Chapter 42 - Di Culik Lagi ? (2)

Chloe merasakan air mengguyur badannya dan beberapa tendangan menghantam perutnya.

Rasa sakit yang tajam di perutnya dan rasa dingin dari badan yang basah membuat Chloe membuka matanya.

Ketika membuka mata dia melihat sepasang kaki putih di dalam sepatu merah berhak tinggi. Kali ini Chloe mengamati baik-baik, dan melihat bahwa kaki itu menapak tanah dengan normal, pelan-pelan dia menaikkan pandangannya. 'aku harus berani' batinnya 'jangan kalah sama kuntilanak' tambahnya.

Dengan menguatkan iman, tekad dan mental, Chloe menatap wajah si kuntilanak. Saat dia menatap wajah itu baik-baik Chloe merasa lega, tanpa dia menghela nafas.

"kamu sudah mengenaliku sekarang ?" tanya Jocelyn, Chloe mengangguk "dudukkan dia di kursi !" perintah Jocelyn, lalu dua pria yang berdiri di belakang Jocelyn meraih kedua lengan Chloe yang masih terikat dan mendudukkannya di kursi dengan kasar.

Ketika pantat Chloe mendarat di kursi dia merasakan ada sesuatu yang hangat keluar, bersamaan dengan rasa nyeri di perutnya, rasanya seperti ada seseorang yang meremas perutnya. Chloe menggertakkan giginya menahan sakit, wajahnya memucat.

"lihat wajahmu, menjijikkan" hina Jocelyn saat melihat wajah pucat Chloe.

"ah...ternyata kamu" kata Chloe merasa lega.

"kenapa ?....kamu takut ?" ejek Jocelyn

Chloe tersenyum dan menggeleng "aku justru lega.....aku kira kuntilanak"

"PLAKK...BRAKK" Jocelyn menampar Chloe sampai dia jatuh dari kursi.

"he.....he.....he....."Chloe terkekeh

"sial apa yang kamu tertawakan ?" raung Jocelyn marah.

"kamu...gila.....pantas Marco tidak menyukaimu"

"bruk..."Jocelyn menendang perut Chloe dengan sekuat tenaga. "tutup mulutmu.....kamulah perempuan jahat yang membuatnya membenciku.....kamu yang membuatnya mengusirku dari negara ini...kamu pikir kamu sudah menang karna menikahinya ?...huh...hari ini aku akan membunuhmu....tidak ada seorang pun yang boleh merebut laki-laki yang aku cintai.....mbruk..." Jocelyn mengoceh dengan gila sambil terus menendang Chloe.

Chloe mencibir "heh.....Marco salah untuk mengusirmu, seharusnya dia mengirimmu ke rumah sakit jiwa"

"diam...brukk..."Jocelyn makin menggila.

"kamu pikir kalau aku mati Marco akan menerimamu ?" cibir Chloe mengabaikan rasa sakit di perutnya "dia akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa"

"DIAAAMMMM...BRUKK....BRUKKKK...BRUKKKKK" teriak Jocelyn dengan wajah merah, matanya juga merah, dia menendang Chloe makin kuat.

Chloe merasa ada cairan kental mengalir di pahanya.

Ponsel Jocelyn berbunyi berturut turut, Jocelyn berhenti menendang Chloe dan mengangkat ponselnya.

"hallo" sapa Jocelyn dengan berusaha menstabilkan nafasnya

"Jocelyn cepat ke bandara" kata orang dari seberang

"oke, sebentar lagi aku ke sana" jawab Jocelyn.

Setelah menutup panggilan Jocelyn mengutuk Chloe sambil menginjak wajahnya "selamat tinggal p*****r"

Jocelyn mengangkat kakinya dan berpaling pada tiga pria yang sejak tadi berdiri di belakangnya "aku serahkan dia pada kalian, terserah kalian mau apakan dia, yang jelas dia harus mati hari ini" lalu Jocelyn berjalan meninggalkan ruangan.

💞💞💞💞💞

Marco memacu rubicon Stefan dengan gila, om Jerry yang ikut bergabung di mobil mereka memegang kursi dengan erat, dia ingin mengumpat ponakannya, tapi pangkatnya membuatnya malu untuk mengeluarkan kata-kata umpatan tersebut.

Dua mobil polisi yang mengikuti di belakang mereka juga ikut ngebut.

Jarak dari kantor polisi ke kompleks perumahan Marco yang biasanya di tempuh dalam satu jam, kini hanya dalam setengah jam Marco sudah sampai.

Iringan mobil polisi sampai di depan rumah kosong. Marco keluar dari mobil bertepatan dengan seorang perempuan yang keluar dari rumah kosong tersebut "tangkap perempuan itu" teriak Marco pada personil polisi yang keluar dari mobil di belakangnya. "Stefan kalau dia pergi tabrak saja" perintah Marco tanpa ampun.

Marco langsung menerobos masuk ke dalam rumah.

"pak biar kami yang masuk dulu" pinta para personil, sambil bergerak mendobrak pintu rumah.

"Jangan bergerak, rumah ini sudah dikepung" peringat para personil polisi sambil bergerak mendobrak semua pintu.

Saat pintu kamar utama di dobrak tampak Chloe meringkuk dengan tangan dan kaki terikat, darah menggenang di bawahnya. Kecuali Chloe tidak tampak yang lain.

Melihat istrinya tergeletak di atas genangan darah Marco langsung berlari masuk dan menggendongnya, lalu dia berlari keluar.

Om Jerry memerintahkan anak buahnya memanggil ambulan, tapi Marco menolaknya.

