Chapter 48 - Gantikan Aku Malam Ini

"kamu yakin mau datang ke sidang ?" tanya Marco sekali lagi saat melihat istrinya bersiap-siap.

"aku adalah korban, bagaimana bisa tidak datang, lagi pula ini adalah sidang terakhir, dua sidang sebelumnya kalian mengurungku di rumah" jawab Chloe cemberut "bukankah hari ini agenda sidangnya putusan hukuman ?"

"hhmmm...." jawab Marco sambil mengambil sisir dan menyisir rambut istrinya yang panjangnya sudah mencapai setengah punggung.

"apa yang kamu lakukan ?" tanya Chloe waspada

"membantumu menyisir" jawab Marco dengan wajah batu

"hanya menyisir kan ?" kecurigaan tergambar jelas di mata Chloe.

"apa kamu mengharapkan yang lain ?" senyum licik mulai muncul di wajah Marco.

"tentu saja tidak !" Chloe buru-buru menjawab.

Tapi Marco sudah menghentikan tangannya menyisir dan memutar badan istrinya lalu menciumnya.

"hmmm...Marco stop....hmmm...kita akan terlambat...hmmmm...." gumam Chloe di sela-sela ciuman suaminya.

"hmmmmmm....." Marco tidak menghentikan ciumannya, dia justru memperdalam ciuman lalu perlahan turun ke lehernya.

"aahh...Marco jangan membuat tanda di situ" protes Chloe.

"hhmmmm..." gumam Marco sambil mengisap leher putih istrinya. Sejak istrinya terluka dia sudah sebulan lebih puasa, hasratnya selalu bergejolak tiap kali berdekatan dengan istri mungilnya.

Chloe berusaha mendorong suaminya tapi tangan dan kakinya mengkhianatinya tiap kali suami mesumnya sudah mulai menciumnya.

Dering ponsel menyadarkan Chloe dan bergumam masih dengan mata terpejam "ponselku..."

Marco menghentikan ciumannya dan mengambil ponsel di atas meja "hhmmm..." sapanya dengan tidak ramah.

"mana istrimu ?" suara Stefan terdengar dari seberang.

"ada urusan apa ?" nada suara Marco semakin tidak ramah begitu mendengar suara sepupunya.

Chloe mengambil kesempatan itu untuk kabur, dia bergegas keluar kamar.

"hah....? kenapa kamu marah ? jangan-jangan kamu lagi bermesraan dengannya waktu aku menelpon ?" tebakan Stefan benar-benar akurat.

"kamu sudah tau...." dan Marco langsung mengakhiri panggilan.

Marco mencari istrinya tapi dia sudah keluar kamar, dia akhirnya menyusulnya keluar dengan cemberut mirip orang lagi nahan kentut.

Baru saja dia keluar kamar ponsel istrinya kembali berdering "apa lagi....?" tanyanya ketus

"aku belum bilang tujuanku menelpon, kenapa kamu menutupnya ?" protes Stefan

"katakan" Marco turun dari tangga dan melihat istrinya sudah berjalan menuju pintu keluar.

"katakan untuk menggantikanku malam ini, aku ada urusan"

"dia tidak bisa, kalau kamu ada urusan tutup saja tokomu"

"brengsek.....tidak bisakah kamu bertanya padanya sebentar ?"

"tidak"

"hallo bos" tiba-tiba Chloe berbalik dari pintu keluar dan merebut ponselnya dari tangan Marco.

"C...gantikan aku malam ini oke ?" Stefan bernafas lega saat mendengar suara Chloe. "aku ada janji nanti malam"

"apa kamu mau kencan ? apa dia calon tunanganmu ? kalau dia calon tunanganmu aku akan menggantikanmu kalau cuma teman kencan biasa aku menolak"

"sialan ! kamu dan suamimu sama saja" Stefan kembali sakit kepala mendengar jawaban Chloe.

"katakan iya atau bukan ?" Chloe ingat perjanjiannya dengan keluarga bahwa Stefan harus bertunangan dua bulan sebelum resepsi pernikahan mereka, dan tenggat waktunya sudah dua bulan lagi

"iya" jawab Stefan pasrah

"oke, setelah dari pengadilan aku akan datang ke toko" Chloe tersenyum puas.

