamu menciumku, dan tentu aku bersemangat, jarang-jarang kamu mengambil inisiatif untuk memulai, tapi aku merasa ada yang aneh, bentuk bibirnya berbeda dan rasanya juga berbeda terlebih lagi aromanya juga..."
"Marco kamu menjijikkan, kamu..." potong Chloe dengan jijik
"aku serius"
"lalu apa kamu juga memegang dadanya dan mengukurnya ?" tanya Chloe selanjutnya, nadanya penuh ancaman.
"hhmmm....hampir, saat aku merasa ada yang salah, aku membuka mata dan melemparnya"
"apa....? coba ulangi" Chloe takut dia salah dengar
"aku melemparnya" ulang Marco patuh
"maksudmu melempar, dalam artian melempar secara harfiah ?" Chloe melotot tidak percaya
"hhmmm..."
"bapak Marco tidakkah kamu merasa terlalu kejam ?"
"bukankah kamu lebih kejam dengan menendang selangkangan penculikmu ? aku ragu apakah barangnya masih bisa di pakai" Chloe melongo, kenapa jadi beralih ke orang yang menculiknya, mata Chloe berkedip bingung, akhirnya Marco menambahkan "lalu kamu berharap aku akan melanjutkan menciumnya dan muntah ?" ekspresi jijik tergambar jelas di wajah tampan Marco.
Sekali lagi mata Chloe berkedip dan mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya yang keluar dari mulutnya adalah "lupakan.....anggap saja Jocelyn sial"
Marco melirik istrinya "jadi bagaimana perasaanmu setelah mengatakan kebenaran pada keluargamu ?"
"aku merasa lega, seakan ikatan di hatiku telah lepas" jawab Chloe dengan wajah lega.
"sekarang kita mau kemana ? rumah, hotel atau rumah ibumu ?"
"aku pengen makan empek-empek" jawab Chloe tidak nyambung
"di mana ada penjual empek-empek ?"
"berhenti di depan, sebelah kiri ada penjual empek-empek"
Marco mengikuti instruksi istrinya, dia memasang lampu sen dan memarkir mobilnya di sebelah kiri jalan, setelah mobil berhenti dia mengikuti istrinya turun dari mobil, saat melihat papan warung penjual empek-empek dia mengerutkan keningnya, tulisannya terlalu kecil untuk di lihat dari jauh, tapi istrinya bisa melihatnya, seberapa tajam penglihatannya ?
Mereka duduk berhadapan dengan seporsi besar empek-empek di piring dan dua buah mangkuk kecil kuah cuko.
Chloe meminta tambahan semangkuk lagi kuah cuko, Marco menatap istrinya "apa ?" tanya Chloe galak, sambil memakan empek-empek
"apa kuah cukonya tidak terlalu banyak ?" tanya Marco agak khawatir.
"tidak, makin banyak kuah cuko makin enak" jawab Chloe dengan mulut penuh
"bukannya tadi kamu sudah makan kayak orang kesurupan ? belum kenyang ?" tanya Marco sambil memasukkan empek-empek ke dalam mulutnya.
Dalam beberapa menit, empek-empek ludes dengan sebagian besar masuk ke dalam perut Chloe, di meja masih tersisa semangkuk kuah cuko dan ada sisa di mangkuk milik Marco, Chloe menuangnya menjadi satu dengan mangkuk yang lain dan meminumnya sampai tandas.
Marco menganga "apa yang salah ? tidakkah itu terlalu asam, terlalu pedas, kamu tidak takut sakit perut ?" tanya Marco cemas.
Tapi kecemasan Marco hanya di jawab dengan bunyi sendawa yang cukup keras oleh istrinya, Marco mengedipkan matanya lalu melirik pengunjung lain yang menatap kelakuan istrinya.