"Stefan cepat ke rumah sakit" teriak Marco sambil berlari ke rubicon.

Dengan kecepatan 150 km/jam Stefan melaju di jalan menuju rumah sakit.

"uuhhh..."rintih Chloe

"sayang.....tunggu...tetap sadar...sebentar lagi kita sampai" hibur Marco sambil membelai rambut istrinya. "Stefan...lebih cepat" teriak Marco

Stefan melirik kaca spion dan menginjak pedal gas lebih dalam.

Ponsel Marco berbunyi tapi dia mengabaikannya.

Begitu sampai di rumah sakit Marco langsung berlari ke UGD, para perawat dengan sigap mengambil kereta dan meletakkan Chloe di atasnya dan mendorongnya ke ruang operasi.

Marco duduk di depan ruang operasi dengan tangan gemetar, bajunya bersimbah darah.

Stefan menghampiri sepupunya yang duduk di depan ruang operasi dengan wajah pucat.

Ponsel di saku celana Marco kembali berbunyi, Marco mengambilnya dengan tangan gemetar dan menyerahkannya pada Stefan.

Dengan patuh Stefan menerima ponsel dan menjawab panggilan.

"Marco, kalian di mana ? kami sudah menunggu, nenek tidak akan memulai makan kalau kalian belum datang" Melinda bertanya tanpa menyapa.

Stefan melihat sepupunya seakan bertanya 'aku harus jawab apa ?'.

Marco menggeleng lemah. Stefan mengangguk dan menjawab "kak Mei ini Stefan, Marco dan Chloe ada urusan mendesak, tidak perlu menunggu mereka"

"apa terjadi sesuatu pada mereka ?" tanya kak Mei curiga

"ee....nanti biar mereka yang menelpon" kata Stefan sambil melirik Marco, lalu panggilan di akhiri.

"bro sebaiknya kamu ganti baju, lihat bajumu penuh darah" Stefan menyerahkan kunci mobil pada sepupunya.

Marco menerima kunci tapi dia tetap diam di tempatnya duduk, sambil menoleh menatap kamar operasi.

Stefan menepuk bahu sepupunya "ganti dulu bajumu, aku akan menunggu di sini"

Marco melihat kedua tangannya yang penuh darah, lalu dia berdiri dan berjalan meninggalkan kamar operasi.

💞💞💞💞💞

Setelah mengakhiri panggilan Melinda merasa gelisah, ponsel Chloe tidak bisa di hubungi, dan yang menerima panggilan Marco adalah Stefan. Bukankah Chloe mengatakan dia menjemput suaminya di bandara kemudian mereka akan langsung ke hotel ?

Melinda menghembuskan nafas dan kembali ke dalam ruangan tempat mereka makan.

Tuan dan Ny. suri juga ada bergabung dengan mereka.

Melihat Melinda masuk nenek Margono bertanya "bagaimana, dimana anak nakal itu ?"

"mereka terhalang sesuatu, kita mulai saja makannya" jawab Melinda

"huh...anak nakal itu pasti menghindariku, dia marah karna kartu banknya aku sita" gerutu nenek Margono. "sudah abaikan saja dia, biarkan dia merajuk" kata nenek Margono

Dan mereka mulai makan.

Setengah jam kemudian ponsel pak Suri bergetar. Pak Suri melihat yang menelpon adalah adik lelakinya dan pamit keluar untuk menerima telpon.

"hmmm..."

"kak, Marco memenjarakan Jocelyn" kata pak Surya begitu mendengar gumamam kakaknya.

"bagaimana bisa ?"

"aku juga tidak tahu, sekarang aku di jalan menuju kantor polisi"

"oke, aku akan menelpon Marco"

Setelah mengakhiri panggilan pak Suri menelpon Marco, namun saat telpon tersambung yang menerima bukan Marco, pak Suri mengerutkan alisnya.

"Stefan ?"

"ya om"

"kamu bersama Marco sekarang ?"

"ehmm ya"

"berarti kamu tahu situasinya ?" pak Suri langsung bertanya tanpa menyembunyikan apa pun.

"ya hampir semuanya"

"katakan dengan jelas, atau berikan telpon pada Marco" perintah pak Suri

"eh.....saya takutnya Marco tidak mau bicara sekarang, dia masih gemetar dan pucat, yah.....bisa di bilang sekarat" Stefan menggambarkan keadaan Marco sekarang dengan dramatis sambil meliriknya.

"kalian di mana ?" mendengar gambaran keponakannya tentang putranya pak Suri menjadi sedikit cemas.

"kami di depan kamar operasi, Chloe ada di dalam"

Pak Suri langsung merasakan perutnya mulas "apa Jocelyn penyebabnya ?"

"ya"

Pak Suri paham, tidak mungkin anaknya melakukan sesuatu tanpa alasan. "di rumah sakit mana kalian ? saya sedang bersama keluarga Chloe"

"saya akan mengirim lokasi" jawab Stefan dan mengakhiri panggilan.

Pak Suri melihat alamat rumah sakit yang di kirim Stefan. Lalu dia menghela nafas, dia tidak tahu bagaimana akan menjelaskan ini pada keluarga Chloe, dia tidak tahu separah apa luka Chloe sampai dia harus menjalani operasi. Dan juga tidak berani menebak bagaimana reaksi keluarga Chloe, terlebih lagi pasangan tua itu, mereka sangat menyayangi cucu kecilnya ini.

Pak Suri menarik nafas panjang dan membuangnya dengan berat, lalu membuka pintu.