"thanks C....setidaknya kamu masih bisa sedikit bisa diajak bicara normal dari pada suamimu"

"oh...kamu mau bicara dengannya ?"

"tidak..." dan Stefan langsung mengakhiri panggilan.

Chloe tersenyum menatap ponselnya lalu menyusul suaminya yang sudah menunggu di mobil.

"kamu menyetujui permintaannya ?" tanya Marco sambil memundurkan mobil, Chloe mengangguk. "kamu terlalu penurut terhadapnya" ada nada tidak puas dalam kata-kata Marco.

"dia bosku, tentu saja aku harus nurut" jawab Chloe santai

"besok aku akan membeli Coffee Shopnya, dan mulai besok aku yang akan jadi bosnya"

"ck...ck....ck.....lihat gayamu dasar kapitalis........" Chloe mendecakkan lidah "dia akan bertemu dengan calon tunangannya makanya aku menyetujuinya, dua bulan lagi dia harus bertunangan, kalau tidak aku akan mengundur resepsi pernikahan kita"

Marco diam mendengar ancaman istrinya, baiklah itu untuk resepsi pernikahan mereka, kalau tidak dia akan menguliti Stefan.

💞💞💞💞💞

Chloe dan Marco duduk berdampingan di kursi paling depan, kedua orang tua Marco juga hadir, ibu dan kakak Chloe juga ada di sana, bahkan pasangan tua Margono juga ikut hadir dalam sidang.

"berapa tahun tuntutan yang kamu ajukan ?" bisik Chloe pada suaminya.

"dua puluh atau setidaknya lima belas tahun"

Nenek Margono duduk di samping om Surya dan tante Jesica.

Ketika Jocelyn di bawa masuk ke ruang sidang dia melihat Chloe duduk di samping Marco dan mereka saling berbisik, Jocelyn menjadi geram, tangannya yang di borgol terkepal erat, matanya menatap Chloe dengan pandangan membunuh.

Nenek Margono mengamati setiap perubahan ekspresi Jocelyn saat melihat cucu kecilnya dengan wajah datar.

Agenda sidang hari ini adalah pembacaan keputusan hukuman. Dua sidang sebelumnya telah menghadirkan bukti-bukti dan saksi.

Segera setelah hakim duduk sidang pun di mulai. Selama jaksa membacakan tuntutan yang memakan waktu hampir satu jam, Chloe yang tidak paham tentang hukum mulai merasakan matanya berat, dia menutup mulut menaham diri untuk menguap.

Sudut bibir Marco berkedut melihat istrinya yang memaksakan diri membuka mata lalu dia melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dan berbisik "makanya tadi aku tidak berniat mengajakmu datang, karna aku tau kamu pasti bosan"

Chloe samar-samar mendengar suara suaminya dan mengangguk dengan mata setengah tertutup, dia bergumam "hhmmmm....aku mengerti"

"mengerti apa ?" Marco mencubit pinggang istrinya.

Rasa pedis dan panas di pinggangnya membuat Chloe mendesis dan membuka matanya lebar, rasa kantuknya kini sepenuhnya hilang, di gantikan dengan perasaan kesal. Chloe melototi suaminya yang pura-pura tidak melihatnya.

Tepat saat itu jaksa membaca "dengan demikian terdakwa di nyatakan bersalah melanggar KUHP pasal 30 ayat 2 tentang penculikan dan penyekapan dan terdakwa di kenakan hukuman kurungan penjara selama dua belas tahun dan denda sebesar dua puluh lima juta rupiah" setelah itu hakim mengetuk palu, menyatakan bahwa keputusan telah di sahkan.

Chloe menatap suaminya yang tangannya menegang "apa yang salah ?" tanyanya tidak mengerti.

"bagaimana bisa hanya dua belas tahun, dia menculikmu dua kali dan membunuh anak kita" jelas Marco.

Marco melirik Jocelyn di kursi terdakwa yang menatapnya sambil tersenyum tipis, lalu Marco melihat om Surya dan tante Jesica, kemudian dia menatap tuan Suri "pa ?"

Tuan Suri balas menatap anak sulungnya dan mengangguk, seakan dia paham apa yang akan di tanyakan putranya.

Marco hendak berdiri menghampiri pengacaranya tapi Chloe menahannya "kamu mau apa ?"

"aku akan mengajukan banding"

"tidak perlu" kata Chloe "lima belas tahun bukan waktu yang singkat apa lagi umurnya sudah kepala tiga, dan dia perempuan serta dia belum menikah, masa mudanya harus di habiskan di penjara, kalau kamu berniat menambah hukumannya bukankah sama saja dengan menyuruhnya bunuh diri ?"

Marco menatap istrinya lama lalu berkata "sayang hatimu terlalu lembut dan penuh belas kasih"

Nenek dan kakek Margono masih duduk di tempatnya dengan santai. Tante Jesica berdiri dan meminta berbicara dengan Jocelyn. Dengan di dampingi dua polisi wanita Jocelyn di bawa mendekat sampai jarak satu meter untuk berbicara dengan orang tuanya.

"Celyn...." panggil tante Jesica dengan suara serak menahan tangis.

"ma, mama kembali saja ke Australia aku baik-baik saja, mama kasi tau pembantu di rumah untuk mengirimkan sup iga setiap sabtu" potong Jocelyn dengan tabah.

"tapi Celyn mama tidak tega membiarkanmu sendiri" isakan tante Jesica makin keras.

"ma, tidak perlu mengkhawatirkan aku, mama nikmati hari-hari kalian di luar negeri, bukankah ini yang selalu mama impikan ?"

Tante Jesica meraih Jocelyn dan memeluknya sambil menangis.

Chloe menggandeng nenek Margono keluar dari gedung pengadilan ke tempat parkir. Chloe memergoki nenek Margono tersenyum manis sepanjang jalan, bulu kuduk Chloe langsung meremang. Ketika nenek Margono tersenyum seperti itu biasanya dia sedang merencanakan sesuatu yang mengerikan "apa yang nenek pikirkan ?" tanya Chloe curiga.

Nenek Margono menepuk lembut tangan cucu kecilnya dan menjawab "tidak ada"

"jangan bohong" desak Chloe.

"berandal kecil, apa kamu sekarang mulai tidak percaya pada nenekmu ini ?" tanya nenek Margono tidak senang.

Chloe menyeringai "ngomong-ngomong nenek kapan nenek akan mengembalikan semua kartuku ?"

"saat nenek kembali ke bali"

"kapan nenek pulang ke sana ?"

"belum ada rencana"

"nenek....." protes Chloe "setega itukah nenek pada orang miskin sepertiku ?"

"jangan berkata seperti itu, tidak baik di dengar orang lain, seakan suamimu tidak bisa menghidupimu"

Chloe cemberut mendengar jawaban neneknya.

Setelah membantu membawa nenek Margono ke mobil yang membawanya pulang, Chloe kemudian masuk ke mobil suaminya dan memasang sabuk pengaman tiba-tiba Marco menyodorkan tiga kartu kepadanya "apa ini ?" tanyanya tidak mengerti.

"ini untukmu, pegang itu"

"apakah kamu bersedekah padaku ?" Chloe mengambil kartu dan memasukkannya ke dalam dompet tanpa memeriksanya lagi.

"kamu istriku, bukankah wajar kalau aku memberikan nafkahku padamu" jawab Marco lembut.

Mata bulat Chloe berkedip dua kali saat mendengar suaminya berkata seperti itu. Hatinya merasa hangat dan dia merasa terharu.

"karna aku sudah memberikan nafkahku, maka malam ini kamu harus memberiku makan sampai kenyang" tambah Marco dengan senyum licik.

Semua rasa hangat yang di rasakan Chloe sebelumnya langsung menguap mendengar kata-kata suaminya berikutnya, dasar serigala, kapitalis, omes, baru puasa sebulan saja sudah minta jatah lagi. Chloe mengabaikan suaminya dengan bibir cemberut.